Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 33 - Chapter 1

Chapter 33 - Chapter 1

Halo Pembaca!

Jangan pelit vote dan komentar...

Jangan hanya vote chapter pertamanya saja, tapi semua chapter lainnya juga...

Terima kasih sebelumnya.

Selamat membaca!

_______________________________________

"GGRRROOOAAAAAAAARRR !!!"

"Ma-ma-mati... Ki-kita mati..."

"Na-naga itu sungguh datang!"

"Be-begitu besar... Mampus kita!"

"Ta-ta-tanganku ge-gemetar! Pa-panah... Ta-tak s-s-sanggup..."

Guh... Terror yang disebarkan naga itu... Begitu mengintimidasi... Tekanan kekuatan yang sangat besar. Semua anak buahku ketakutan dan gemetar, hanya dengan mendengar auman naga itu saja.

Bahkan... Bahkan di dalam mulutku, gigiku gemetar. Namun, kucoba menahan dengan menggigitkan rahangku sekuat tenaga. Aku, Komandan Pasukan Royal Elit, tidak boleh menyerah sebelum bertempur!

"Se-... Seraaaaaaaang!!! Panah!!! Artileri!!! Tembaaaak!!!"

*Syu syu syuu syuu syyuu*

*Fuuusss fuuuussss fuuuuusssss*

Semua Archer melepaskan anak panah mereka. Pastinya, semua diarahkan ke arah Naga Merah yang sedang terbang ke arah mereka.

Sayangnya, banyak lontaran anak panah yang jatuh menurun sebelum mencapai targetnya. Seharusnya pada jarak sedekat ini, jangkauan panah sudah dapat mencapai targetnya. Tapi, ini sungguh di luar perhitunganku.

Ah! Pantas saja! Pasukanku, mereka tidak menarik panahnya dengan kekuatan penuh. Tangan-tangan yang gemetar itu tidak mampu menembakkan anak panah dengan kekuatan maksimum.

"Hey! Buka mata kalian lebar-lebar! Kalau kita tidak mampu menghentikan naga itu di sini, akan banyak korban jiwa yang berjatuhan! Sekarang, bersiap menembak lagi!"

"""OOOOOOOHHHH !!!"""

Kali ini, gelombang tembakan kedua jauh lebih kuat. Jarak tembaknya mencapai posisi dimana naga itu berada. Tembakan panah dan artileri, sebagian mengenai naga itu. Namun...

*Ding ding dingg diing diiing diingg*

Semua proyektil terpantul! Seluruh tubuh naga itu seperti terlindungi oleh Magic Barrier. Tapi itu bukan Magic Barrier sembarangan. Ukurannya jauh lebih besar jika dibandingkan dengan skill Mage tingkat bawah itu.

Magic Barrier yang bisa menyelubungi dan melindungi makhluk sebesar Naga Merah yang menyerang Arvena, kemungkinan merupakan skill Mage tingkat atas. Castle of Refuge.

Naga ini... Bukan Common Dragon biasa! Ini sangat berbahaya!

"Bersiap untuk tembakan berikutnya! Kekuatan penuh!!!"

"""Siaaaapp!!!"""

*Kreettttt*

Semua artileri maupun panah ditarik dengan tegangan tertinggi.

"...... TEMBAAAKKK !!!"

*Syuu syu syu syuu syuu*

*Fuuusss fussss fuuuussss fuuusss*

Gelombang serangan ketiga ini, dilancarkan dengan kekuatan penuh. Dengan ini, pasti akan menembus pertahanan naga itu. HARUS bisa! Setidaknya untuk mengurangi kekuatan naga itu walaupun sedikit.

*Traaaannnggg*

Castle of Refuge, pecah! Ribuan tembakan yang diarahkan ke satu titik, berhasil menghancurkan barrier naga itu! Serangan berikutnya, dia akan menerima langsung kekuatan tembakan Pasukan Royal Elit Arvena!

"Bersiap untuk tembakan beriku--!"

