Halo pembaca! Jangan malu-malu kalau mau vote dan komentar...
Selamat membaca!
_______________________________________
Ahhh... Selalu. Selalu saja seperti ini. Apakah di jidat kami ada tulisan 'silahkan ganggu kami'? Kenapa semua orang selalu mengganggu dan menggoda gadis-gadisku?
Baik di Dranz maupun di Arvena, kejadiannya selalu begini. Dan ujung-ujungnya, kami selalu menghajar semua orang yang mengganggu kami.
Tapi, aku tidak mungkin berdiam diri dihina dan melihat mereka diganggu, bukan? Lebih tepatnya, aku tidak bisa hanya diam saja.
"Hahhh!!!" Teriak orang itu sambil melepaskan pukulannya tepat ke wajahku.
Mataku sama sekali tidak berkedip melihat pergerakan tangannya. Bahkan, dengan Agi lebih dari 270 poin, aku bisa melihat pergerakannya dalam slow motion. Agi orang ini rendah sekali. Mungkin dia hanya melatih Str dan Vit saja selama ini. Untuk apa Str dan Vit tinggi jika pergerakan lambat? Tinggi baginya juga tetap rendah bagiku, sebenarnya.
Kali ini, kubiarkan supaya situasinya jelas bahwa dia yang memulai duluan. Kulihat saja pergerakan slow motion pukulannya.
*Praakk!*
Dan ketika kepalan tangannya sudah berjarak sejengkal dari wajahku, ada telapak tangan orang lain yang menangkapnya dan menghentikan momentum pukulannya.
"Oh, Garen. Tolong diurus ya. Aku males ngotorin tanganku dengan darah dari makhluk rendahan seperti kecoa itu." Kataku sambil ngeloyor dan menjauhi lokasi kegaduhan dengan cuek, menuju Papan Misi Plat Gold bersama 3 gadisku.
"Apa kau bilang!? Kecoa!? Sini kau! Biar kutunjukkan bagaimana rasanya dipukul kecoa!"
"Baik, Arka... Tuan, hentikan. Jangan menggunakan kekerasan. Dari yang kulihat, Tuanlah yang salah dari awal karena telah mengganggu mereka."
"Hey! Mau kemana kau!?"
"Bye." Ucapku sambil melambaikan tangan tanpa menoleh, supaya dia tambah kesal.
"Kau! Siapa kau! Mau kuhajar juga, hah!?" Orang itu membentak Garen.
"Sudah, Tuan. Hentikan!"
"Kau-! Ugh! Lepaskan! Uggh!" Teriak orang berbadan besar itu sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Garen.
"Tidak akan kulepaskan jika Tuan tidak menahan emosi."
"Ugh! Kurang ajar! Mau cari ribut juga rupanya kau! Rasakan ini! Haahhh!!!"
Setelah gagal melepaskan tangan kanannya dari cengkraman Garen, ia mengayunkan pukulan tangan kirinya ke wajah Garen. Dan, ya. Mereka pun bertarung.
Garen hanya menghindar dan bertahan saja, sedangkan orang itu terus menyerang Garen.
"Gorg!"
"Hey kau!"
Dua Petualang Plat Gold lainnya yang sepertinya merupakan teman dari orang itu ingin membantu, tapi...
"Biarkan mereka." Bisik Lukas sambil menempelkan daggernya di leher salah satu teman orang itu.
"Kalo aku jadi kau, aku nggak akan ikut campur." Kata Fiana dengan senyuman mengejek sambil menempelkan kristal merah yang terdapat pada ujung gagang daggernya, Blood Fang, yang sudah bersinar terang itu, pada area kemaluan teman orang itu yang satunya lagi, siap untuk menembakkan magic.
Fiana dan Lukas dengan cepat menghentikan mereka sebelum mereka sempat bertindak. Tidak ada yang mengganggu Garen dan orang itu bertarung. Namun, akhirnya dia kelelahan dan mencari alasan untuk menghentikan pertarungan dengan Garen lalu pergi meninggalkan aula Guild Pusat. Tipikal pecundang.
Garen berhasil meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan. Lukas dan Fiana juga berjasa dalam menghindari keributan yang lebih besar.
Lumayan juga punya pesuruh seperti ini. Pekerjaanku jadi lebih mudah. Aku tak perlu mengotori tanganku sendiri. Fufufu...
Padahal, awalnya aku ragu untuk mau menerima Lunar Eclipse menjadi pengikutku. Tadinya, kupikir mereka akan merepotkanku. Tapi ternyata, keberadaan mereka lumayan berfaedah.
