Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 36 - Chapter 3.5 (18+)

Chapter 36 - Chapter 3.5 (18+)

WARNING !!!

18+ ONLY

Anak di bawah umur 18 tahun silahkan skip ke chapter berikutnya!

Melewatkan chapter ini tidak akan melewatkan poin penting dalam cerita secara keseluruhan.

Selamat membaca! Hentai time!

_______________________________________

Selesai shopping, kami berkeliling-keliling untuk mencari penginapan dengan harga yang paling sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan. Bukan kami pelit, hanya saja aku tidak ingin terlalu sering berpinda-pindah tempat menginap, karena repot.

Setelah berkeliling-keliling, keputusan akhir jatuh pada salah satu Love Hotel yang bernama Jungle Paradise. Entah kenapa, seperti halnya di Kota Dranz, hotel seperti inilah yang menawarkan harga miring untuk fasilitas yang sama dengan hotel-hotel pada umumnya.

Dan memang, mungkin karena ada nuansa nostalgia karena selama di Kota Dranz, kami selalu menginap di salah satu Love Hotel di sana. Sampai pemiliknya sudah menganggap kami sebagai keluarganya sendiri.

Petang sudah menjelang. Kami berencana menghabiskan malam ini hanya untuk beristirahat. Dan di dalam otakku saat ini hanya memikirkan tubuh polos Ren. Yang mungil tapi proporsional.

Payudara Ren yang tidak pernah membuatku bosan. Lekukan tubuhnya yang seksi. Pantat mungil tapi berbentuk sangat indah dan menggoda... Dan lidahnya yang lincah, mengacak-acak seluruh rongga mulutku dan menguras sekujur penisku. Ahhh...

Malam ini! Yeahhh!

Selesai makan malam, semua mengambil giliran untuk mandi sampai semuanya selesai mandi. Kemudian kulihat Ren, dia malah bersiap-siap untuk tidur, dan menutup tubuhnya dengan selimut.

Loh? Katanya...?

Saat mataku sedang tertuju pada Ren, kurasakan kerah kaosku mendadak menjadi ketat. Aku tercekik!

"Akkk!"

Kulihat ke belakang, ternyata... Syla!

"Ikut aku." Kata Syla dengan wajah merona dan sedikit tertunduk.

"Ekkk! Akkk! Tu-tung--aakkkk!"

Syla tidak memberiku kesempatan dan terus menarik kerah bagian belakang dari kaosku. Mau tak mau, aku terpaksa mengikuti tarikannya agar tidak tercekik.

"Dadah, Arkaa~" Ren menoleh ke arahku sambil melambaikan tangan dengan senyum succubus-nya yang mematikan.....akal sehatku.

Syla menyeretku keluar kamar. Dan... Kami masuk ke kamar di sebelah kami.

"Eh? Ini... Kamar siapa!?"

"Aku nyewa 1 kamar lagi. Pokoknya malam ini kamu harus... Tanggungjawab!" Ucap Syla sambil menunduk malu.

*Jeglekkk*

Syla menutup pintu agak keras. Semoga suaranya tidak mengganggu penghuni lainnya.

"Eh? Kamu..."

"..."

"Syl?"

"Hiks..."

"Loh kok malah nangis!?"

"Arka jahat!"

"Aku kan emang jah-- Nggak. Aku jahat apa?" Aku menyadari kalau ini bukan saatnya bercanda.

"Arka... Udah ngelakuinnya dengan Ren beberapa kali. Bahkan Arka juga udah ngelakuinnya dengan Ruby!"

"He? Nge-ngelakuin apa?"

"Jangan paksa aku ngomong itu!"

"... Maaf. Aku ngerti maksudmu."

"Aku nggak permasalahin kamu ngelakuin dengan Ren atau Ruby. Tapi... Hiks... Aku udah capek nunggu dan ngarepin kamu. Apa aku nggak menarik di mata Arka? Hiks..."

"Sy-Syla menarik di mataku! Syla cantik! Syla sexy! Jangan pernah ngomong gitu lagi, Syla..."

"Tapi, Arka nggak pernah mau nyentuh aku..."

"Apanya!? Kan sering, nihh aku sentuh nihh..." Kataku sambil menggenggam bahu Syla.

"Arka bodooooh! Hiks..."