*Bwoooooossssshhhh*

Tiba-tiba naga itu menyemburkan api besar dari mulutnya, ke bagian bawah pagar beton itu. Refleks, semua tentara yang ada di atasnya melarikan diri. Sebagian malah terlalu panik, lalu melompat dari ketinggian sekitar 20 meter, entah selamat atau tidak.

Seketika, semangat juang mereka hangus terbakar. Dan tak perlu menunggu lama, serangan berikutnya telah dimulai dan menghujani benteng pertahanan Kota Arvena. Namun, kali ini berbeda. Serangan yang datang adalah ribuan anak panah dari langit yang membawa kekuatan magic es.

Di saat ribuan anak panah itu jatuh dan menyentuh tanah, area di sekitar titik kontaknya membeku. Dengan anak panah sebanyak itu, maka tanah, pagar beton, dan bangunan di sekitarnya yang masuk dalam AoE (area of effect), membeku tanpa terkecuali. Termasuk semua artileri pertahanan Kota Arvena.

Itu... Termasuk pasukan yang terkena panah. Luka tusukan oleh anak panah itu membeku. Membuat pendarahan menjadi nihil. Tapi kemampuan melumpuhkannya begitu tinggi. Pasukan Royal Elite Arvena, lumpuh seketika.

Tunggu dulu. Kalau dipikir, tidak mungkin naga itu menyerang dengan menggunakan panah. Berarti, ada Archer yang menunggangi naga itu! Ah, apapun itu, situasi kami sedang sangat tidak menguntungkan.

"Pa-pasukanku... Pasukan pilihan Kerajaan Balvara... Dilumpuhkan begitu saja?" Kata-kata berbunyikan keputusasaan terlontar dari lidahku.

"Ko-Komandan Jogras! Kami menunggu perintahmu!"

Perintahku? Apa yang bisa kuperintahkan? Mundur, tidak mungkin. Serang lagi, percuma. Dan semua pasukanku sudah kocar-kacir. Semua artileri sudah membeku, mustahil digunakan lagi saat ini.

Di belakang kami, ada keluarga besar kerajaan beserta seluruh penduduk Kota Arvena. Kalau maju hanya akan sia-sia, dan mundur pun kami tak bisa, harga diriku akan memilih untuk mati konyol demi melindungi Kerajaan. Karena, jika kota ini sampai hancur dan semua keluarga royal terbunuh, maka Kerajaan Balvara akan runtuh!

Aku lebih baik mati!

"Pasukaaan!!! Berkumpul kembali!!! Kita dipilih menjadi Pasukan Royal Elite dan berlatih seumur hidup kita, untuk situasi dan kondisi seperti ini!!! Lebih baik mati dalam melindungi kerajaan daripada hidup menjadi desertir dan menyaksikan Kerajaan Balvara hancur!!! Semuanya!!! SERAAAAANG !!!"

"""UWOOOOOOOHHH !!!"""

"Thunder Javelin!" Teriakku sambil melepaskan skill jarak jauhku.

Tidak ada lagi rasa takut. Tidak ada lagi optimisme. Tidak ada lagi harapan. Kami hanya akan mengantarkan nyawa kami dan berdoa, semoga kerajaan ini tetap berumur panjang setelah kematian kami.

Namun yang tidak kuduga sebelumnya...

"Phoenix Flame!"

"Meteor Strike!"

"Thunder Javelin!"

"Nature Collision Shot!"

"Wave Strike!"

"Dragon Thunder!"

"Dead End!"

"Sylph Tornado!"

"Comet Cannon!"

"Wave Strike!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan banyak orang dari arah bawah yang disertai dengan bermacam-macam efek skill jarak jauh dari berbagai kelas petarung. Dari tempatku berdiri di atas pagar kota, kulihat ke bawah, ternyata... Itu berasal dari para Petualang Plat Diamond!

*Booom booom blegaaarr dhuaaarrr*

Seluruh serangan para Petualang Plat Diamond itu tepat mengenai sasaran, menimbulkan asap tebal yang menutupi wujud naga itu. Mereka memang mengenakan Plat Diamond bukan hanya untuk gaya saja. Tapi kemampuan mereka juga menunjukkan bahwa mereka adalah sekumpulan manusia yang mengerikan.

