Halo para pembaca! Jumpa lagi hahaha!
VOLUME 2 DIMULAI~
Ternyata, rasanya sepi kalau mengetik banyak-banyak tapi tidak di-publish. Perubahan rencana. Saya akan publish ceritanya secara random saja, setiap selesai mengetik chapter langsung publish.
Vote untuk mengapresiasi cerita ini! Terimakasih!
Selamat membaca!
_______________________________________
Langit yang biru. Hanya beberapa gumpalan awan kecil yang menodai birunya. Dua buah mentari terlihat saling bergandengan menerangi semua makhluk hidup di daratan.
Cahaya dari dua buah matahari itu, begitu hangat. Memberikan energi bagi orang-orang yang sedang berlalu-lalang disibukkan oleh urusan mereka masing-masing.
Sayangnya, terangnya jatuh sinaran matahari itu tiba-tiba tertutup oleh sebuah bayangan besar yang melintas. Semua orang di desa itu menoleh ke langit. Dan betapa terkejutnya mereka melihat sumber dari bayangan itu.
"Na-NAGAAAAA !!!"
"LARIII !!! ADA NAGAAA !!!"
"ANAKKUUU !!! MANA ANAKKUU !!!"
"SELAMATKAN DIRIII !!!"
"NAGA !!! ADA NAGA BESAAAR !!!"
Semua orang di desa itu berlari kalang kabut. Semua ketakutan melihat seekor naga merah terbang melintas di atas desa mereka.
"Eh? Naga itu... Tidak menyerang kita?"
"Dia... Dia hanya terbang melintas?"
"Terimakasih Dewi Gaea telah melindungi kami!"
Anehnya, naga raksasa itu sama sekali tidak menoleh ke arah mereka. Dia hanya terbang lurus melintas dengan santai. Kalau dilihat dari arah terbangnya, sepertinya naga itu terbang lurus menuju ibukota.
"Apa mungkin, naga itu bermaksud untuk menyerang ibukota?"
"Mungkin saja. Di sana banyak harta tersimpan, apalagi di dalam istana. Naga kan suka emas dan permata..."
"Bi-bisa jadi..."
Mereka hanya bisa menerka-nerka. Tidak satupun dari mereka yang pernah mendengar tentang naga merah yang berkeliaran di sekitar sana selama puluhan tahun ini.
Terakhir mereka melihat naga, adalah ketika terjadi perang akbar antara manusia dan monster, ketika Demon Lord masih menguasai seluruh monster dan demihuman di daerah bagian utara benua ini.
"GRRROOOAAAAAARRRRRR !!!"
***
Di atas punggung naga merah yang terbang menuju ibukota Kerajaan Balvara, terdapat 7 orang petualang Plat Silver. Petualang dibedakan berdasarkan beberapa tingkatan warna dan bahan plat tanda pengenalnya.
Paling rendah adalah Plat Iron. Petualang yang baru bergabung ke dalam sebuah Guild dan minim pengalaman, diberikan plat tanda pengenal yang terbuat dari iron (besi) berwarna abu-abu agak gelap.
Setelah menyelesaikan 20 misi Plat Iron dari Guild, mereka berhak naik tingkat menjadi Petualang Plat Copper dengan plat logam berwarna kecoklatan, terbuat dari perunggu. Hal yang serupa diperlukan untuk naik menjadi Petualang Plat Silver.
Kesulitan bertambah ketika ingin naik ke Plat Gold dan Plat Diamond. Mereka harus lulus Ujian Kenaikan Tingkat sebelum mendapatkan promosi tingkat. Ujian tertulis maupun praktek yang diselenggarakan oleh Guild Pusat dua kali dalam setahun untuk kenaikan tingkat ke Plat Gold.
Ujiannya, sangat sulit. Dari 1.000 peserta, yang lulus hanya sebanyak 1 digit. Tidak pernah menyentuh angka 10. Petualang yang ingin meningkatkan Plat Petualangnya harus memiliki pengetahuan yang luas, selain kekuatan tempur yang tinggi.
Sedangkan untuk mencapai Plat Diamond, peserta akan diuji langsung oleh Petualang Plat Diamond senior. Ujiannya berupa wawancara langsung dan sparring. Mereka harus memenuhi ekspektasi dari sang penguji, baru bisa lulus. Ujian seperti ini hanya dilaksanakan sekali dalam setahun.
Tingkat kesulitannya? Jangan ditanya. Dari 1.000 peserta, belum tentu ada yang lulus setiap tahunnya.
