Halo Pembaca! Silahkan vote dan komentar apapun, terimakasih!
Selamat membaca...
_______________________________________
"Kalian para Demihuman bau dan jelek! Dengarkan aku! Tubuh kalian sudah kuberikan kutukan kematian! Kalian akan mati jika masih mencoba menyerang kami! Sekarang, kembalilah ke tanah kalian dengan damai!"
Apakah aku sudah terdengar keren? Sepertinya tidak. Aku memang kurang pandai dalam berpidato. Apalagi, mereka kaum Demihuman. Apakah mereka mengerti bahasaku?
Setelah teriakanku dari langit barusan, kulihat ada beberapa Demihuman yang berusaha keras melawan efek dari Devil's Glare. Lumayan juga mentalnya.
Mereka mengangkat senjata di tangannya. Ada yang berupa kapak, palu, tongkat berduri, pedang, dan tombak batu.
Lalu mereka mencoba menyerang Fiana, Syla, Garen, dan Lukas. Tentu saja dengan tubuh gemetar. Apa yang berikutnya terjadi pada mereka?
Ya, mereka semua yang mencoba untuk tetap menyerang walau sudah kuperingatkan, tiba-tiba lemas dan jatuh ke tanah. Kornea mata mereka terputar ke atas, membuat hanya bagian putihnya saja yang terlihat.
Tidak ada pergerakan, tidak ada nafas, tidak ada apapun pada tubuh mereka. Hanya segumpal bangkai.
"U-uuhh..."
"Ampun... Ampuni kami..."
"Dewa... Maafkan kami Dewa..."
"De-Dewa Kematian telah menjelma..."
"Ampuni kami, Dewa Kematian..."
"Kami akan kembali ke tanah kami... Ampuni kami, Dewa..."
Eh? Mereka memanggilku... Dewa Kematian? Haha... Bercandaan macam apa itu?
Mereka lantas bertekuk lutut kepadaku, menundukkan kepala mereka. Mereka terlihat melakukannya atas keinginan sendiri. Bukan karena efek dari Devil's Glare. Eh? Aku bingung...
Ah, paling hanya kesalahpahaman saja. Biarlah. Aku malas berpikir terlalu jauh. Kumanfaatkan saja kepatuhan mereka saat ini.
"Sekali lagi kukatakan, kembali ke tanah kalian dengan damai !!!"
""""""BAIK, DEWA !!!""""""
Mereka menjawabku dengan serentak, seolah-olah mereka semua sudah satu pemahaman. Baguslah. Berarti masalah selesai. Dan aku bisa cepat-cepat ke Guild untuk mengajukan kenaikan tingkat kami menjadi Petualang Plat Gold. Dengan bantuan Erazor, tentunya. Hehe...
Melihat mereka serentak berbalik arah dan berjalan menuju tempat asap mereka, aku turun ke daratan, dimana Ruby dan lainnya berada.
Sesampainya di daratan, aku malah disambut dengan wajah heran dari semua orang. Kenapa? Apa yang membuat mereka begitu heran melihatku? Apakah karena skill baruku yang luar biasa dahsyat tadi?
"Ar, sejak kapan kamu bisa bahasa iblis?" Tanya Syla dengan wajah sangat heran bercampur terkejut.
"He?"
"Jangan bilang... Arka nggak sadar kalau tadi berbicara dalam bahasa iblis?" Ren juga terlihat terkejut bercampur bingung.
Aku? Berbicara dalam bahasa iblis? Memang, aku mendengarkan omongan-omongan para Demihuman ketika mereka sedang bertarung dan aku memahaminya. Apakah secara tidak sengaja blessing Multiverse Language jadi teraktivasi dan aku otomatis berbicara dengan bahasa mereka, bahasa iblis?
Setahuku, memang para Demihuman memiliki bahasa yang berbeda di setiap ras. Tapi mereka memiliki sebuah bahasa universal yang dapat dimengerti oleh seluruh ras Demihuman. Yaitu bahasa iblis.
