Halo! Silahkan berbuat kebaikan dengan klik vote di bawah, terimakasih. Selamat membaca!
_______________________________________
"... Laser..."
Suaranya bergetar mengucapkan skill yang akan digunakannya untuk menghancurkan Zombie Dragon di hadapannya. Skill ini, sebenarnya bernama Concentrated Heat Beam. Tapi Alex menggantinya dengan Laser untuk mempersingkatnya, karena wujudnya persis seperti tembakan laser panas di film sci-fi yang pernah ditonton olehnya sebelum reinkarnasi ke dunia ini.
Dengan mengarahkan magic wand, yang digenggam sekuat tenaga hingga gemetar di tangannya, ke arah mulut Zombie Dragon yang sedang membuka mulutnya untuk menembakkan Poison Breath ke arahnya. Poison Breath adalah breath attack khas Zombie Dragon yang menembakkan racun berpotensi sangat mematikan dari mulutnya kepada musuhnya.
*Shiiiiizz*
Laser milik Alex jauh lebih cepat daripada kecepatan Zombie Dragon dalam mengeluarkan Poison Breath. Hasilnya? Seluruh kepala Zombie Dragon terbakar dan hangus dalam sekejap. Semua zombie, memiliki pusat koordinasi di saraf pusat, sama seperti manusia.
Jika saraf pusatnya, terutama otaknya dihancurkan, maka zombie tidak akan mampu melakukan apapun. As good as dead. Seperti itulah Zombie Dragon di hadapan Alex sekarang, hanya tinggal seonggok daging raksasa yang sudah busuk.
"Khuhhh..."
Alex yang belum sempat beristirahat dan mengambil nafas setelah mengeluarkan Apocalypse Meteor Shower, sedang memaksakan dirinya untuk terus bertarung. Membuat beban yang harus ditanggung oleh tubuhnya semakin berat hingga menimbulkan rasa nyeri pada sekujur tubuhnya.r
Tapi Alex tak peduli itu.
"Kalian... NAGA BRENGSEK!!! SYLPH TORNADOOO!!!"
Alex juga tidak peduli dengan jumlah mana yang tersisa di dalam tubuhnya. Padahal dia sudah tidak memiliki banyak mana lagi untuk bisa sembarangan mengeluarkan magic.
"PHOENIX FLAME!!!"
Seharusnya, dia menghemat mananya karena masih banyak musuh yang harus dibunuhnya. Seharusnya, dia menyikapi peperangan ini dengan kepala dingin dan tetap tenang. Seharusnya, remaja seumurannya belum ikut berperang. Seharusnya, dia masih bersantai di rumah bersama keluarganya.
"GLACIER COLLAPSE!!!"
Tapi Alex yang saat ini, sudah tidak lagi memikirkan satupun hal di atas. Dia menyerang semua dan setiap Zombie Dragon yang ditemuinya dengan barisan magic natural tingkat atas yang dimilikinya, instakill pada setiap Zombie Dragon yang terkena magic yang ditembakkannya.
Setelah membunuh sekitar 40 ekor Zombie Dragon, yang merupakan hasil necromancy dari Minor Dragon yang sudah mati, Alex mulai merasakan gejala dari kondisi hypomana yang lebih berat. Hypomana adalah sebutan untuk sebuah kondisi dimana seseorang akan merasakan gejala akibat kekurangan mana pada tubuhnya.
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung seberapa banyak mana yang tersisa. Gejala yang timbul yaitu mulai dari sekedar merasa kelelahan hingga bisa meninggal di tempat. Tapi sangat jarang orang meninggal akibat hypomana, karena biasanya akan pingsan duluan sebelum sempat jatuh pada kondisi 'fatal hypomana' yang dapat menyebabkan kematian.
Alex sudah lama melewati fase yang menimbulkan gejala kelelahan. Dia sudah melewati fase dengan gejala nyeri di sekujur tubuhnya.
Dan kini...
"Ugghh... Khuhhh... A-aahh..."
Pandangan matanya mulai goyang. Tidak mampu mempertahankan postur tubuhnya, Alex jatuh berlutut dengan lutut kirinya menumpu berat badannya.
"Tuan Alex!!! Anda tidak apa-apa?!"