"Sayang mau ngambil quest yang mana?" Tanya Syla sambil bergelendotan di lengan kananku, menjepitnya di antara dua Gunung Merapi kembar.
"Ehh... Engg... Aduh, Syl, aku jadi nggak bisa mikir kalo kamu gituin, hehe..."
"Arka, kalau gini, bisa berpikir nggak?" Ren tak mau kalah, menyelipkan lengan kiriku di antara dua payudaranya juga.
'Uuu... Cimot nggak punya susu gede...' Ruby berbicara padaku via telepati.
"Ka-... Kalian bertigaaa! Aku nggak bisa mikiiiirrr jadinyaaa!"
Aku semakin tak bisa berpikir jernih. Mereka bertiga, mesum! Sebenarnya aku juga mesum. Tapi jika mesum sekarang, bagaimana aku bisa memilih misi dengan baik...
Tiba-tiba aku mulai merasakan tatapan penuh iri dan dengki dari semua Petualang yang sedang berada di dekat kami. Beberapa terlihat seperti ingin muntah. Tapi kubiarkan saja. Selama mereka tidak mengganggu kami...
"Hmmm... Kayaknya misi-misi buat Plat Gold ini lokasinya jauh-jauh ya..." Ucapku.
"Iya deh. Pantes bisa makan waktu lama." Timpal Syla.
"Tapi, kita kan ada Ruby. Kita bisa menyelesaikan misi yang manapun tanpa harus menghabiskan waktu lama di perjalanan. Terus, pulangnya bisa dengan Teleportation Gate-nya Arka."
"Hmm... Ren bener. Kita bisa jauh lebih cepet buat nyelesein misi yang jauh-jauh." Kataku setelah mempertimbangkannya beberapa saat.
"Sayang, aku mau ganti senjata. Kalo bisa yang sekalian sama misinya aja."
"Loh, Helvaran Dagger dan Bow punyamu rusak, Syl?"
"Bukan rusak, sih... Tapi aku jadi nggak bisa ngeluarin kekuatan maksimalku. Baru setengah kekuatan, material Gading Helvaran udah bergetar kayak mau pecah."
"Oh, gitu... Tapi sayang banget kamu nggak bisa pake senjata dari dark magic-ku, ya... Karena afinitas elemen magic-mu bukan dark magic."
"Iyaaa! Padahal pengen bangeeet!"
"Malah, Ruby dikasih senjata yang potensinya jauh lebih kuat daripada senjata yang bisa kubuat dari dark magic."
"Hehehe... Nenek Tante ngasih Ruby cakar yang kuaaaat!" Teriak Ruby sambil memunculkan cakar di tangan kanannya untuk sesaat.
Ruby, saat ini berwujud seperti manusia sepenuhnya. Karena aku menyuruhnya untuk menyembunyikan ekor dan tanduknya. Tujuannya ya supaya tidak mengundang tanya dari banyak orang.
Kembali ke topik yang diangkat Syla tadi. Kami harus memilih misi yang selain menghasilkan uang, juga memberikan material untuk dijadikan senjata Syla.
Sebelumnya aku pernah mengajukan mithril sebagai bahan yang akan digunakan, tapi Syla menolaknya mentah-mentah. Karena katanya, Helvaran masih jauh lebih kuat dibanding mithril kualitas murni terbaik dalam hal induksi energi magic dari tubuh ke anak panah dan semua skill-nya.
Berarti, kami harus mencari monster kelas B tingkat menengah keatas yang lebih kuat dari Helvaran. Tapi sayangnya, monster kelas B tingkat menengah keatas hanya bisa diakses oleh Petualang Plat Diamond. Maksimal yang bisa diakses Plat Gold seperti kami hanyalah monster kelas B tingkat bawah. Seperti Helvaran dan Vampire Lord.
Ada juga Basilisk dan Magmaro. Basilisk, ya kadal raksasa yang bisa membuat orang menjadi batu hanya dengan tembakan sinar matanya. Magmaro, seperti namanya, merupakan raksasa penghuni ruangan terdalam dari Gunung Berapi Derioth dengan tubuh yang terbuat dari magma mendidih. Tapi dari informasi yang kubaca, sepertinya tidak ada bagian tubuh yang dapat dijadikan material bagi senjata Syla.
Coret. Kami harus mencari monster yang memiliki energi magic sangat besar dengan tubuh yang kokoh. Tapi yang seperti itu tidak ada di daftar monster kelas B tingkat bawah. Ah... Ini membosankan. Baru naik tingkat menjadi Gold saja aku sudah merasa bosan menjadi Petualang Plat Gold.