Namun, untukku berbicara dengan mereka menggunakan bahasa iblis... Wah, Multiverse Language kalau kelepasan seperti ini takutnya bisa membahayakan bagi aku dan orang-orang di sekitarku.
"Ayo, semuanya naik ke punggung Ruby! Kita pergi dari sini! Buruan!"
Saat ini, aku hanya ingin menyingkir dari tempat ini. Mungkin kami akan mendarat di hutan rimba yang tak begitu jauh dari kota. Di sana baru aku merencanakan rencana selanjutnya.
Oh, ya! Aku harus segera berdiskusi dengan Erazor dan Komandan Pasukan Royal Elite!
"Kalian duluan, ya! Aku ada urusan sebentar!"
*Dhuuuusss*
Dengan kecepatan terbang maksimal hingga tak dapat terlihat oleh mata telanjang, aku terbang menuju Guild, dimana kami sudah berjanji untuk bertemu.
Dalam sekejap, aku sudah sampai di atas Guild. Dan kulihat Erazor dan Komandan sedang berdiri di depan pintu gerbang Guild.
Lalu... Mereka kuculik dan kubawa ke tempat dimana yang lain sudah menunggu.
***
"Hey, Erazor... Mereka itu... Siapa mereka sebenarnya?"
"Haha... Kau ingin mendengar tentang mereka?"
"Te-tentu saja! Siapa yang tidak penasaran? Tiba-tiba datang dan mengacak-acak pasukanku... Ya, walaupun memang kesalahan kami awalnya..."
"Haha... Mereka itu, adalah party anomali dari Kota Dranz yang pernah kuceritakan beberapa bulan yang lalu. Kau ingat?"
"Oh... Dark... Dark... Dark Ace bukan?"
"Dark Edge..."
"Nah, iya. Dark Edge maksudku."
"Ya, itulah mereka. Dan sepertinya mereka sudah bertambah kuat."
"Mereka itu... Kalau boleh kukatakan... Daripada luar biasa, lebih cocok dikatakan mengerikan."
"Aku... Tidak bisa menyanggah kata-katamu barusan. Memang, mereka terlalu kuat sampai pada taraf mengerikan."
"Erazor, kau sebut party. Tapi yang kulihat hanya ada satu orang... Apakah yang lain-"
"Ya, kemungkinan mereka yang lainnya berada di punggung Naga Api itu, jadi tidak kelihatan dari bawah. Seingatku, dulu mereka bertiga. Tapi tidak tahu sekarang." Jawab Erazor memotong pertanyaan Jogras.
"Oh... Begitu... Lalu dima-- wooooooo!"
Dalam sekejap, pemandangan di sekitar Erazor dan Jogras tidak lagi pemandangan di depan Guild. Mereka sudah berada di langit! Mereka diangkat pada bagian pinggangnya dengan posisi membungkuk tertelungkup.
Sekejap kemudian, mereka sudah berada di tengah hutan, dan dikelilingi oleh beberapa orang. Dua di antaranya, Erazor sudah kenal. Tapi lima orang lainnya masih asing baginya.
"Paman Erazor, dan...?"
"Jogras. Panggil saja Jogras."
"Yak. Paman Jogras. Sebelumnya, aku minta maaf ya karena udah nyulik kalian berdua kayak gini."
"Tak masalah. Yang lebih penting dari itu, apa tujuanmu melakukan ini?" Tanya Jogras.
"Sebelumnya, perkenalkan dulu... Aku Arka, ini Syla, Ren, dan ini naga yang keren tadi, Ruby."
"Oh, jadi ini wujud manusianya..." Kata Erazor sambil tersenyum, sementara Jogras tampak seperti tak bisa berkata-kata.
"Terus, itu party Lunar Ekonomis-"
"-Lunar Eclipse, Arka..." Sahut Ren memperbaiki kesalahan ucapanku.
"Ya, maksudku Lunar Eclipse. Ada Grista, Garen, Fiana, dan Lukas."