"Hei! Bawa Tuan Alex pergi ke barisan belakang untuk mendapat pertolongan dari priest!"
"Ba-baik komandan! Hey ayo bantu aku!"
"Iya... Ayo Tuan Alex, kami bantu berdiri!"
"Lepaskan!!! Biarkan aku membunuh semua naga itu!!!" Teriak Alex sambil mendorong prajurit yang mencoba membantunya untuk berdiri.
Alex kemudian memaksakan dirinya lebih jauh lagi. Tanpa mempedulikan peringatan dari orang-orang di sekitarnya, dia mengeluarkan lagi salah satu magic tingkat atas yang dimilikinya.
"METEOR... SHO- GHUAAKKK!!!"
Belum sempat Alex mengeluarkan Meteor Shower, tubuhnya tiba-tiba melayang tiga meter ke belakang, dadanya terasa nyeri dan sesak.
Alex, ketika sedang mengeluarkan magic, dipotong dan dihentikan oleh seekor Vampire yang bergerak sangat cepat kemudian menendang dadanya. Untuk beberapa detik setelah terhempas ke tanah, Alex kesulitan bernafas karena rasa nyeri di dadanya semakin terasa sakit jika dia menarik nafas.
"Tuan Alex! Pasukan! Lindungi Tuan Alex!!!"
Ketika komandan tentara Dranz memerintahkan pasukannya untuk melindungi Alex, sepuluh orang tentara di sekitarnya langsung berkumpul membentuk tembok logam yang membatasi di antara Vampire itu dan Alex yang tidak dapat bangun.
"Khukhukhu... HAH!!!"
Vampire itu tertawa sejenak lalu langsung bergerak sangat cepat menuju barisan tentara Dranz yang melindungi Alex.
"Gaaaahhh!"
"Uwaakkkhh!"
"Uhookk!"
"Khekkkh..."
"Thoaakk!"
Satu per satu tentara itu dikirim melayang ke udara oleh seekor Vampire yang mereka hadang. Tidak ada yang sempat menghindar ataupun menangkis serangannya, karena Vampire itu menyerang lebih cepat daripada refleks kedipan mata.
"Khakkk..."
Kini hanya tinggal Alex dan Vampire itu. Vampire itu tersenyum kejam. Alex dengan ekspresi marah bercampur putus asa di wajahnya seolah-olah kegelapan sudah menguasai seluruh aliran darahnya, sambil terbaring memegang dadanya yang terasa nyeri.
"La... Ser..."
*Whizzz*
Laser yang merupakan serangan putus asa dari Alex, dapat dihindari dengan santai oleh Vampire tersebut.
"... Hah." Keluar suara yang terdengar seperti sedang merendahkan Alex, dari mulut Vampire itu.
Vampire itu melangkah perlahan lalu mencekik leher Alex. Dengan santainya, Vampire itu mengangkat leher Alex hingga kedua kaki Alex tidak lagi menapak ke tanah.
"Kkkkhh..."
Alex berusaha memberontak. Tapi Alex hanyalah mage. Kekuatan mage hanya ada di magic-nya, sementara fisiknya relatif lemah. Sehingga Alex hanya terlihat seperti sedang menggerak-gerakkan tangan dan kakinya tanpa arah dan tujuan di awang-awang.
Alex menyesal sudah bertindak gegabah karena kalap oleh sosok naga di hadapannya tadi. Alex menyesal sudah kehilangan ketenangannya di tengah pertempuran. Dan Alex mempersalahkan dirinya sendiri atas kekalahannya, dan karena telah menghancurleburkan keyakinan semua orang kepadanya, bahwa dia bisa menyelamatkan Kota Dranz.
Dan kini, semua penyesalan itu tidak ada artinya, dan takkan memberinya kesempatan untuk tetap hidup dan berperang. Penyesalan di dalam hatinya tidak akan pernah bisa menyelamatkannya.
Pada kornea mata Alex, terlihat cerminan sebuah tangan yang berkuku tajam dan panjang, bersiap untuk menusuk tembus kepalanya.
"To-... TOLOOOOONG!!!"
***
"Syla, kayaknya pasukan baris depan kebobolan banyak tuh. Siap-siap ya, Syl."
