Halo kakak Pembaca...
Vote-nya boleh kakak... Bisa dicoba dulu komentarnya kakak...
Selamat membaca kakak...
_______________________________________
"Dixi, Yogo, kasih aku waktu 10 detik!"
"Beres!"
"Okee!"
"Earthquake!"
Aesa mengerahkan energi magicnya pada magic rod (tongkat sihir) kayu berwarna cerah di tangannya. Lalu batu berwarna coklat keruh yang berada di ujung rod tersebut, mengeluarkan cahaya. Tanah di depannya mulai bergetar.
Umumnya, Petualang Plat Copper belum menguasai skill-skill tingkat menengah. Apalagi yang baru saja mendapat promosi kenaikan tingkatan Plat Petualang. Artinya, baru beberapa hari yang lalu mereka masih merupakan Petualang Plat Iron.
Aesa memang berbeda karena dari kecil dia sudah berlatih magic. Dia berfokus pada magic elemen tanah. Sehingga, walaupun masih pemula, dia sudah menguasai magic tanah tingkat menengah.
Saat ini, pertempuran sudah dimulai. Aesa langsung mengeluarkan skill terkuatnya sejak awal untuk mengurangi pasukan serigala sebanyak mungkin. Dan karena skill ini membutuhkan waktu aktivasi yang cukup lama karena Aesa belum benar-benar menguasainya.
Singkatnya, Aesa memang hebat, tapi tidak luar biasa.
"Aesa, udaaah!?" Tanya Dixi sambil berusaha menahan seekor Dire Wolf yang menyerang.
"Dikit-! .... Munduuur!"
*Grrugudukduk duk derr derr grruugruuduukk gruduuukk*
Gempa lokal yang dahsyat terjadi pada area di depan Aesa, sesaat setelah Dixi dan Yogo keluar dari AoE. Area dimana para Rabid Wolf dan Dire Wolf berada. Lempengan-lempengan tanah keras mengalami patahan mendadak. Banyak di antara lempengan yang patah itu memiliki sisi tajam yang menjorok keluar.
Seakan bumi ingin membinasakan para serigala itu. Sebagian tertimpa batu dan tertimbun tanah, sebagian lagi tertusuk dan tercabik lempengan yang tajam. Skill area tingkat menengah dari Aesa telah membinasakan dan melumpuhkan separuh dari gerombolan besar serigala yang menyerang.
"Nice, Aesa!" Teriak Kimby di samping Aesa.
"Sekarang, giliranku! Power Shot! Multi Shot! Power Shot! Snipe Shot! Multi Shot!"
Wardel menembakkan semua skill ofensif yang dimilikinya. Dia menembak ke arah monster-monster serigala yang masih hidup dan sudah terluka. Beberapa monster yang masih agresif juga ditembaknya, sekedar melemahkan dan mengurangi HP mereka.
Alhasil, jumlah serigala itu sudah berkurang lagi. Tersisa setengah kurang sedikit dari jumlah awalnya. Namun, jumlah yang berkurang hanyalah Rabif Wolf. Sedangkan Dire Wolf, paling parah hanya tergores sedikit.
Memang terlihat jelas perbedaan kekuatan dan daya tahan antara Rabid Wolf dengan Dire Wolf. Dire Wolf lebih tahan dan lebih lincah dalam menerima dan menghindari serangan Aesa dan Wardel.
Momen ini, pertempuran frontal antara penduduk Desa Quorn dan party Dancing melawan segerombolan serigala, dimulai.
"Ruuff! Rarrrr!"
"Heeh!!! Uh! Bulu serigala besar ini tebal dan kuat!" Kimby mencoba menyayat bagian pinggang dari seekor Dire Wolf.
"Stone Bullet!"
"Rauuff!"
*Kresss*
"Kuat!" Teriak Aesa setelah melihat Stone Bullet miliknya digigit hancur oleh salah satu Dire Wolf.
Kimby bertugas menyerang serigala yang mendekati Aesa. Dan Aesa bertugas mengcover Kimby dengan serangan jarak jauh. Kerja sama mereka berdua bisa dibilang lumayan untuk sekelas Plat Copper yang baru mendapatkan promosi.