Untuk kekuatan Petualang Plat Diamond sendiri, mereka dapat mengalahkan Minor Dragon, monster naga kelas D, sendirian. Dan sebuah party berisikan 5 Petualang Plat Diamond dapat mengalahkan seekor Common Dragon, naga kelas C, jika mereka berusaha semaksimal mungkin.
Lantas, bagaimana bisa segerombolan Petualang Plat Silver dengan nyaman menunggangi seekor naga dengan ukuran setara Common Dragon? Tentu saja, mereka bukan Petualang Plat Silver random yang bisa ditemui di setiap Guild.
"Reeen! Lapeeeerrr... Ada makanan, nggak?"
Sylaria Wyndia Acresta, dipanggil Syla. Seorang Petualang Plat Silver dari sebuah party yang bernama Dark Edge. Merupakan keturunan bangsa Dark Elf dan satu-satunya Putri dari Raja Kerajaan Dark Elf di Hutan Zurg, Kerajaan Acresta. Yang membedakan manusia dari bangsa Dark Elf, Syla memiliki daun telinga yang panjang dan lancip.
Dengan payudara melonnya, gadis berkulit eksotis seperti wanita latin yang sudah berjemur di bawah terik mentari itu terlihat sangat anggun ketika sedang bermain-main dengan panah dan daggernya (belati). Rambutnya yang panjang berwarna silver pink membuatnya semakin terlihat mempesona.
"Ada... Nih, Syl..."
Renia Misha, atau Ren. Seorang Merchant dari keturunan bangsa Manusia Rubah. Juga anggota dari party Dark Edge. Tubuhnya yang mungil tapi proporsional itu, sangat menggemaskan. Bertolak belakang dengan kepribadiannya yang cukup dewasa.
Telinga dan ekor rubah yang dipenuhi bulu lembut dan lebat berwarna coklat muda, terlihat imut sekali. Dia yang bertugas mengatur segala kebutuhan berpetualang dan juga mengatur keuangan party.
'Ruby mauuu! Ruby mauuuuu!'
"GRROOOAAAAAARRRR !!!"
Terdengar suara seorang gadis melalui telepati, yang bersamaan dengan teriakan naga.
Ya, Ruby Cimot, Naga Api piaraan Dark Edge. Nama 'resmi'-nya sebenarnya Ruby. Cimot itu hanyalah panggilan dari Arka saja.
Naga yang satu ini spesial. Kenapa spesial? Karena jika melihat dari ukurannya, dia masuk dalam kategori naga kelas C. Tapi jika melihat kekuatannya, dia berada setingkat dengan Superior Dragon, monster kelas B. Dan dia bisa berubah wujud menjadi gadis kecil berambut merah yang cantik dengan kulit seputih salju.
Tapi... Arka? Siapa Arka?
"Ruby, nanti kita makan berdua di kota, ya... Yang lain nggak usah ikut."
Adalah Arkanava Kardia. Pemimpin dari Dark Edge. Seorang Sarjana Kedokteran yang meninggal di dunianya sebelum ini, kemudian diberikan kesempatan hidup kedua di dunia yang baru ini oleh Dewi Nyx, dewi dunia kegelapan.
Berpakaian serba hitam, dengan katana berwarna hitam gelap menggantung di pinggangnya. Rambutnya yang hitam dan kulit berwarna kuning langsat, dengan tubuh yang bisa dikatakan cukup pendek bagi rata-rata seorang pria dewasa.
"A-Arka... A-aku... Boleh ikut?"
Grista Anari, Alchemist. Salah satu anggota dari party Lunar Eclipse, party yang mengabdikan diri mereka menjadi pengikut Arka. Grista merupakan sosok gadis yang lemah lembut. Fisiknya, serba biasa saja. Kulitnya berwarna kuning langsat.
Rambut pirangnya yang bergelombang itu, diikat rapi di bagian belakang. Baret pink yang senada dengan kemeja dan roknya membuat dia terlihat sangat girly. Wajahnya tidak jelek, namun ketika ia tersenyum, seluruh dunia dibuatnya menjadi taman bunga yang indah.
"Aku... Arka, aku... Ju-juga mau ikut..." Fiana mengajukan diri dengan ekspresi malu-malu kucing.
Fiana Erisi, Pyromancer (Mage Api), anggota Lunar Eclipse. Seorang gadis yang sedang tersipu malu ini, sebenarnya dia tidak seperti ini. Dia adalah gadis tomboy yang jauh dari kata lemah lembut dan feminine. Tubuhnya yang cukup atletis dan terlatih itu diumbar, membuat setidaknya dua dari tiga pria normal akan meliriknya.