"Hahhh... Apa aku harus ngejelasin semuanya secara detil supaya kamu bisa ngerti?"

"He?" Syla terlihat bingung mendengar jawabanku.

"Ok. Gini... Aduh, aku jadi grogi."

"Udah, ngomong ajaaa!" Tiba-tiba wajah Syla seperti berbinar-binar, dia menantikan aku mengucapkan kata-kata yang sebenarnya sudah diketahuinya saat ini.

Dasar wanita.

"Aku bilangin kamu dengan tegas ya..."

"Hm! Hm!" Jawab Syla sambil menganggukkan kepalanya.

"Aku mencintai kamu, Sylaria Wyndia Acresta. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Kamu nggak lupa kan, Helvaran itu..."

"..." Syla hanya diam tersenyum.

"Waktu itu, aku udah merasakan sesuatu yang aneh di dalam dadaku ketika melihat wajahmu yang terlelap dengan damai. Di dalam hati, aku ngerasain, kalau wanita ini... Hanya untukku."

"..." Syla masih tersenyum, tapi kali ini air mata mulai mengalir lagi di pipinya.

"Mulai hari itu... Sampai detik ini... Perasaan itu nggak memudar sama sekali. Bahkan, semakin kuat. Semakin hebat. Aku nggak bisa lagi menggambarkan perasaan sayangku sama kamu, Syla..."

"..."

"Kamu mau tau, kenapa aku nggak mau ngerusak tubuhmu sampai sekarang?"

"..." Syla mengangguk perlahan.

"Karena aku menganggap Syla sebagai harta yang paling berharga di dalam hidupku. Aku ingin menjagamu tetap bersih, tak tersentuh, dan berkilau selama yang kubisa."

"Uhm. Syla ngerti maksud Arka. Tapi..."

"Tapi?"

"Tapi, apa Arka berpikir kalau aku nggak menginginkan yang kayak gitu? Aku juga, sejak hari pertama kali kita bertemu, aku udah suka sama Arka. Semakin hari, perasaan suka itu berubah menjadi sayang. Syla udah jatuh cinta sama Arka. Dan sekarang, aku hanya ingin hidup dengan Arka. Aku nggak mau dengan siapapun kalau itu bukan Arka. Aku nggak akan mau pisah dari Arka. Walaupun suatu saat nanti Arka pergi ninggalin aku, aku nggak akan ngelepasin Arka. Aku lebih baik mati di tangan Arka daripada aku harus kehilangan Arka!"

"... Syla..."

"Tubuh ini, jiwa ini, semuanya hanya milik Arka. Kesucianku ada hanya untuk dinodai oleh Arka. Aku hidup di dunia ini hanya untuk Ar-!"

"Mmhh!"

Kusumpal bibir merona Syla yang basah karena air matanya, dengan bibirku. Sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Syla sudah mendengar semua yang kurasakan terhadapnya. Dan aku juga sudah cukup mendengar isi hati Syla.

Syla selalu menjadi prioritasku. Syla selalu menjadi yang paling kucintai. Bukan hanya karena tubuhnya. Bukan hanya karena sifat dan kepribadiannya. Tapi karena dia Syla. Karena dia Syla seutuhnya.

"Mmmhhmm..."

Syla membalas ciumanku dengan bibir dan lidahnya. Dia meluapkan seluruh perasaannya kepadaku. Kedua lengannya memelukku dengan erat.

Merasakan hangatnya tubuh Syla yang ditekankannya kepada tubuhku, aku menjadi semakin bernafsu. Tiupan nafas Syla yang menerpa wajahku terasa begitu liar dan menggebu. Membuat birahiku mendidih seketika.

Kedua tanganku meraba seluruh punggung Syla yang masi di dalam pelukanku. Bokong Syla kuremas dengan ganas. Bokong yang bulat, lembut, dan indah itu...

Tak tahan lagi, kuangkat tubuh Syla. Kugendong dia ke kasur tanpa melepaskan ciuman kami. Lalu kubaringkan telentang, secara perlahan.

"Mmmhh... Amhmm..."

"Mmhm... Ahhmm.."

Lidah kami masih saling melilit. Kurasakan air liur kami bercampur di dalam mulut Syla. Terdengar Syla menelan sebagian liur kami yang sudah menyatu.

Ahh... Gadisku... Malam ini kamu akan menjadi wanitaku...