"Uhm." Jawab Syla singkat, tanpa ekspresi yang menunjukkan kalau dia sedang bergurau.
"Ruby! Ruby juga!"
"Iya, Ruby juga yaa... Tuh ada setan dan mayat hidup yang lari ke arah sini. Tembakin tuh, Ruby!"
"Gggghhh... Kraaarrrrr!" Ruby langsung berubah menjadi wujud naganya.
*Bhuff bhuuf bhufff*
Tiga tembakan bola api kecil dikirim oleh Ruby ke dua buah Skeleton dan seekor Ghoul yang sedang mendekat. Semuanya, instakill. Nafas naga kecil ini lumayan mematikan juga ternyata.
"Hebat banget Ruby!" Kupuji Ruby sambil mengelus-elus kepalanya.
'Ehehehe...'
Sementara Syla, seakan tidak mau kalah dari Ruby, apalagi setelah melihatku mengelus kepala Ruby, Syla menarik busur panahnya lalu melepaskannya ke tiga ekor Wraith dan dua ekor Banshee yang terbang menuju kemari juga.
Syla mampu melakukan tembakan panah Split Arrow, yaitu membuat satu anak panah terbagi menjadi beberapa dan menembak musuh yang berbeda-beda. Dalam kasus Syla, dia bisa membuat satu panah membelah jadi lima.
Skill memecah anak panah menjadi 2 ini memiliki syarat khusus, yaitu status Dex dan Int harus melebihi 50. Namun untuk memecahnya menjadi lima proyektil, membutuhkan Dex dan Int di atas 100.
Normalnya, Dex dan Int sebanyak itu baru dapat dimiliki oleh archer dengan minimum level 90, itupun membutuhkan equipment khusus yang menambah Dex dan Int.
Dari sebatang anak panah Syla, terpecah menjadi lima anak panah secara magical. Masing-masing diselubungi magic api, membuat roh spiritual para Wraith dan Banshee menjadi terbakar.
"Hmm..."
Syla bersuara seperti itu sambil mendekat ke arahku.
"Apa?"
"Hemmm!"
Aku bingung. Apa maunya perempuan ini?
"Ya makanya... Apa?"
"Iiiih Arka o'on! Iniiii tangannyaaa taroh siniiii!"
Syla meletakkan tanganku di kepalanya. Si kentut unta ini malah tidak mau kalah dari Ruby ternyata.
"Ya ampun Syla... Ya udah, niiihh..."
"Heehee..."
Sementara kami bersantai-santai sambil menghabisi seluruh monster yang mendekat, aku juga memperhatikan barisan depan pasukan Dranz. Pertempuran mulai sengit di depan sana. Di sini? Aku bahkan belum beranjak dari tempatku bersantai dari tadi.
Tak lama, aku melihat sebuah magic persis seperti Meteor Shower, tapi yang satu ini AoE nya jauh lebih luas dari Meteor Shower biasa. Aku yakin, pasti skillnya si Bocah Gila. Semoga saja tidak melukai temannya sendiri karena AoE yang terlalu luas seperti itu.
"Ruby, yang kanan tuh."
'Oki doki!'
"Syl, kamu ambil yang kiri. Hemat mana, jangan boros pake mana."
"Iya iya bawel."
"Ren Ren... Ada magic crystal-nya nggak itu yang terbang-terbang tadi?"
"Ada, Ar. Ngomong-ngomong, Syla sama Ruby tolong monsternya ditunggu agak dekat dulu baru dibunuh. Aku susah ngambilin drop-an monsternya kalo kejauhan..."
"Oke buuu..."
"Kroooaarrr!"
Aku menikmati pertunjukan skill Syla yang keren dan Ruby yang kecil-kecil cabe rawit. Ren sedang sibuk mengumpulkan item drop dari monster yang disapu rata oleh Syla dan Ruby dari jarak jauh.
"O-oi... Lihat mereka... Dark Edge itu kuat sekali. Bahkan, kita tidak perlu mengeluarkan tenaga terlalu banyak untuk menghalau monster yang menyerang!!"
"Plat Copper... Kita sama-sama plat Copper tapi kenapa aku merasa kalau diriku terlalu lemah ya..."