Tapi, 'lumayan' saja masih belum cukup.
"Ruuufff!"
Tiba-tiba, seekor Rabid wolf menyerang Kimby dari arah yang tidak masuk dalam area pandang Kimby.
*Bruugg*
"Kim!!!" Teriak Aesa melihat yang terjadi pada Kimby.
Serigala yang relatif lebih lemah, Rabid Wolf menerkam Kimby hingga ia jatuh tertelungkup. Tanpa jeda, Rabid Wolf itu langsung menerkam Kimby yang masih tertelungkup di tanah.
"Kim! Snipe Shot!"
*Creppp*
Seperti refleks, Wardel langsung menembakkan panah dan menancap tepat di lubang telinga Rabid Wolf tersebut hingga tembus ke lubang telinga satunya. Serigala itu langsung terkapar tak bernafas.
"Bisa bangun, Kim?" Tanya Wardel.
"Ya! Makasih, Del!" Jawab Kimby sambil kembali bangun dan mulai menyerang monster serigala lainnya.
Sementara, di barisan depan, Yogo dan Dixi terlihat kewalahan. Mereka dikepung oleh beberapa Rabid Wolf dan seekor Dire Wolf. Mereka berdua berdiri punggung bertemu punggung.
"Dixi, ada berapa?"
"5. Kau?"
"6. Pada aba-abaku, kita pakai skill area..."
"Ha." Jawab Dixi mengafirmasi.
Seperti mendapat perintah di waktu yang sama, 11 ekor serigala serentak menyerang mereka berdua.
"""Rarrrr!"""
"Dix! Swing Slash! Swing Slash! Swing Slash!" Teriak Yogo sambil mengayunkan longsword miliknya 180° dari kanan, ke kiri, ke kanan, dan ke kiri secara terus menerus.
"Swing Slash! Swing Slash! Cross Slash!" Dixi, menebaskan 2 buah shortsword di tangannya 2 kali, lalu mengakhirinya dengan tebasan menyilang kepada Dire Wolf terakhir yang menerkamnya.
Semua Rabid Wolf mati. Namun, seekor Dire Wolf...
"Rauufff!"
*Traaang!*
Dire Wolf yang diserang dengan Cross Slash itu, tidak hanya pasrah menerimanya. Dia membuka mulutnya lebar-lebar hingga taring-taring yang panjang itu menghadap ke depan. Dengan taringnya, ia menangkis serangan Dixi.
*Craakk*
"Gaaahhh!"
Selesai menangkis Cross Slash, cakarnya berhasil merobek chain mail Dixi pada bagian dada. Membuat kulit dari payudaranya yang sedang tumbuh itu terekspos dan robek.
*Brugg*
"Ahh!" Teriak Yogo setelah ditabrak dari belakang.
Dixi terlempar ke belakang, menabrak punggung Yogo dengan keras hingga mereka berdua terjatuh. Dire Wolf yang tadi, tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia langsung menerkam Dixi dan Yogo yang masih terbaring di tanah.
"Stone Bullet!" Aesa menembakkan batu ke arah Dire Wolf yang sedang bersiap menerkam Dixi dan Yogo.
*Wuuung* *praakk*
"Gurrrrr..."
Kepala Dire Wolf tersebut terkena batu yang ditembakkan Aesa, yang pecah berkeping-keping saat benturan terjadi. Hal itu membuat Dire Wolf menjadi sedikit goyah.
"Snipe Shot!"
Kesempatan tidak dilewatkan oleh Wardel dan langsung membidik mata Dire Wolf tersebut. Namun, refleks Wardel tidak begitu cepat. Membuat tembakannya sedikit terlambat. Sedikit terlambat, berarti kegagalan.
"Raffff!"
*Krekkk*
Saat Wardel menembakkan anak panahnya, Dire Wolf sudah kembali sadar. Dia menangkap anak panah Wardel dengan taringnya, lalu menggigitnya hingga hancur. Kecepatan Dire Wolf berada di atas ekspektasi mereka.
"Ugh!"
"Uhh!"