Perlahan kulepaskan ciumanku. Liur dari kedua lidah kami yang terpisah, membentuk benang yang memanjang, seakan tak ikhlas melepaskannya.

"Syla... Aku benar-benar mencintaimu..."

"Aku mencintaimu juga, Arkaku..."

Kemudian aku menciumi seluruh wajah Syla secara perlahan dan lembut. Berpindah-pindah di seputar wajahnya. Kujilat bekas air mata yang masih tersisa di pipinya yang mulai mengering itu.

Kedua tangan yang menopang berat tubuhku, kuremaskan pada kedua payudara besar Syla. Dua buah payudara besar yang kuremas itu seakan mau tumpah ke bagian atas bra-nya.

Saat ini Syla hanya memejamkan matanya sambil menikmati sentuhan bibirku di seluruh wajahnya. Nafasnya terdengar tenang. Perasaannya menjadi damai setelah wajahnya mendapatkan sentuhan penuh kasih sayang dari bibirku.

Perlahan kuturunkan bagian bahu dari dress Syla, hingga terlipat-lipat kusut di bagian perutnya. Syla mengenakan dress panjang yang longgar, sehingga memudahkanku untuk melepasnya. Sepertinya dia memang sudah berniat untuk menyerahkan keperawanannya padaku malam ini.

Terpajang bra dengan renda dan bordiran indah berwarna merah menutupi kedua payudara besarnya. Bra ini... Merupakan bra yang dibuka dari depan.

Tak pikir panjang, aku langsung membongkar semua misteri yang ada di balik bra itu. Ketika kaitan bra kulepaskan, payudara Syla menyeruak dan melompat keluar.

Wah! Cantiknya payudara Syla!

Tanpa menunggu sedetikpun, kedua tanganku refleks meremasnya. Kulit eksotis Syla yang terlihat seperti kulit wanita latin yang telah berjemur di tepi pantai, membalut gumpalan lemak masif di dadanya.

Areola yang hanya terlihat sedikit lebih coklat dibanding kulit sekitarnya, hanya berukuran sebesar koin. Dan puting susu mungil di tengahnya, secara menakjubkan berwarna krem terang sedikit pink.

"Aahhhh... Tangan Arka terasa hangat..." Syla melenguh menikmati remasan tanganku pada payudaranya.

Tekstur dan bentuk payudara Syla memang yang terbaik. Tepat seperti payudara sempurna yang selalu kukhayalkan. Payudara sebesar itu, kira-kira ukuran Cup-G, menggantung sangat kencang di dadanya. Tak sedikitpun terlihat kendor. Tanganku tak mampu menampung payudara Syla karena begitu besarnya. Remasan jemariku tenggelam begitu dalam di payudaranya.

Hanya beberapa detik kesabaranku mampu menahan untuk hanya meremasnya. Aku... Benar-benar ingin mencicipinya!

"Hhaammmmhhhmmm..."

"Aaaahhhh... Arkaaa... Aaaahhhhh..."

Kumasukkan semua yang mampu kumasukkan ke dalam mulutku. Lidahku menjilati areola Syla sambil sesekali menyenggol putingnya. Ekspresi Syla terlihat begitu menikmati hisapan dan permainan lidahku.

Sedikit keringat yang menempel di kulit payudara Syla, memberikanku sensasi gurih yang menyetrum hingga ke penisku. Penisku berdenyut tidak karuan. Tapi aku tak boleh terburu-buru, karena Syla membutuhkan waktu untuk mempersiapkan vaginanya agar dapat menerima penisku seutuhnya tanpa rasa yang terlalu sakit.

"Aaahhh... Vaginaku... Arka, vaginaku geliii... Aaaahh..."

Ternyata, rangsangan ini tak hanya mempengaruhi penisku. Vagina Syla juga menerima rangsangan yang sama hingga ia merasakan geli tanpa kusentuh.

Aku tak akan membiarkan Syla menderita walaupun sebentar. Tangan kananku langsung bergerak untuk menenangkan rasa geli pada vagina Syla. Kuangkat bagian bawah dari dress Syla hingga mengekspos celana dalamnya yang serasi dengan bra miliknya.

Lalu, dari bagian luar celana dalamnya, kusentuhkan jari tengahku ke daerah yang ternyata sudah basah.