"Perkenalkan, aku Erazor."
"Dan aku Jogras."
"Ok... Jadi begini, Paman Jogras dan Paman Erazor..."
Arka menceritakan semuanya tentang keberhasilan mereka membuat massa Demihuman yang mangamuk untuk kembali ke tanah mereka dengan damai. Dia mengatakan sudah memaafkan kesalahan kami yang menyerang mereka tanpa peringatan. Dia juga meminta agar Erazor membantu mereka untuk menjadi Petualang Plat Gold.
Tapi yang paling konyol dan menyulitkan kami, terutama aku sebagai Komandan Pasukan Royal Elite Arvena, adalah permintaan Arka yang terakhir. Dia meminta agar identitas mereka yang sudah mengusir massa Demihuman untuk kembali ke tanah mereka dengan damai, dirahasiakan.
Arka mengatakan bahwa mereka sudah menutupi seluruh tubuh termasuk wajah mereka ketika bertempur dengan massa Demihuman, supaya tidak ada yang mengenal mereka.
Jadi, aku cukup melaporkan bahwa party yang bernama Dark Edge, yang berisikan orang-orang misterius bertopeng, telah membantu Kita Arvena dalam mengusir massa Demihuman.
Dia ingin agar kami menyatakan bahwa mereka hanyalah anggota sebuah party Petualang Plat Silver bernama Lunar Eclipse yang ingin mengikuti ujian kenaikan tingkat Petualang. Dengan kata lain, mereka tidak terlibat apapun dengan pertempuran di gerbang barat maupun di gerbang timur.
Di akhir, dia mengancam jika kami membocorkan rahasia ini, maka dia sendiri yang akan membunuh kami. Dia mengatakan sangat mudah membunuh kami, seperti mudahnya menculik kami saat ini.
Itu... Benar. Sekaligus menyeramkan.
Mau tak mau, kami berdua harus memenuhi permintaannya. Aku akan membuat laporan sedemikian rupa agar mereka tidak masuk di dalamnya dan pihak kerajaan tidak mengetahui tentang tindakan mereka barusan.
Hahhh... Mereka ini, sekumpulan Petualang yang merepotkan. Tapi aku bersyukur mereka datang di waktu yang tepat. Jika tidak ada mereka, maka Kota Arvena saat ini sedang hancur karena peperangan dahsyat melawan ratusan ribu massa Demihuman yang mengamuk.
Tapi aku tetap harus menyelidiki apa penyebab mengamuknya para Demihuman itu.
"Baiklah, Arka dan teman-teman. Aku mengerti. Aku akan merahasiakan semua ini di dalam laporanku, sesuai dengan batas kemampuan yang bisa kulakukan."
"Aku juga demikian. Seperti yang terjadi di Kota Dranz beberapa bulan yang lalu, kan?"
"Haha... Iya, Paman. Okelah kalo gitu. Aku bakal nganterin kalian berdua ke dekat gerbang timur, ya..."
"Baiklah."
"Ya."
Arka kembali membawa kami terbang, dan dalam sekejap kami sudah berada di gerbang barat Kota Arvena.
***
"Hahhh... Akhirnya, kita aman."
"Terus, sekarang gimana, Ar?"
"Eh, iya. Exoskeleton tadi, disimpen sama Ren aja, ya... Biar sewaktu-waktu kalo dibutuhin, kalian pake lagi."
"Sudah, Arka... Nggak usah khawatir tentang barang-barang rahasiamu... Aku juga menjaga rapat-rapat tentang rahasia Hercules Junior..." Kata Ren sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Yuk, kita jalan kaki ke Guild, biar nggak terlalu mencolok. Kan kita cuman Petualang Plat Silver. Plat Silver harus keliatan miskin. Oh, iya. Simpen semua aksesoris kalian yang bersinar-sinar menggelikan itu." Aku pura-pura tidak mendengar kata-kata terakhir Ren.