Dalam jeda sesaat itu, Dixi dan Yogo kembali bangun. Perhatian sang Dire Wolf masih tertuju pada Aesa dan Wardel.
"Jump Strike!" Teriak Dixi sambil melompat agak tinggi ke Dire Wolf itu, menahan perih di payudaranya yang terluka.
"Fencing Stab!" Yogo pun tak menyia-nyiakan kelengahan Dire Wolf tersebut.
Di saat Dire Wolf menoleh kembali kepada mereka berdua, sisi tajam dua buah shortsword Dixi dan ujung longsword Yogo sudah tak bisa dihindarinya lagi.
*Craaasss*
*Jreebb*
Kepala Dire Wolf itu robek dan tengkoraknya retak akibat tebasan Dixi. Lehernya tertusuk sangat dalam oleh longsword Yogo. Akhirnya, seekor Dire Wolf pun tumbang.
"Ugh... Hah... Hah... Maaf, Yogo..."
"Lukamu, nggak apa-apa?"
"Luka kecil!"
"Dixi! Yogo! Awaaas!" Teriak Kimby.
Benar saja, 2 ekor Dire Wolf beserta 5 ekor Rabid Wolf di sekitar mereka langsung aggro kepada Yogo dan Dixi karena telah membunuh Dire Wolf tadi. Aesa dan Wardel sibuk menghadapi Rabid Wolf dan Dire Wolf di sekitar mereka. Kimby, terlalu jauh dan terhadang oleh seekor Dire Wolf.
Mereka hanya tinggal berdua di barisan depan. Penduduk yang tadinya membantu di barisan depan, semuanya sudah terkapar tak berdaya.
"Dixi. Tak ada pilihan lain."
"Heheh. Waktu kita bersama selama ini, adalah waktu terindah dalam hidupku!"
"Kita mati sebagai pahlawan!" Teriak Yogo seolah-olah mereka adalah pahlawan yang sangat berjasa, untuk meningkatkan semangat juang mereka.
"Rrrraaaaaaaahhhh!!!" Semangat Dixi pun meledak, dan menyerang semua monster serigala yang mendekati mereka.
"Dixi! Yogo!"
Wardel merasakan ada yang aneh dengan mereka berdua. Entah apa, tapi sepertinya saat ini mereka sudah sama sekali tidak takut mati. Dixi dan Yogo, berdua bertarung sambil tersenyum ganas melawan Rabid Wolf dan Dire Wolf yang menyerang mereka.
Hingga akhirnya beberapa menit kemudian...
*Crosss*
"Khakkk!" Dixi mengeluarkan suara sedikit mengejan sambil memegang lehernya.
Seekor Dire Wolf berhasil menggigit leher Dixi. Setelah menggigitnya, dia menarik paksa taring-taringnya yang sudah tertancap dalam di leher Dixi. Hal itu menyebabkan robekan parah di leher Dixi. Darah dari arteri carotis yang putus pun menyembur ke sekitarnya.
Dalam beberapa detik, Dixi tumbang dan tak bergerak lagi. Dire Wolf tersebut menggigit dan mencabik-cabik chain mail Dixi. Membuat payudara dan perutnya terbuka. Tak lama, Dire Wolf tersebut merobek perut Dixi dan mengacak-acak seisi perutnya.
Tubuh gadis muda yang sudah tak bernyawa itu hanya bergetar sedikit ketika Dire Wolf merobek paksa dan memakan tubuhnya.
"Dixiii!!!"
Yogo yang sedang disibukkan oleh seekor Dire Wolf dan seekor Rabid Wolf yang tersisa, menoleh ke arah dimana Dixi berada. Yang dia temukan hanyalah jasad seorang gadis setengah telanjang yang bentuknya sudah tidak karuan lagi karena dimakan oleh seekor Dire Wolf.
Dalam pertarungan maupun pertempuran, perhatian tidak boleh teralihkan dari musuh. Inilah yang dilanggar oleh Yogo barusan karena perhatiannya teralihkan kepada jasad teman seperjuangannya.
Akibatnya? Jangan ditanya lagi...
"Raarrr!"
"Raufff!"
Dua ekor monster serigala yang sedang dilawannya sesaat yang lalu, langsung menerkam Yogo.