"Haahhh... A-Arkaahh..."

"Mmmmhhhmm..." Mulutku masih menikmati gurihnya payudara Syla secara bergantian, kanan dan kiri.

Celana dalam yang sudah basah di bagian tertentu tersebut, mulai kuelus dengan jemariku. Aku tidak ingin menyentuh vulva Syla secara langsung dengan jariku untuk saat ini.

"Haaahhh... Haahh... Haaaahhh... Harkaaahhh..."

Kubiarkan Syla meracau. Kubiarkan dia menikmati apa yang sudah lama diinginkannya. Mulutku, tangan kiriku, dan tangan kananku masih melakukan tugas mereka untuk terus merangsang Syla, sembari aku menahan rasa gatal di penisku yang sudah mulai memberontak.

Sekitar 15 menit hal ini sudah berlangsung. Syla yang tadinya masih bernafas dengan tenang, kini sudah semakin cepat. Aku masih harus menahan gejolak birahi pada penisku.

Kemudian, setelah kurasa sudah waktunya untuk meningkatkan intensitas rangsangan, kulepaskan kulumanku pada payudaranya dan segera melepas seluruh pakaianku dengan satu tangan, sementara tangan yang satunya masih terus menggoda Syla di bawah sana.

"Syla, perlihatkan kepadaku seluruh keindahan tubuhmu..."

"A-Arkaahhh... Aahhh... Gelii... Gelii Arkaahh..." Syla hanya meracau, sudah tak mampu meresponku dengan benar lagi.

Kulepaskan jemariku yang sudah basah oleh lendir cinta yang menembus celana dalam Syla. Perlahan, kudekatkan bibirku pada sela-sela belahan dada Syla, dan kucium kulit eksotis di dadanya.

Kedua tanganku secara perlahan menurunkan dress Syla, lalu bersama dengan celana dalamnya yang sudah basah oleh lendir nafsu. Bibirku terus menciumi bagian tengah dadanya, terus turun ke perutnya secara perlahan.

Kini, Syla tergeletak bugil di hadapanku. Tidak ada lagi kain yang menutupi keindahan tubuhnya dari mataku. Tubuh Syla tidak memiliki lemak berlebih selain di bagian payudara dan bokongnya.

"A-Arka... Kumohon... Jadikan aku wanitamu... Buat aku menjadi tidak bernilai lagi jika bukan bersamamu... Buat aku berantakan..."

"Syla... Kamu akan selalu bernilai, bahkan kamulah yang paling bernilai di dalam hidupku..." Balasku dengan menghentikan ciuman di perutnya sesaat, lalu melanjutkannya lagi.

Ciumanku telah sampai di pusar Syla. Sambil kucium, kuberikan lubang kecil itu sedikit jilatan lembut.

"Uhhh..." Dan Syla meresponnya dengan melenguh.

Kulanjutkan penelusuranku di tubuh Syla. Kini, ciumanku telah sampai di area pubis Syla. Kurasakan rambut halus berwarna silver sedikit pink di area pubisnya. Ternyata Syla tidak memiliki rambut pubis yang lebat seperti manusia seusianya. Mungkin, bangsa Dark Elf memang seperti ini?

"Cupps... Cups... Cuppss..."

"Uhhh... Huhhh... Ahhh..."

Semakin ciumanku mendekati area sucinya, respon tubuh Syla semakin terlihat jelas. Seluruh tubuhnya bergetar semakin hebat setiap bibirku menyentuh kulitnya. Tubuh gadis ini sudah mengantisipasi rangsangan yang akan datang, dan sudah sangat mengharapkannya.

Hingga akhirnya, bibirku telah sampai pada tujuan akhir dari petualangannya. Dan hidungku pun sudah mulai mencium aroma khas yang dikeluarkan oleh vagina Syla. Aroma keringat, bercampur sedikit aroma manis.

"Cuppss..."

"Khaaahhhhh!"

Tak menunda lagi, kukecup lembut bagian paling atas dari vulva Syla hanya dengan sekali kecupan. Respon Syla yang sudah benar-benar menginginkan hal ini, sangat luar biasa merangsangku.

Kedua tanganku, kuletakkan di labia mayora kanan dan kiri Syla. Perlahan kubuka surga tersembunyi milik Syla. Dan seketika pula, semua tabir rahasia surgawi akan kesucian Syla terungkap di hadapanku.