Apa kuhajar saja Petualang Plat Diamond terkuat dan memaksanya untuk menaikkan platku menjadi Diamond? Janganlah. Nanti aku malah dimusuhi seluruh Guild.
"Hmmm... Apa yaa..."
"Nggak ada, Arka. Semua misi yang ada di Papan Misi Plat Gold di sini nggak ada yang meminta untuk menaklukkan monster yang memiliki bahan untuk dijadikan senjata buat Syla." Ren membuat kesimpulan dari semua misi yang telah dibacanya.
"Hmm hmm hmmm... Iya. Ya udah deh. Kita cari duit aja, gimana? Nanti sambil mikir gimana cara ningkatin kekuatan senjata Syla. Makin cepet naik ke Plat Diamond, makin banyak pilihan monsternya, kan... Gimana?""
"Ya nggak apa-apa juga sih, Ar. Sebenernya pake senjata yang sekarang juga masih bisa ngalahin sebagian besar monster kelas B. Kecuali yang tingkat atas-atas." Kata Syla menjawab pertanyaanku.
"Ruby mau nyobain senjata baruuu! Hehehee..."
"Ok, kalian pilih antara 2 ini. Magmaro atau Dagon? Magmaro di Gunung Berapi Derioth, ke arah Barat dari sini. Dagon di Samudera Azeron, ke arah Tenggara dari sini."
Magmaro, seperti yang sudah dijelaskan tadi. Dia punya nama lain, yaitu Magma Golem King. Merupakan penguasa Gunung Berapi Derioth. Misi menyebutkan bahwa warga sekitar Gunung Derioth semakin kesulitan memberikan persembahan agar Magmaro tidak mengamuk. Karena akhir-akhir ini dia selalu meminta tumbal gadis remaja.
Dagon, monster laut di Selat Azeron. Berwujud ikan raksasa dengan dua buah tangan besar di dekat insangnya. Misi menyebutkan bahwa kapal-kapal para Merchant besar beberapa kali telah diserang secara membabi buta oleh monster itu. Tidak ada yang tahu apa penyebab monster itu mengamuk.
"Ikaaan! Ruby mau makan ikaaaan!"
"Hihihi... Ruby, Ruby... Kamu mau cobain senjata baru atau mau makan ikan?" Ren menanggapi Ruby.
"Ikaaan! Tapi kan harus dipotong-potong dulu pake cakar baru Ruby! Asyiiik ayo Arka, kita makan ikaaaan!"
"Hahaha... Aku setuju aja mau ngelawan yang manapun, asalkan bareng Arka jeleeek!" Ucap Syla sambil semakin memeluk erat lengan kananku.
"Ren juga setuju aja, Arka."
"Ok! Kita terbang ke dermaga di selatan dulu. Nanti naik kapal sekalian nyari monsternya."
"Oh? Arka pengen berlayar?"
"Iya, Syl. Aku seumur hidup belum pernah berlayar naik kapal besar. Sedih ya."
"Hahaha... Aku doong, pernaaahh! Sekali doang sih, pas masih kecil. Tapi yang penting pernaaah!"
"A-aku juga belum pernah berlayar. Aku mau berlayar!" Ren dengan nada bersemangat dan sedikit malu.
"Yeeeee! Ikaaaaaannn!"
Kami kembali ke penginapan untuk check-out. Semua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam Trans-Dimensional Storage milik Ren. Cerdas sekali Ren meminta skill ini kepada Vioraze.
Kami jadi tidak perlu membawa beban apapun selain pakaian yang kami kenakan beserta senjata. Bahkan, Syla hanya membawa Helvaran Dagger. Helvaran Bow dititipkan kepada Ren. Aku juga sudah meminta Grista untuk menyiapkan beberapa produk alchemy yang berguna untuk tindakan medis dan kutitipkan pada Ren.
Selesai semua urusan, kami langsung mencari tempat yang aman agar Ruby bisa berubah menjadi naga dan kami semua memakai exoskeleton dulu. Tempat itu... Tidak lain dan tidak bukan, adalah Hutan Zurg.
Sebelum keluar dari pagar kota, aku sempatkan untuk membeli throwing chakram sebanyak 5 buah. Untuk Ren. Karena ren membutuhkan senjata jika terjadi suatu keadaan darurat. Merchant memiliki sebuah skill ofensif, Throw Goods. Yang berfungsi untuk menyerang musuh dengan melemparkan barang dagangannya dengan kekuatan berlipat ganda.