*Braakkk*
"Gahaaaakkk!"
Yogo terjatuh dan menjerit kesakitan. Dia merasakan perih yang luar biasa di punggungnya. Leather armor keras yang digunakannya, robek oleh cakaran Dire Wolf.
*Kraakkk*
"Haaaaaaakkkkk!"
Sesaat kemudian, dia merasakan nyeri yang hebat pada lutut kanan bagian belakang. Rabid Wolf telah menggigitnya hingga tulang di sekitar lutut itu remuk dan akhirnya putus.
*Kresss*
Terakhir, Dire Wolf yang juga menyerangnya, menggigit kepala bagian belakang Yogo sampai hancur. Cerebrum (otak besar) dan cerebellum (otak kecil) di bagian belakang juga ikut hancur dan sisanya dapat terlihat dari luar. Seketika itu Yogo gugur.
Setelah selesai dengan Dixi dan Yogo beserta beberapa penduduk yang ada di baris depan, semua monster serigala yang ada di sana langsung menyerang ke barisan belakang pertahanan Desa Quorn, dimana Aesa, Wardel, dan Kimby sedang bertarung dengan beberapa monster serigala yang sudah lebih dulu menyerang ke barisan belakang.
"O-oi... Semua monster di depan bergerak ke arah kita! Dixi, Yogo... Mereka--" Kata-kata Kimby terpotong setelah melihat ke lokasi dimana Dixi dan Yogo berada sebelumnya.
"Dixiiiiiii!!! Yogoooo!!! Tidaaaaaakk!!!" Aesa berteriak histeris melihat Yogo dan Dixi sudah tergeletak tak bernyawa di kejauhan.
"Fuck!!! Bajingaaaan!!! Power Shot! Power Shot! Power Shot! Power Shot!" Sementara Warden langsung mengamuk dan menembakkan skill terkuat yang dapat digunakannya.
Selain Aesa, anggota Dancing yang lainnya hanya mampu menggunakan skill tingkat bawah. Hanya saja, ada beberapa skill yang sudah sering diasah sehingga kekuatannya menjadi lebih tinggi. Bagi Wardel, Power Shot adalah yang terbaik miliknya.
Dia menembak membabi buta. Matanya sudah gelap oleh emosi kelam. Tembakan yang tidak terkontrol dengan baik, menyebabkan anak panahnya hanya menyusur udara kosong. Hampir tak ada monster serigala yang terluka karenanya.
Dan yang lebih buruk lagi, semua aggro monster serigala jadi tertuju kepadanya karena dia melepaskan skill-skill yang cukup menarik perhatian para monster serigala di sekitarnya.
Tidak sampai 1 menit kemudian, Wardel pun mati mengenaskan, dikeroyok belasan monster yang terdiri dari Rabid Wolf dan Dire Wolf. Semua mengerumuni jasadnya untuk dimakan.
"Warde--uuweeeeekkk!" Aesa yang melihat itu dengan mata kepalanya sendiri, tak sanggup menahan rasa mual dan akhirnya muntah.
"Aesa, awaaas!!!" Teriak Kimby sambil melompat ke arah Aesa.
Aesa yang baru selesai memuntahkan isi lambungnya, menoleh ke arah Kimby. Apa yang dilihatnya?
Wajah Kimby, berada sekitar 2 meter di dekatnya. Terbelalak, menganga, dengan ekspresi wajah yang kaku dan dingin. Keluar darah dari mulutnya. Perlahan, Aesa memindahkan arah pandangannya ke bawah.
Dada Kimby, tidak ada masalah. Lalu dia semakin menurunkan pandangannya. Hingga akhirnya dia bisa melihat jelas kondisi perut Kimby.
"A-Aesa... Maafin... Aku... Nggak bisa... Me-..."
Perut Kimby bersimbah darah. Dari sekitar pusarnya, keluar beberapa kuku tajam dan panjang. Dengan nafas terakhirnya, Kimby berbicara pada Aesa. Namun nyawa telah lepas dari raga Kimby sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Ki-Kimby... Tidaaaak!!! Jangan tinggalin akuuu!!!"