"Heyyy Jogras! Jangan menikmati yang seperti ini sendirian! Berbagilah! Kami juga ingin menikmatinya!" Teriak salah satu Plat Diamond di antara 10 Plat Diamond di bawah pagar kota.

"Me-menikmati..." Aku bergumam dengan suara kecil.

"Jogras, Naga Merah itu... Dari mana datangnya?" Terdengar suara yang bertanya padaku dari belakang.

"Oh, Erazor! Kupikir kau ikut mereka, ternyata malah naik ke sini... Naga itu, datang dari arah barat. Kami tidak tahu tepatnya dari mana."

"Barat? Itu berarti... Dari arah... Kota Dranz?"

"Kota Dranz memang ke arah sana, tapi... Apa hubungannya dengan Kota Dranz?"

"Sebenarnya aku juga tidak bisa memastikan. Tapi kalau memang benar bahwa naga itu dari Kota Dranz, aku ada perasaan buruk..."

"Perasaan bur--"

"GRRROOOOAAAAAAAARRRR !!!"

Ucapanku terpotong oleh raungan naga itu. Tampaknya... Dia mengamuk! Semua serangan dari para Plat Diamond sebelumnya, telah membuatnya mengamuk. Apakah sekumpulan Petualang Plat Diamond mampu menangani naga yang mengamuk beserta penunggangnya?

Kemudian, terlihat olehku sebuah fenomena yang serupa dengan sebelumnya. Naga itu, seperti mengumpulkan energi magic api di mulutnya.

Namun kali ini sedikit berbeda. Dia membentuk bola api raksasa di dalam mulutnya lalu menembakkan bola api itu ke arah 10 orang Petualang Plat Diamond yang menyerangnya beberapa saat yang lalu.

*Bhuuufff*

Bola api raksasa diludahkan oleh Naga Merah dan melesat cepat menuju lokasi dimana para Petualang Plat Diamond yang menyerangnya tadi berada.

"Impenetrable Dome!"

Seorang Tank di antara kawanan Plat Diamond, mengaktifkan skill pertahanan area tingkat atas untuk menahan bola api raksasa yang ditembakkan sang Naga Merah.

*BLEGAAAARRRR*

"Uwoooohh!"

"Kyaaaa!"

"Aaaaarrrgghh!"

"Haaaaakkk!"

Skill pertahanan tingkat atas apanya!? Menerima bola api dari sang naga, Impenetrable Dome hanyalah selayaknya kertas tissue tipis yang terkena api. Lenyap dalam sekejap.

Gawat! Mereka semua terhempas akibat ledakan dari bola api naga. Sepertinya, untuk berdiri menopang berat tubuh mereka sendiri saja, sudah membutuhkan seluruh sisa tenaga yang mereka miliki.

Dan naga itu... Dia berhenti maju, hanya terbang di tempat saja. Dan yang kulihat berikutnya, benar-benar membuatku bertanya-tanya.

Sosok serba hitam dari ujung kepala hingga ujung kakinya, dengan empat sayap burung besar berwarna hitam di punggungnya, melompat turun dari punggung Naga Api itu. Apakah dia penunggang naga tersebut?

Sesaat sebelum kakinya mendarat di tanah, dia mengepakkan keempat sayapnya dan menghilangkan momentum jatuhnya. Meniupkan angin yang kencang, menghembuskan seluruh debu dan pasir di sekitarnya. Kepakan itu membuat kakinya menapak di tanah dengan nyaris tanpa hentakan.

"I-itu... Jangan bilang..." Erazor bergumam pada dirinya sendiri, tapi aku dapat mendengar yang diucapkannya.

Aku tak mempedulikan kata-kata Erazor, dan kembali melihat ke arah sosok serba hitam di bawah. Setelah beberapa langkah, dia menendang menghentakkan tanah yang diinjaknya untuk memberikan dorongan lompatan ke depan. Di saat yang sama, kepakan sayapnya juga menambah daya dorong, sehingga dalam sekejap, dia sudah melenyapkan jarak 200 meter di antara mereka.