Semua beres, berangkat!
***
"Oi... Garen... Kau...?"
"Om Toren, maaf, tadi obrolan kita sampai dimana? Oh, iya! Tadi Om menanyakan tentang mereka berempat. Ya, itu mereka tadi."
"Bukan! Yang lebih penting, sejak kapan kau bisa sekuat itu!? Bukan cuma kau, tapi kalian bertiga..."
"Oh, hahaha... Terima kasih pujiannya, Om. Kami tidak sekuat itu, kok... Kami berlatih sambil mengerjakan misi saja, Om..."
"Bullshit! Kau tau siapa yang kau lawan tadi? Dia Gorg! Fighter Plat Gold yang hampir naik ke Plat Diamond. Untuk kekuatan aja, dia udah setara Plat Diamond! Tapi karena otaknya dungu, dia jadi belum bisa lulus ujian kenaikan tingkat petualang!"
"O-ohh... Hehehe... Aku tidak kenal, Om... Maaf... Hehehe..."
"Ayo, ceritakan padaku, apa rahasiamu bisa sekuat ini!?"
"Ehh... Anu..."
"Garen! Ayo kita berangkat! Yang menawarkan misi udah nunggu di tokonya!"
Garen mulai terlihat kebingungan. Grista, sudah menyadari hal ini akan terjadi. Dari tadi dia sudah mengambil salah satu Misi Plat Gold yang mudah. Dan sudah menyelesaikan urusan administrasinya.
Tepat di saat Garen kuwalahan menanggapi Toren, Grista langsung memotongnya dan menyelamatkan Garen. Fiana dan Lukas hanya mengikuti Grista saja. Sedangkan Garen ditarik oleh Grista untuk keluar dari bangunan Guild.
"Hey, tunggu dulu!"
"Dadah, paman~ Kami pergi dulu~" Grista sambil melambaikan tangan.
"Om Toren! Ayo kita minum-minum lagi kalo kami udah pulang yaa! Dadah!" Fiana mengucapkan salam kepada Toren sebelum menghilang dari balik pintu Guild.
Mereka berempat langsung menuju sebuah toko perhiasan terbesar di Kota Arvena, Luminos. Toko perhiasan tersebut adalah pihak yang mengajukan misi untuk melindungi kereta pengantar barang mereka menuju salah satu cabang besar di ibukota Kerajaan Elysium, Syndas.
Dari Arvena menuju Syndas memakan waktu sekitar 3 minggu. Syndas berada di arah timur dari Arvena. Sepanjang perjalanan, mereka akan menemui monster-monster kelas F dan E. Jika kurang beruntung, mereka akan bertemu dengan monster kelas D. Tidak jarang juga ditemukan perampok pada daerah yang sepi.
Misi ini, persyaratan minimumnya adalah Petualang Plat Gold. Hal ini ditetapkan untuk memastikan jika kebetulan yang dihadapi adalah monster kelas D, walaupun sangat jarang. Isi dari kereta pengantar barang mereka adalah, pastinya, emas dan permata yang bernilai tinggi.
Kerajaan Balvara dan Kerajaan Elysium merupakan 2 kerajaan yang menjalin aliansi sejak peperangan akbar antara manusia dan iblis sekitar 1.000 tahun yang lalu. Hingga kini, hubungan erat sudah terjalin dari berbagai bidang, salah satunya perdagangan.
Oleh karena itu, banyak sekali ditemukan Merchant besar di Kerajaan Balvara yang membuka cabang bisnis di wilayah Kerajaan Elysium, dan sebaliknya.
Setelah beberapa jam persiapan, mereka berangkat menuju Kota Syndas. Sebuah kereta barang, diiringi 10 tentara berkuda dan 4 orang Petualang Plat Gold, Lunar Eclipse.
Perjalanan ini seharusnya menjadi perjalanan yang mudah dan santai. Seharusnya mereka bisa sampai dengan selamat dan kembali dengan selamat. Seharusnya misi ini adalah sebuah 'easy money'.
Seharusnya...
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca!
Nama penting di chapter ini :
- Toren, Plat Gold
- Dagon (bukan dragon)
- Samudera Azeron, arah tenggara dari Kerajaan Balvara.
- Magmaro
- Gunung Derioth, arah barat dari Kerajaan Balvara
- Kota Syndas, ibukota Kerajaan Elysium.
- Toko Perhiasan Luminos