Tapi sayang, dadanya hampir rata. Mungkin, hanya selayaknya gundukan kecil di jalan raya, yang jika dilindas oleh kereta kuda maka hanya akan sedikit menggetarkan sebelah bahu penumpangnya. Kulit berwarna coklat muda kemerahan terbakar mentari, dengan rambut coklat gelap yang dipotong pendek seperti laki-laki.
"Jijik ah, Fi. Biasanya juga tingkahmu tabrak sana sikat sini aja kayak preman pasar."
"Ya iyalah, kata-kata itu keluar dari mulut lelaki yang impoten, pecundang, cemen, ejakulasi dini, lemah, letoy, banci, pussy!"
"Ah, aku lega si anjing betina ini udah kembali ke sifat aslinya lagi."
"Bacot kau, muka meki!"
Garen Vaar. Lawan cekcok abadi dari Fiana. Mereka berdua tak pernah tidak ribut. Orang ini, hanya dengan lirikan sekilas, semua orang sudah tahu kalau dia adalah seorang Tank. Dia merupakan pemimpin dari Lunar Eclipse.
Kulit berwarna coklat terbakar matahari, rambut pirang dan pendek. Bertubuh tinggi dan atletis. Yang paling menarik darinya adalah Tower Shield miliknya yang mampu menutupi seluruh tubuhnya.
Dan anggota Lunar Eclipse yang terakhir dan paling pendiam, Lukas Reily, adalah Rogue yang mahir dalam bermain dagger dan mengutak-atik trap, namun bisa juga menggunakan skill dasar panahan.
Fisiknya ramping dengan tinggi badan sedang. Sebuah penutup mulut dikenakannya, membuat ia tampak seperti ninja di dunia Arka sebelum ini. Kulit coklat muda yang terbakar mentari, rambut berwarna coklat.
"Hey! Itu kotanya!" Teriak Syla.
'Waaaa besaaaaaaar!' Ruby berbicara melalui telepati yang bisa didengar semua orang di punggungnya.
"Kota Arvena memang tidak pernah berhenti membuatku kagum." Garen ikut berkomentar.
"Syla atau Fiana, bisa pake magic es buat bikin beberapa bongkahan es kecil nggak?" Tanya Arka tanpa mempedulikan Ibukota yang sudah mulai terlihat.
"Bisa! Aku bisa!" Jawab Syla dengan cepat.
"Aaa... Aku Pyromancer, nggak bisa pake magic elemen air..." Fiana kecewa pada dirinya sendiri.
"Ya udah bikinin sekarang. Taroh di atas sini." Kata Arka sambil mengeluarkan kassa hitam dan membentangkannya di punggung Ruby.
Setelah jadi bongkahan batu es kecil-kecil dan diletakkan di atas bentangan kassa hitam, Arka membungkus batu es tersebut lalu mengikatnya. Kemudian memberikannya kepada Garen.
"Nih, tempelin di jidatmu yang memar itu. Biar cepet sembuh." Kata Arka sambil memberikan bungkusan es batu kepada Garen yang dahinya sedang memar akibat 'bermain-main' dengan Ruby sebelumnya.
"Ba-baik... Terimakasih, Arka.'
"Ya."
"Hihi... Arka baik, yah... Nanti malam mau lagi?" Ren sambil berbisik ke telinga Arka.
*Brrrr*
Bulu roma Arka berdiri mendengar bisikan Ren. Dia mulai mengkhayalkan sesuatu yang aneh-aneh.
"Tuh, liat mukanya Arka. Muka pria mesum. Napsuan." Kata Syla dengan ekspresi sedikit jijik.
"E-eh? Eng-enggak kok... Hehe... Hehehe..."
"Cabul."
"Enggaaakkk, Sylaaaa... Ya ampun! Hahaha!" Arka, mencoba tetap tenang, tapi tawanya terdengar dipaksakan.
"Jadi, nggak mau?" Bisik Ren lagi.
"Eng... Aa... Itu... Anu..."
"Aku udah becek membayangkan nafasnya Arka yang memburu sambil menindihku..." Tambahan bisikan dari Ren.
"MAAAUUUUUU !!!" Teriak Arka tiba-tiba, yang membuat semua orang jadi penasaran tentang apa yang mereka bicarakan.
"Maniak. Nggak tertolongkan lagi. Kronis. Cabul kronis." Tapi Syla sudah memahami hanya dengan melihat wajah Arka.
"Hehee... Heheheee..." Setitik iler menetes dari mulut Arka, wajahnya menghadap ke langit kosong sambil membayangkan sesuatu yang mesum.