Vulva Syla berwarna pink cerah dengan siluet sedikit kecoklatan. Klitorisnya tidak mampu bersembunyi di sudut atas vulva-nya. Labia minora kanan dan kiri, seperti gorden yang diikat rapi di tepian jendela, menghiasi indahnya tepian vulva Syla. Lubang urethra (lubang kencing) Syla, seperti malu-malu untuk memperlihatkan kecantikannya kepadaku.

Dan dari semua itu, hanya satu yang paling mengaduk perasaanku. Yang membuatku bangga bisa mendapatkannya. Membuatku bahagia bisa memilikinya. Membuat hasratku menggebu untuk mencicipinya.

Hymen Syla, yang menutupi pinggiran lubang vaginanya. Berwarna pink cerah tanpa ada noda apapun selain lendir cinta yang keluar dari dalam vagina Syla. Permukaan hymen ini begitu licin dan mengkilat. Lubang di tengahnya kecil, bahkan pensil pun tampaknya sulit untuk dimasukkan.

"Glekk..."

Tanpa sadar, aku menelan liur yang sudah banyak terkumpul di dalam rongga mulutku.

"Arka... Percaya kan... Kalau Syla... Masih suci?"

"Sy-Syla... Kamu yakin mau ngelakuin ini?"

"Arka cinta kan sama Syla?"

"Aku cinta kamu."

"Itu aja udah cukup buat aku yakin. Aku nggak mau kalau bukan Arka." Jawab Syla dengan senyuman termanis yang pernah kulihat di wajahnya.

"Kalau gitu... Selamat makan! Hammm!" Kataku, langsung melahap vulva Syla.

"Hiiiyaaaaahhhh! Aaaahhhk! Arkaaahhh!" Menerima rangsangan hebat secara mendadak, Syla langsung menjerit.

Tubuhnya tersentak melengkung ke belakang. Kedua paha yang sebelumnya mengangkang, refleks menjepit kepalaku, sedikit mendorong kepalaku untuk menjauhi vulva Syla. Tapi hal seremeh itu tak akan mampu menahan hasrat birahiku yang sudah mencapai ambang batas.

"Aahhh! Aaaaahh! Aaaakk! Arrkaaaaahhh! Aaaahhhkk!"

Tidak bisa. Aku tidak bisa mengontrol gerakanku lagi! Mulut dan lidahku langsung melumat segala apa yang ada di vulva Syla. Aku bahkan sudah tak peduli lagi apakah aku terlalu kasar atau tidak.

"Geliiiihhh! Arkaahhhaaaakkk! Hakk! Hiiiihhh! Enaakkhh! Iiihhh! Geliihh! Aaahhk!"

Aku tak mempedulikan Syla yang meracau. Mungkin Syla juga sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi. Syla menjerit saking keenakan. Dia tak peduli lagi meski penghuni lain mendengarkan jeritan sensualnya itu.

"Mmmhhhm! Mmhhh! Mmhhhmmm!"

"Kyahh! Aaahhh! Arkaaahhh! Terusss! Aaahhh! Hiyaaahh!"

Jeritan Syla itu semakin membuatku gila. Aku hilang akal. Bagaikan alunan nada erotis yang memanjakan telingaku, rangsangan auditorik ini membuat penisku semakin berdenyut keras.

Kutelan semua lendir lezat yang keluar dari liang kenikmatan surgawi Syla. Kujilati, kuhisap, sesekali kugigit lembut semua yang ada di vulva Syla.

Klitorisnya, labia minora-nya, lubang urethra-nya, bahkan hymen-nya! Semua santapan mentah yang lezat ini kunikmati sepenuh hatiku!

"Akaahh! Rasanyahh! Makin! Makin gelihh! Ahhk! Teruss! Kasar! Lebih kasar! Cepathh! Arka cepaaathhh! Uh! Uhg! Uggh! Uhhh! Huhhh! Haaahh! Haaaahhh! Hiyaaahh! Arkaaaaaaahhhhh!!!"

Seketika, seluruh tubuh Syla berkontraksi hebat! Kedua pahanya menjepit kepalaku semakin kuat! Dan tangannya mendorong kepalaku seakan tidak mampu lagi untuk menerima rangsangan lebih dari ini. Kontraksi ritmis seluruh tubuhnya... Syla sudah mencapai klimaks hanya dengan mulutku. Akupun berhenti melumat vulvanya.