"Kemarin kulihat perempuan Dark Elf itu memukul Tuan Alex hingga hampir pingsan hanya dengan satu kali pukulan!"
"Wow gila ya mereka itu..."
"Kudengar dulu, pria berpakaian serba hitam itu pernah membunuh Helvaran dengan tangan kosong, sendirian!"
"Tidak... Tidak mungkin! Sendirian? Pasti hoax! Apalagi tangan kosong!"
"Lihat saja itu bola mata Helvaran dijadikan hiasan sarung pedangnya! Di kalung Dark Elf itu juga ada!"
"Kalau begitu, aku bersyukur mereka ada di dekat kita."
"Betul... Betul sekali.."
Aku menutup telingaku secara kiasan dari obrolan tidak penting orang-orang di sekitar kami. Biar saja mereka berbicara apa. Selama mereka tidak mengganggu hidupku, aku juga tidak akan mengusik mereka.
Sambil mengawasi pergerakan dan keselamatan area di sekitar tiga gadis cantik ini, aku juga memperhatikan pergejolakan perang di barisan depan secara terus-menerus. Hujan meteor area luas itu sudah berhenti. Berganti dengan magic yang sebagian besar sudah pernah kuketahui sejak waktu aku berduel dengannya untuk melindungi Ruby.
Api, angin, petir, es, meteor, silih berganti saling menyerang ke barisan Undead. Namun setelah beberapa lama, aku tidak dapat melihat magic milik Alex lagi dari kejauhan. Apa yang terjadi?
Sambil aku terus mengawasi yang di depan, tiba-tiba Ruby...
'Arka! Cimot dapet skill baru nih!'
'Maksudnya gimana, Cimot?'
'Cimot sekarang bisa jadi naga besaaaarrr! Hehehee...'
'Sini dulu Cimot!'
'Okay!'
Apa maksudnya? Ruby bisa berubah jadi naga besar? Jadi, bisa tumbuh menjadi naga besar secara instan? Aku harus memeriksa statusnya dulu!
"Perlihatkan status."
Kuamati status Ruby, bagian apa saja yang berubah drastis? Ada dua hal. Yang pertama, level Cimot audah menjadi level 20 setelah membunuh banyak monster kelas E yang mendekati perimeter pagar kota.
Kedua, muncul skill baru, bernama Full-Scale Dragon Transformation. Wow! Ruby ini naga transf*rmer ya? Bisa berubah jadi manusia, bisa berubah menjadi naga biasa, dan bisa hanya menjadi naga kecil sebagai pet sehingga leluasa diajak kemana-mana.
"Coba Ruby berdiri di sana deh."
'..... Disini?'
'Ok sekarang berubah jadi naga besar.'
'Siap bos! Ugggggghhhh..."
Human-Dragon Transformation, mengubah wujudnya antara naga kecil dan manusia. Full-Scale Dragon Transformation, membuatnya menjadi naga yang berukuran setara Minor Dragon.
"GGRRROOOOAAAAAARRRR!!!"
"Wow. Teriakan Ruby makin gahar."
""Ruby!?!?"" Syla dan Ren teriak kaget secara bersamaan.
Dan semua orang di sekitar kami...
"""Whoaa!!! Naga!!! Ada naga merah tiba-tiba muncul!!!"""
"""Hati-hati semuanya!!!"""
"""Aaarrrggghh!!! Tidaaaakkk!!!"""
Mereka panik dan ketakutan karena tiba-tiba ada seekor naga ukuran panjang sekitar 15 meter hadir di hadapannya dan langsung mengaum sangat keras, sampai pada batas maksimal yang mampu diterima oleh gendang telinga.
Namun, seketika mereka terdiam. Hening, seakan-akan pita suara mereka tercekat dan tak mampu bergetar untuk menghasilkan suara. Apa yang terjadi?
Mereka melihat aku, Syla, dan Ren dengan santai dan bahagia menaiki punggung naga merah itu dan Ruby pun tampak seperti sedang mempersilahkan kami untuk menungganginya.
"Ruby emang ga pernah berhenti ngagetin yaa! Hahaha..."
"Ruby... Hebat..."
"Ruby, yuk kita terbang ke barisan depan sana. Kayaknya ada yang nggak beres di sana."