Aesa menjerit sejadi-jadinya. Melihat sahabatnya mati di depannya karena berusaha melindunginya dari serangan seekor Dire Wolf.
Monster serigala di sekitarnya langsung mengerumuni jasad Kimby dan memakannya.
"Uekk! Huweeekkkk!" Aesa kembali muntah melihat Kimby dimutilasi oleh para monster serigala yang mengerumuninya.
Setelah beberapa saat berlalu, para serigala yang sudah selesai memakan Wardel, Kimby, dan beberapa penduduk desa yang melakukan perlawanan di baris belakang, mereka mulai mengalihkan perhatian kepada Aesa.
"Hiii! Tidak! Jangan dekati aku! Pergi kaliaaan! Crushing Wave!"
*Shuuuusss* *Tak tak trak tratak tak trakk*
Ratusan batu kerikil melesat cepat dari ujung magic rod Aesa dan menyerang semua monster serigala yang ada di area 60° di depan Aesa. Rabid Wolf yang terkena serangan itu langsung terluka di sekujur tubuhnya, sebagian mengalami patah tulang, dan beberapa mati karena trauma yang dialami tubuhnya terlalu banyak.
Berbeda dengan Dire Wolf yang memiliki kecepatan lebih tinggi. Mereka langsung melompat keluar dari AoE skill Aesa. Setelah aman dari skill tersebut, mereka mulai menyerang Aesa dari kedua sisi.
"Earth Wall! Earth Wall!"
*Gruuuuuggg* *gruuuuuuggg*
*Brakk*
Tanah di sisi kanan dan kiri Aesa terangkat, menjadi dinding pembatas. Seekor Dire Wolf yang sudah terlanjur melompat untuk menerkam Aesa, menabrak tembok tersebut dengan keras. Dia pusing sedikit, lalu kembali berdiri dengan 4 kakinya.
Aesa berlari sekuat tenaga ke arah belakang. Rasa takut sudah memenuhi akal dan pikirannya hingga menjadi beku. Yang ada di benaknya saat ini hanyalah lari lari lari untuk menyelamatkan diri.
Tapi apalah daya seorang Mage. Dalam hal Agi, hampir semua Mage tidak merepotkan diri mereka dalam melatih kecepatan fisiknya. Mereka hanya berlatih untuk meningkatkan kekuatan magic-nya dan kecepatan materialisasi magic.
Akibatnya, dalam sekejap Aesa sudah dikepung oleh 5 ekor Dire Wolf. Semua rutenya untuk melarikan diri sudah ditutup. Aesa sudah tak memiliki kesempatan untuk dapat bertahan hidup. Dalam beberapa detik, dia akan berjumpa dengan teman-teman yang sudah mendahuluinya ke alam baka.
Perlahan, 5 ekor Dire Wolf yang mengepung Aesa mulai melangkah mendekatinya. Lingkaran yang mereka bentuk untuk mengelilingi Aesa perlahan menjadi semakin kecil dan semakin sempit. Dan Aesa sudah tidak memiliki sedikitpun semangat juang untuk melawan.
Tiba-tiba, tanpa peringatan, seekor Dire Wolf yang berada tepat di hadapannya langsung menerkam Aesa. Cakarnya yang tajam merobek pakaian Aesa yang hanya terbuat dari kain, menyebabkan kulitnya mengalami robek panjang dari dada sampai perut.
Aesa jatuh terjerembab dan ditindih oleh salah satu kaki depan Dire Wolf tersebut. Aesa sudah benar-benar pasrah. Tubuhnya sudah dikunci ke tanah, tak dapat bergeser 1 inci pun.
Dire Wolf itu membuka rahangnya. Memampangkan semua taring yang panjang dan tajam seperti pedang itu di depan wajah Aesa. Air liur menetes dari taring-taring itu, membasahi wajah Aesa.
Sesaat kemudian, Serigala itu menutupkan rahangnya untuk menggigit kepala Aesa. Aesa memejamkan matanya dengan tenang. Dia sudah siap menghadapi kematian. Dan akhirnya...
*Jreb*
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terima kasih kakak sudah membaca!
Yang, belum vote dan komentar, boleh kakak...