Lalu kamipun berjalan kaki menuju Kota Arvena, dan langsung menuju ke Guild Pusat yang ada di dalam kota. Di sana, Erazor sudah menunggu dan menuntun kami menuju lantai 2, tempat ujian dilaksanakan. Erazor sudah menyiapkan semua dokumen, dan dia membantu kami dalam merahasiakan identitas Dark Edge.
Erazor, seorang Petualang Plat Diamond yang kukenal. Dia adalah Spearman yang dulu sempat kami selamatkan ketika terjadi serangan segerombolan naga dari Gunung Berapi Derioth di Kota Dranz. Waktu itu, dia masih Plat Gold.
Aku senang, mereka berdua memegang perkataan mereka. Tidak ada satupun Petualang Plat Diamond maupun Gold yang menghiraukan kami. Erazor mengatakan, kalau dia menyampaikan kepada admin Guild bahwa kami adalah anak didiknya.
Dan sekarang, disinilah kami, bersantai-santai dan mengobrol di ruang ujian bersama Erazor. Di tengah-tengah durasi ujian, Jogras masuk ke ruangan ujian dan menginfokan tentang laporan yang diberikannya kepada kerajaan.
Secara garis besar, sama dengan yang kuminta sebelumnya. Ada beberapa detail yang ditambahkan agar laporan tersebut terdengar meyakinkan. Kami bersih dari isu dan berita miring, terutama dari pihak kerajaan dan semua Petualang Plat Gold dan Diamond.
Yak, demikianlah kami berhasil menjadi Petualang Plat Gold. Memang, di dunia manapun kita hidup, 'koneksi' itu sangat dibutuhkan. Apalagi kalau sudah yang namanya tes penerimaan blablabla dan ujian masuk blablabla.
Dan, politik itu nista. Tapi, nista itu asyik. Dimanapun. Loh, kenapa aku jadi membahas politik? Ah sudahlah, otakku jadi kram kalau sudah berbicara politik. Kembali ke topik.
Setelah selesai dengan urusan administrasi, yang hampir semuanya ditangani oleh Erazor, kami langsung mencari penginapan. Penginapan termurah di kota ini, harganya setara dengan penginapan kelas menengah keatas di Kota Dranz.
Masalah? Tentu tidak. Maaf-maaf saja, kami sekarang sudah kaya dan sombong. Sombong itu perlu, asal ada yang disombongkan. Dan hal yang disombongkan tersebut, harus yang memang sudah sepantasnya untuk disombongkan. Camkan itu.
Well, sebagian besar harta kekayaan kami yang tersimpan rapi di Trans-Dimensional Storage milik Ren memang hampir semuanya merupakan pemberian dari Vioraze. Nenek satu itu memang royal sekali.
*Deggg!*
Aduh, dadaku panas! Eh! Maaf Tante Vioraze! Aku hanya bercanda, jangan dianggap serius, hahaha...
Padahal memang usianya sudah ribuan tahun...
*DEEGGGGG !!!*
"Aaaaaakkk!" Teriakku kesakitan sambil memegangi dada kiriku.
Bercanda, Tante! Aku hanya bercandaaa!
"Arka, kenapa?" Tanya Ren dengan ekspresi kebingungan sambil memelukku dari samping dan mengelus dada kiri yang tadi kuremas karena sakit.
"Ng-nggak apa-apa, kok! Hehe... Barusan aku dimarahin Tante Vioraze..."
"Vi-Vioraze!?" Syla yang mencuri dengar, tiba-tiba kaget.
"Nggak, nggak... Udah, yuk cari penginapan! Aku capek, pengen tiduran..."
"Arka, capek? Yahh..." Ren merespon kata-kataku dengan lesu.
"Nggaaaak! Nggak capeeeekk! Ayo, gaaasss!"
"Otak mesummu udah becek tuh, Ar." Ucap Syla ketus.
"Hahahaaa biariiiinnn! Nanti mau dikuras sama Reeennn! Sampe keriiiing!"