'Okay, Arka! Semuanya pegangan yaaa!'
"""Okeee!"""
*Wwrrruusss wwwrruusss wwwrruuss*
Kepakan sayap Ruby yang terbentang luas dengan otot dan tulang yang kokoh mengangkat tubuh raksasanya dengan mudah. Kami bertiga menunggangi Ruby untuk terbang ke area perang di barisan depan.
Sambil terbang, aku mengeluarkan Darkness Sense untuk mencari dimana Bocah Gila itu berada. Bocah Gila itu tidak boleh mati, karena dia yang diperlukan untuk membangkitkan semangat para pasukan Dranz.
Akhirnya, dari jauh kutemukan dimana posisinya. Dia sedang terjatuh di tanah, tapi kelihatannya dia tidak bisa bangkit lagi. Dan di depannya, wujud seperti manusia, tapi memiliki kulit yang sangat pucat, seperti tak ada setetespun darah yang mengalir di pembuluh darahnya.
"Ruby, terbang ke sana! Cepetan!"
'Okay! Huh!' Kata Ruby sambil meningkatkan kecepatannya dengan sangat drastis hingga membuat kami merasakan G-force yang lumayan tinggi.
"Syl, liat itu, yang di sana itu. Kayaknya itu Vampire deh. Syla tembak dari sini kalo udah dapet jarak dan bidikan yang pas ya."
"Uhm."
Syla langsung menyiapkan busur dan anak panahnya, membidik, dan siap menembak.
Sementara yang sepertinya Vampire tadi, sekarang sedang mencekik si Bocah Gila dengan satu tangan kemudian mengangkatnya. Tangan yang satunya lagi sudah siap untuk menusuk wajah Alex hingga tembus ke belakang.
*Syuuuu*
*Jreb* *whuozzh*
Sebelum Vampire itu sempat menusuk wajah Alex, anak panah Syla yang sudah diimbuhi dengan magic elemen api lebih dulu menusuk kepala Vampire itu. Karena Vampire itu tidak siap, dia jadi tidak sempat menghindar dan akhirnya kepala Vampire itu hangus terbakar dari dalam sampai luarnya oleh api pada anak panah Syla.
"Kkhahh... Hah... Hah... Ugh... Hah..."
Alex pun terjatuh setelah Vampire yang mencekiknya mati terkena head shot dari Syla. Dia berusaha mengambil nafas yang dari tadi sulit dia dapatkan karena lehernya dicekik dengan sangat kuat.
"Ren, Syla, Ruby, kalian bertiga bunuh-bunuhin aja semua monster itu dari atas ya. Aku mau turun dulu. Dari tadi aku belum gerak nih, malah jadi encok kelamaan duduk."
"""Siaaapp!"""
"Darkness Creation : Lucifer Mode."
Sekitar sepuluh detik, Lucifer Mode sudah terpasang dengan sempurna. Selanjutnya...
"Darkness Creation : Kuroshi Darkness Illusion."
Lima detik kemudian, Kuroshi versi panjang 5 meter sudah siap di genggamanku.
"Ok bye dulu semua!"
"Arka, hati-hati ya."
"Dadah Arkaaa!"
"Gggrrroooaaaaaarrrr!!!"
*Dhuuussss* *Drakk*
Aku melompat dari punggung Ruby, lalu mengepakkan keempat sayapku untuk memberi dorongan selayaknya pesawat jet, kemudian mendarat di samping Bocah Gila. Aku sedikit merasa bersalah karena saat aku mendarat, debu berhamburan akibat benturan kakiku dengan tanah.
"Uhuk! Uhuk!"
"Hey Bocah Gila, istirahat sana. Kamu udah berusaha terlalu keras. Komandan Tentara Dranz! Bawa bocah ini ke priest di barisan belakang sana!"
"A-a-... Ba-baiklah Tuan! Te-terimakasih atas pertolongannya!"
Sang Komandan masih terkejut dan takjub melihat kedatangan kami. Ketika kusuruh dia untuk mengamankan si Bocah Gila, dia menjawab dengan terbata. Ekspresi takjub dan terkejut juga terlukiskan di wajah setiap petualang plat Silver dan tentara yang berada tidak jauh dari kami.