"Uuu... Aku belum pernah... Arka jahat sama aku..." Ucap Syla dengan suara kecil.
"He!?"
Tanpa disadari, Ibukota Kerajaan Balvara, Kota Arvena, sudah semakin dekat. Terbentang di hadapan mereka, kota yang sangat luas. Bahkan di luar pagar kota juga masih luas terlihat area perumahan.
Pagar tinggi dari beton kokoh, berdiri tegak mengelilingi kota bagian dalam. Terdapat jalan besar dari keempat gerbangnya yang semuanya menuju ke tengah, dimana istana megah Kerajaan Balvara berada.
Istana kerajaan berada di atas bukit, membuatnya dapat terlihat meski dari kejauhan. Dan tentu saja, dari atas istana kita dapat melihat ke seluruh penjuru kota. Istana yang berwarna putih, dengan atap dari empat buah tower yang berada di setiap sudutnya, berwarna merah bata, menjulang tinggi di tengah-tengah kota.
Tidak bisa dibandingkan dengan Kota Dranz. Kota Arvena merupakan sesuatu yang sangat berbeda. Luas wilayah, tata kota, kemajuan bangunan, dan teknologi yang digunakan juga jauh berbeda.
Semakin dekat, semakin jelas terlihat bentuk nyata dari Kota Arvena. Di sekeliling pagar, terdapat sungai yang dalam. Sungai itu mengalir dari arah utara, lalu terpecah menjadi dua dan mengelilingi pagar kota, kemudian menyatu kembali di bagian selatan. Seakan-akan kota ini terlindungi secara alamiah.
Semakin kami mendekat, semakin terlihat jelas detail Kota Arvena, semakin pekat pula perasaan mengganjal di hati yang mereka rasakan. Apa itu?
Dari tadi, mereka belum ada melihat satupun kendaraan atau orang yang berlalu-lalang keluar dan masuk kota. Semua orang... Seperti sedang bersembunyi? Ada apa? Apakah ada yang menyerang kota ini sehingga semua orang bersembunyi?
Tapi... Arka dan kawan-kawan juga tidak melihat adanya monster atau apapun yang menyerang mereka.
Hening, terlalu hening sampai rasanya tidak nyaman.
Setelah semakin mendekati pagar kota, mulailah terlihat oleh Dark Edge dan Lunar Eclipse. Di atas pagar kota yang menghadap ke mereka, sudah siap ratusan tentara Kerajaan Balvara. Mereka berdiri berjejer sambil memegang panah yang sudah ditarik dan siap dilepaskan kapanpun aba-aba terdengar.
'Cimot, hati-hati. Perasaanku nggak enak nih.' Kata Arka kepada Ruby melalui telepati.
'Ok, Arka.' balas Ruby via telepati juga.
"Kalian semua, siap-siap. Aku ngerasa ada hawa membunuh dari tentara Kota Arvena." Kata Arka sambil mengaktifkan Lucifer Mode, yang merupakan exoskeleton bersayap yang terbuat dari energi dark magic murni miliknya.
"..."
"..."
"..."
Semua tidak menjawab, tapi langsung mempersiapkan senjata dan armor mereka. Mereka mengerti apa maksud dari yang dikatakan oleh Arka barusan. Kemungkinan terbesarnya adalah, mereka dianggap eksistensi yang membahayakan kota dan penduduknya.
Tidak heran, karena mereka menunggangi Ruby yang sedang dalam wujud naga raksasa. Untuk berunding pun sepertinya sudah tidak bisa lagi. Bentrokan sudah tak terhindarkan.
Syla dan Lukas menyiapkan busur dan panah mereka. Garen, sudah siap dengan Tower Shield miliknya. Fiana juga sudah menyiapkan Magic Dagger kesayangannya, Blood Fang, di tangan kanannya.
Ren dan Grista yang bukan merupakan kelas petarung, memposisikan diri di tengah-tengah agar mereka aman. Ruby pun mengaum keras.
"GGGRRRRROOOAAAAARRRRR !!!"
Dragon Roar! Membuat semua tentara kelas bawah yang memiliki mental lemah itu, gemetar ketakutan. Namun, masih ada tentara senior yang memiliki mental yang cukup kuat untuk sekedar bertahan dari Dragon Roar yang luar biasa intimidatif.
"Seraaaaaang!!!"
"""Uwooooohhh!!!"""
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca!
Silahkan Vote jika anda menyukai cerita ini, dan silahkan Komentar jika ada yang harus diperbaiki atau ditambahkan.