Kini, 2 dari 10 Plat Diamond tadi sudah berada di tangan sosok serba hitam itu. Dia mencekik dua pria masing-masing dengan satu tangannya, dan mengangkat sampai mereka berdua tidak menapakkan kaki di tanah lagi.

"Kalian mau melukai nagaku, hah!!!"

Kudengar dia berteriak. Nagaku? Berarti benar, dia penunggang naga itu.

*Blaaamm!*

Kedua orang yang dicekiknya, dibanting ke tanah sehingga menghasilkan cekungan di tempat kedua orang itu dibenturkan. Mereka berdua langsung tidak sadarkan diri.

"Kalian semua, brengsek!!!"

*Wuuf* *Bhuugg*

Pria itu marah. Karena naganya diserang seperti itu. Sekejap kemudian, tubuhnya berpindah tanpa bayangan, ke hadapan dua orang Mage, satu Mage pria dan satunya wanita. Kedua tangannya sudah dalan posisi tertanam di perut kedua Mage tersebut, masing-masing satu tangan.

"Uhooookk!"

"Ghoookkk!"

Kedua Mage itu, memuntahkan darah segar sambil membungkuk maksimal. Setelah pria serba hitam itu mencabut kepalan tangannya, dua Mage itupun tumbang dan pingsan. Kejutan nyeri yang begitu hebat telah membuat mereka pingsan.

"Kau! Kurangaj-!"

"Diam, anjing."

*Bletrakkk*

Plat Diamond lain yang ingin menyerangnya, langsung dilumpuhkan dengan satu kali pukulan ke arah hidungnya hingga wajahnya cekung dan orang itu pingsan.

"Kalian berdua juga, Mage keparat! Kalian hampir menggores sisik nagaku, dasar keparat!"

Teriak sosok itu sambil memegang bagian belakang dari kepala dua orang Mage yang tersisa. Lalu ia mengadu wajah kedua mage itu dengan hantaman yang sangat keras sehingga wajah mereka berdua menjadi saling meratakan satu sama lain. Tentu saja, mereka berdua langsung pingsan tidak sadarkan diri.

Melihat yang terjadi di depannya, dua dari tiga plat diamond yang tersisa, marah dan langsung menghunuskan senjata mereka, tombak dan greatsword, dengan niat membunuh sosok serba hitam itu.

"Percuma, goblok!"

Seketika, Spearman dan Swordsman Plat Diamond yang menyerang itu berhenti bergerak. Seperti mendadak terkena kutukan yang membuat mereka tidak mampu bergerak, apalagi melawan.

Kedua mata mereka terbelalak lebar melihat tatapan sosok serba hitam tersebut. Tubuh mereka gemetar. Perlahan, senjata di tangan mereka terjatuh. Tak ada lagi hasrat mereka untuk melawannya. Dan mereka berdua, berlutut di hadapan sosok serba hitam tersebut.

"Skill kalian berdua tadi lemah. Jadi nggak masalah. Tapi niat kalian yang membuat aku kesal. Hah!!! Hah!!!"

*Bletakk bletaakk*

Sosok serba hitam itu menendang wajah dua orang Plat Diamond yang sudah berlutut di hadapannya. Darah bercipratan ke udara, disertai beberapa gigi yang patah akibat tendangan santai tapi keras itu.

"A-ampuuun! Ampuni akuuu! Aku tidak tahu kalau naga itu milikmuuu!"

Tanpa menghiraukan perkataannya, sosok serba hitam itu mengangkat seorang Archer yang memohon ampun padanya, dengan mencengkram kerahnya. Lalu...

*Plakk plaakk plaak plaaakkk*

"Semua anjing pengecut bakal ngomong yang sama kayak kata-katamu barusan kalo udah kepepet gini kan..." Kata sosok itu dengan santai sambil menampar-nampar si Archer, membuat bibirnya pecah, beberapa gigi patah, dan bentuk hidungnya membengkok aneh.

*Weerrr* *brakk*

Lalu ia melemparnya ke samping.

"Ja-jangan bilang... Itu..." Kudengar Erazor kembali berbicara sendiri.