Bagaimana tidak? Tiba-tiba datang sosok pria berpakaian serba hitam, seluruh tubuhnya terbalut pakaian hitam ketat, hanya matanya yang terlihat masih manusiawi. Dan sayap malaikat yang berwarna hitam itu, seperti sayap Fallen Angel.
Belum lagi, naga merah yang dibawanya. Dari ketinggian, naga itu menembakkan bola api besar yang meledak dan membakar semua di sekitarnya ketika bola api itu membentur targetnya. Dari atas punggungnya, sekilas terlihat seperti ada yang menembakkan panah yang telah diimbuhi dengan magic, ke arah barisan monster undead.
"Baiklaaaahhh..."
*Kretekk kretekkk*
Aku melakukan stretching, melemaskan sendi dan otot di tubuhku sebelum beraksi. Karena pemanasan itu penting.
"Darkness Enhancement. Berserk Lucifer Mode."
Berserk Lucifer Mode, nama yang baru saja aku karang sebagai kata kunci jika aku ingin mengaktifkan 3 kondisi ini secara langsung di kemudian hari. Lucifer Mode, Kuroshi Darkness Illusion, Darkness Enhancement. Praktis, ini kekuatan penuhku.
Aku hanya ingin mencoba, seberapa kuatkah aku jika menggunakan semua potensi kekuatanku untuk menjadi physical attacker. Walaupun sebenarnya aku adalah Dark Mage.
Dan hasilnya...
***
"Kalian berempat! Bawa Tuan Alex ke barisan belakang segera! Cari priest untuk memulihkan kondisi Tuan Alex!"
"Siap Komandan!"
Setelah diperintahkan oleh seorang pria serba hitam di hadapannya, Zerga, Komandan Tentara Dranz, langsung memerintahkan bawahannya untuk membawa Alex ke barisan belakang. Dan dia sendiri bersama beberapa pasukan lain di sekitarnya akan menahan serangan para undead di hadapan mereka.
Zerga yang beberapa saat lalu sudah merasakan putus asa dalam peperangan ini, terutama ketika dia melihat Alex kehilangan kendali atas emosinya dan mulai membakar habis semua mana di dalam dirinya.
Keputusasaannya memuncak ketika Alex, yang mereka jadikan harapan satu-satunya untuk memenangkan peperangan ini, terhempas tak berdaya di hadapan seekor Vampire karena sudah kehabisan mana.
"SEMUANYA, MAJUUU!!! MEREKA YANG MATI, ATAU KITA YANG MATI!!!"
Namun, kini api semangat kembali membara di dalam dirinya setelah melihat seorang malaikat turun dari langit dan menyelamatkan Alex dari kematian yang hampir pasti, mengobati seluruh hati yang telah remuk akibat keputusasaan.
Malaikat yang hanya berwarna hitam, tanpa ada cahaya yang bisa mendekati tubuhnya. Dengan dua pasang sayap kelam di punggungnya. Dan pedang kematian di tangannya.
Setelah sosok hitam di hadapannya memerintahkan mereka untuk mengamankan Alex, tiba-tiba keluar ledakan kegelapan dari tubuhnya, menyisakan kegelapan yang menyelimuti seluruh wujudnya. Tak berapa lama, sosok itu lenyap dari pandangannya, meninggalkan bayangan 'after-image' hitam dan menghasilkan garis gelap di belakangnya.
"Fa-Fallen Angel..."
Fallen Angel yang selama ini hanya diketahuinya dari dongeng di masa kecilnya. Kini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat sosok tersebut sedang terbang zigzag tak berpola setinggi 1 meter di atas permukaan tanah dengan kecepatan cahaya memporak-porandakan seluruh tentara undead yang dilaluinya.
Bukan hanya Zerga, tapi semua tentara dan petualang plat Silver yang menyaksikan fenomena badai kegelapan yang menghancurkan tentara undead, semuanya terdiam dan berhenti bergerak setelah selesai membunuh undead di hadapan mereka, hanya untuk meyakinkan mata mereka bahwa yang mereka lihat itu bukan halusinasi.
"O-oi... I-itu..."
"A-apa itu..."
"Waahhh..."