"Syla, senang?" Eh, pertanyaan absurd macam apa itu...

"Sehhh... Senanghhh... Akuhhh... Bahagiaahhh... Arkahhh... Sekaranghh... Jadikan akuhhh... Wanitamuhh..."

Mendengar permintaan Syla dengan nafas yang tersengal-sengal seperti itu, aku tak akan menyia-nyiakannya. Lebih tepatnya, aku tak mampu menolaknya.

Kudekatkan penisku yang ujungnya sudah basah oleh cairan bening kental akibat terlalu lama menahan nafsu ini, tepat di depan vagina Syla. Perlahan, kutempelkan glans penisku pada vaginanya yang masih rapat dengan hymen yang masih utuh dan sempit.

"Syla... Ini akan sakit..."

"Akuhh... Tauhh... Tapihh... Akuh... Menginginkan inihh..." Jawab Syla masih terengah-engah.

Untuk membantu mengalihkan perhatiannya, kucipok Syla. Syla membalasnya dengan penuh hasrat. Tak lama, kulepaskan cipokanku untuk beberapa sesaat.

"Syla... Seluruh hati Arka, mencintai Syla..."

"Sylah... Juga mencintaih... Arkah..."

Lalu kucipok lagi bibir manis Syla. Dan mulai kudorongkan penisku ke dalam vagina Syla. Oh... Tahanan yang menghalangi penisku, terasa berat untuk ditembus.

"Mhh..."

Syla terlihat seperti sedang menahan sakit. Aku tahu dia merasakan sakit. Lubang hymen sekecil itu, pasti akan mengalami robekan yang besar. Tapi aku tidak bisa berhenti di sini. Aku melanjutkan dorongan pinggulku, memaksa hymennya untuk menyerah dan menerima penisku, dengan selembut mungkin.

Sulit sekali menerobos masuk ke dalam lubang kenikmatan milik Syla ini!

"Hmh... Hmmhh... Hmh..."

Aku tidak boleh merasa iba pada Syla yang sedang menahan perih. Aku harus terus mendorong agar penisku bisa masuk. Kami sudah tidak bisa kembali lagi seperti sebelumnya. Hubungan antara kami sudah tidak sama lagi seperti hari-hari kemarin. Malam ini, jiwa dan raga kami harus bisa menyatu.

*Jleb*

"Mmmhh! Hmmh... Hmmhh..."

Kurasakan glans penisku sudah berhasil melewati hymen Syla. Tapi, ini baru awal.

Syla memejamkan matanya sekuat tenaga. Masih menahan pedih di selangkangannya. Perlahan, sambil sedikit saja menggoyang penisku maju mundur, aku memberikan sedikit tenaga lebih ketika mendorongnya.

Lalu setelah beberapa menit mencoba melakukan itu...

*Bressss*

"Hhhmmmmmmhhhhhh!!! Hmh... Hmhhh... Hmhhh... Hmhhh..."

Akhirnya seluruh penisku berhasil terhujam hingga pangkalnya ke dalam vagina sempit dan geli milik Syla. Syla menjerit tertahan di dalam mulutku. Namun, sesaat kemudian, dia mencoba untuk bernafas dalam, menahan pedihnya kesucian yang telah tercabik oleh penisku.

Aku... Sudah berusaha semaksimalku untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari deflorasi kegadisan Syla... Tapi tetap tidak bisa.

"Mpahhh..." Aku melepaskan cipokanku dari mulut Syla.

"Hahh... Hahhh... Hahhh... Arkahhh... Makasihhh... Makasih sayanghhh..."

"Syla, makasih ya sayang... Bilang kalau Syla udah siap ya... Cupps." Ucapku, lalu mengecup kecil bibir bawah Syla yang masih terbuka karena sedang bernafas dalam dan cepat.

Setelah beberapa menit mengambil nafas, sepertinya Syla sudah mulai tenang. Dan dia sudah menguasai rasa nyeri di vaginanya.

"Arka..." Kata Syla sambil mengangguk kecil.

"Aku mulai ya..."

Penisku yang dari tadi masih sekeras kayu dan berdenyut kasar di dalam vagina Syla, mulai kugerakkan maju mundur secara perlahan. Sangat hati-hati.