"HEEEYYY !!! ARKAAA !!!" Tiba-tiba Erazor berteriak kepada sosok serba hitam dan bersayap itu.

"Ha? Eh! Paman Erazor! Lama nggak jumpa! Tunggu dulu! Apa paman juga ikut nyerang nagaku!?"

"Tidak, tidak! Aku sama sekali tidak menyerang kalian! Maafkan semua juniorku itu ya! Mereka baru saja lulus ujian Plat Diamond, mereka masih tolol! Dan sepertinya mereka juga sudah cukup babak belur kau buat! Hahaha!"

"Oke, oke, Paman! Woi pasukan Kota Arvena! Kenapa kalian menyerang kami, hah!? Padahal kami datang dengan damai!"

"Ma-MAAFKAN KAMI !!!" Aku berteriak meminta maaf kepada pria serba hitam itu sambil membungkukkan tubuhku serendah-rendahnya.

"Makanya, tanya-tanya dulu, jangan main serang aja!"

"Sekali lagi, MAAFKAN KAMI !!!"

***

Wah, skill baruku, Devil's Glare, merupakan skill curse yang lumayan berguna juga. Dengan skill ini, semua orang yang kutatap langsung menjadi ketakutan dan tidak berani melawanku. Asyik juga. Aku harus mencoba skill-skill necromancy dan curse lainnya segera!

Setelah puas menghajar 10 orang bajingan yang telah berusaha melukai Ruby, aku mendekati Erazor dan komandan tentara Kota Arvena dengan sekali kepakan sayapku. Aku mengobrol sedikit dengan Erazor, Ruby dan lainnya masih melayang di udara, dan di saat itu, datang seorang prajurit pengirim pesan...

"Komandan Jogras, massa Demihuman sudah hampir mencapai perimeter Kota Arvena di bagian timur!"

"Ah! Gawat! Aku lupa! Dan... Sebagian besar pasukanku sudah tak mampu bertarung lagi... Ini gawat..." Kataku dengan panik.

"Jogras, kenapa panik? Kita punya senjata terkuat yang bahkan dapat menaklukkan serangan seratus naga..."

"... Ha?" Aku bingung dengan apa yang dimaksud Erazor.

"Arka, bisakah aku meminta tolong sekali lagi? Setelah ini kita bisa membicarakan tentang kesalahpahaman barusan."

"Ok, tapi aku bakal minta kompensasi yang sangat besar. Jadi kalian harus siap-siap ya..."

"Hahaha... Kau sudah berubah... Ok, tak masalah. Selama masih dalam kemampuan kami."

"Sip. Tunggu kami di Guild ya paman. Paling ini sebentar doang... Bye!"

*Dhuuuussss*

Aku melompat sekuat tenaga sambil mengepakkan keempat sayap di punggungku. Lalu melesat menembus gesekan udara di tubuhku, menuju gerbang timur.

'Yuk, Cimot...' Kataku kepada Ruby via telepati.

'Okay!'

***

Sosok serba hitam itu langsung terbang melesat sangat cepat ke arah timur. Dan Naga Api yang tadi juga terbang mengikutinya dari belakang.

"Erazor... Itu tadi barusan... Apa benar?"

"Jogras Kalimut... Apakah... Kau tidak mempercayaiku?" Ucap Erazor dengan tatapan sedikit tidak percaya.

"Bukan begitu, tapi kita berbicara tentang ratusan ribu massa Demihuman..."

"Hahaha... Sudah, tak usah dipikirkan... Kau punya tugas lain yang lebih penting, bukan?"

"A-ah! Kau benar. Aku harus melaporkan kondisi saat ini pada kerajaan dan mengkoordinir pasukan di wilayah timur."

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

Bagaimana pemdapat Pembaca setelah membaca chapter yang lebih pendek daripada chapter-chapter di volume 1? Apakah lebih nyaman seperti ini atau tetap panjang-panjang seperti di volume 1? Silahkan komentar...

Nama penting di chapter ini:

- Jogras Kalimut, Komandan Korps Royal Elite Arvena.