Semua orang yang lainnya menatapku dengan tatapan heran dan bingung. Tapi aku abaikan mereka.
"Hooo... Gitu... Liat aja nanti... Fufufu..." Syla membalasnya dengan senyuman licik.
"Ma-maksudmu?"
"Tau deeehhh~"
"Sy-Syla! Maksudmu apa!?"
"Apa yaa~ kasih tau nggak yaa~"
"Anjay..."
"Ren." Kata Syla sambil menatap Ren tajam.
"Hihihi... Iya, Syla... Aku ngerti kok..."
Rencana awal kami memang ingin mencari penginapan. Tapi di tengah jalan kami melihat toko pakaian yang cukup besar. Seketika terpikirkan untuk membeli pakaian biasa yang banyak.
Kami harus mengurangi penampilan serba hitam ini, karena... Membosankan. Selain itu, untuk agar tidak terlihat terlalu mencolok. Semua pakaian kami berwarna hitam polos, karena semua kuciptakan dari dark magic agar mempunyai defense yang sangat tinggi.
Tapi ya jadinya seperti ini. Sangat Dark Edge lah istilahnya. Kami harus menyamarkan itu. Mungkin, aku akan membuat pakaian ketat dari dark magic untuk fungsi pertahanan, yang bisa dipakai sebagai pakaian dalam. Seperti punya Ruby. Nah, di atasnya, kami bisa memakai pakaian biasa.
Akhirnya kami masuk ke dalam toko pakaian itu. Hanya kami berempat saja. Lunar Eclipse tidak ikut, mereka langsung mencari penginapan. Perbedaan Vit kami sangat terlihat jelas. Lunar Eclipse sudah tampak kelelahan. Sedangkan Syla dan Ruby yang juga ikut bertarung, masih terlihat fresh dan bersemangat.
Yak, mari kita shopping!
***
"Bodoh! Si Ker memang idiot!"
"Sudahlah, Dal. Dia sudah mati karena kebodohannya sendiri. Otaknya sama dengan gada besar yang digunakannya. Sama-sama tidak dipakai untuk berpikir. Kita semua tahu itu, kan?"
"Iya, aku tahu itu, Lak! Tapi, kau lihat kan? Energi yang dimiliki Dewa Kematian itu jelas-jelas tampak nyata dahsyatnya, kenapa dia dengan konyolnya tetap menyerang!? Sebodoh-bodohnya monster rendahan, mereka tahu kapan harus lari! Ini-! Aaarrrgh!"
"Lupakan tentang Ker. Saat ini, kita sudah melihat dengan mata kepala kita sendiri, bahwa jelmaan Dewa Kematian sudah turun ke dunia ini. Kita sudah tidak memerlukan Kristal Ameth-Or lagi untuk memberikan asupan energi kehidupan pada Demihuman di hutan ini. Karena Dewa sendirilah lah yang akan menggantikannya."
"Dal, aku setuju dengan pendapat Gun. Mungkin, saat ini Dewa harus menyelesaikan urusan entah apa, dengan manusia di sana. Tapi, cepat atau lambat, pasti dia akan kembali memimpin dan menuntun kita semua. Tidak hanya kita, tapi seluruh Demihuman yang ada di Hutan Goturg ini! Artinya, kita sudah tidak membutuhkan kristal itu lagi!"
"Ghaaaahh! Kata-katamu terdengar sangat getir, tapi, itu semua benar... Kematian Ker tidak sia-sia. Kematiannya telah membuktikan, bahwa Dewa Kematian telah turun ke dunia ini. Dan sesuai dengan ramalan keramat, Dia akan memimpin kita untuk kembali pada masa kejayaan Demihuman!"
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca!
Nama penting di chapter ini :
- Fallen Exoskeleton
- Death Fate
- Dal, Oni, Greatsword
- Lak, Oni, Fighter-Knuckle
- Gun, Oni, Druid
- Kristal Ameth-Or
- Hutan Goturg