"Ugg... Ugh... Mhh... Mhh... Khh..."

Syla berusaha keras menahan perih di setiap gesekan penisku. Dia sampai menggigit bibirnya dan memicingkan matanya. Walaupun aku sudah melakukannya secara perlahan dan sangat berhati-hati, perih tetaplah perih. Air mata menetes lagi di pipi Syla...

"Syla... Sakit banget ya..."

"Nghh... Nggak... Nggak sakit... Arka nikmatin aja..."

Shit. Bagaimana aku bisa menikmatinya jika melihat wajah orang yang kucintai sedang menahan sakit seperti ini? Syla bukanlah naga yang mempunyai tubuh sangat kuat yang tidak masuk akal. Syla hanyalah seorang Dark Elf, yang tidak jauh berbeda dengan manusia biasa.

"Ughh... Uff... Hmp... Hmmh... Uggg..."

Aku melanjutkan pompaan piston lambat ini selama sekitar 10 menit. Namun, tidak tampak perubahan pada kondisi Syla yang menjadi lebih baik dan bisa menikmati hubungan seks pertamanya.

Shit! Fuck! Aku tidak tega! Pria mana yang tega melihat kekasihnya kesakitan? Apalagi karena perbuatannya sendiri. Aku harus segera menyudahi ini. Aku tidak ingin Syla menahan sakit yang lebih lama lagi.

"Syla, maafin aku. Aku mau percepat gerakanku sebentar aja."

"Arka... Aku nggak apa-apa... Arka nikmatin aja... Aku senang seperti ini..." Jawab Syla sambil memaksakan senyuman yang kaku dan memicingkan sebelah matanya, sangat terlihat kalau dia masih berusaha keras menahan pedih di selangkangannya.

"Aku mulai..."

Aku langsung mempercepat gerakanku. Aku memaksakan agar penisku segera memuncratkan birahi yang dari tadi tertahan. Sesegera mungkin!

"Ughah! Huff! Hmh! Hmh! Hmf! Hmf! Hmf! Khuh! Khuhk!"

"Hah! Hah! Hah! Hah! Aku! Sayang! Kamu! Syla! Hmmp! Mpp! Mmp! Mp! Mpp! Mmp!"

Aku menahan nafasku. Aku harus menahan nafasku agar kadar oksigen di dalam darahku berkurang. Aku harus membuat tubuhku kekurangan oksigen agar lebih lebih cepat mencapai klimaks dan orgasme.

"Kuhh! Haah! Hahh! Hyah! Hyah! Hiih! Hiyaaah! Haaaah! Hiyaaa!"

Ekspresi Syla semakin perih kulihat. Bahkan dia sudah tidak mampu menahan jeritannya karena perih yang dirasakannya sudah melebihi ambang batas ketahanannya.

"Mmmp! Mmp! Mmm! Ppp! Mmmp! Haah! Syla-! Aku-! Aku-!"

"Arka! Arka! Arkaa! Hiiii! Iiiyaaaaa!"

"Keluaaarr! GHAAAAHHHH!!! HAAH! HAKK! HAAK! GHAK! UGH! UHH!"

*Crooottt croooott crooooottt croooottt croooott...*

Ahh... Akhirnya... Lega rasanya penisku setelah mengeluarkan seluruh lendir putih kental tepat di depan cervix Syla. Penisku masih tertancap sampai pangkalnya di dalam vagina Syla.

Perlahan kurasakan tegangan pada penisku mulai mengendor, dan penisku mulai menyusut. Spermaku mulai menetes keluar dari vagina Syla dari celah yang diciptakan oleh penyusutan penisku, bercampur dengan darah kesucian Syla yang telah dilepasnya dan dipersembahkan kepadaku.

Aku terbaring di pelukan Syla. Menikmati kehangatan di dadanya. Syla mengelus rambutku dengan lembut. Wajahku dibantali oleh payudara Syla, terasa seperti tidur di atas balon berisi air hangat.

Syla hanya milikku.

"Arka... Terimakasih udah bikin Syla jadi wanita Arka yang seutuhnya..."

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

Sangat sulit untuk memperpendek chapter hentai ini.

Ok, berikutnya kembali ke jalan yang benar lagi. Semoga.