Mereka hanya menyaksikan bayangan hitam yang bergerak luar biasa cepat menyisir dan menghancurkan seluruh pasukan undead dan tidak menyisakan satupun monster yang masih utuh di jalur yang dilaluinya.
Selain pemandangan mencengangkan yang ada di daratan, sosok Naga Api yang terlihat di langit tidak henti-hentinya menembakkan bola api ke daratan, bola api yang terkonsentrasi dan memiliki daya ledak tinggi ketika membentur apapun yang menghalangi trayeknya.
"Wohh... UWWOOOOHHH!!!"
""YEAAAHH!!!""
"""SANG PENYELAMAT!!!"""
"""PUJA DEWI GAEA!!!"""
Setelah selesai mencerna dan memahami apa yang mereka lihat, semua pasukan baris depan Kota Dranz sontak langsung bersorak-sorai. Kebahagiaan dan rasa lega mengisi penuh semua bilik dan serambi pada jantung mereka.
Seolah-olah Dewi Gaea mengirimkan bala bantuannya untuk menyelamatkan umat manusia yang ada di sana. Mereka tidak tahu, bahwa yang sebenarnya ada di balik semua itu adalah Dewi Nyx, dewi yang tidak pernah mereka puja.
Mereka semua bahkan sampai berpikir, jika seperti ini, satu malaikat saja sudah cukup menghabisi 100.000 tentara undead! Hanya malaikat dan dewa-dewi yang bisa melakukan ini!
Zerga hanya berdiri melihat itu terjadi. Dia juga menyaksikan para Vampire mulai menyerang Fallen Angel tersebut. Sekitar belasan Vampire langsung terbang dengan gesit menyerang bayangan hitam yang dari tadi sibuk membersihkan undead yang ada.
Zerga tidak tahu, terbuat dari apa pedang yang digunakan oleh Fallen Angel itu. Tapi pedang hitam yang sangat besar itu dapat menebas semua jenis undead dengan sangat mudah. Baik undead tipe fisik atau non-fisik, memiliki armor keras atau tidak sama sekali, semua ditebas tanpa pandang bulu.
Hal yang serupa juga terjadi kepada belasan Vampire yang menyerbunya. Semua bernasib sama di hadapan Fallen Angel.
Seekor Vampir mencoba menyerangnya dari arah belakang. Akan tetapi, seperti memiliki mata di punggungnya, Fallen Angel itu langsung berbalik dan menebas pergelangan tangan Vampire itu hingga putus. Selang beberapa saat, tubuh Vampire yang sama tadi, kini sudah terbelah diagonal dan Vampire itu mati lalu berubah menjadi debu hitam hingga kemudian lenyap terbawa angin.
"Dia pasti bukan manusia... Dia pasti malaikat..."
Zerga melihatnya sendiri. Monster sekuat Vampire dapat ditaklukkan dengan mudah. Bukan satu atau dua, tapi belasan Vampire menyerangnya sekaligus dan yang berakhir menjadi debu hitam insignifikan adalah belasan Vampire itu, bukan sosok yang dikeroyok.
Beberapa Vampire juga menyerbu ke arah Naga Api yang tampak nyaman menembaki monster undead dari angkasa. Jumlahnya ada tiga ekor. Mereka bertiga terbang dengan gesit mendekati Naga Api itu, hanya untuk menemui saudara-saudaranya yang sudah mendahului mereka di alam kematian.
Belum sempat mendekati sang naga, mereka sudah dihujani tembakan-tembakan bola api dari mulut sang naga. Dan lebih lagi, dari punggung sang naga juga muncul tembakan-tembakan dengan elemen yang berbeda-beda.
Satu, atau dua tembakan masih bisa mereka hindari. Tapi tidak lebih dari tiga tembakan, masing-masing dari ketiga Vampire itu sudah tertembak mati. Ada yang meledak berkeping-keping di udara, ada yang separuh tubuhnya hancur sehingga ketika jatuh dan mendarat di tanah, sisa tubuhnya akan pecah menjadi debu hitam.
"Naga dan penunggangnya itu... mereka juga mengerikan..."
Setelah kata-kata itu keluar dari mulut Zerga tanpa disadarinya, terjadi sesuatu pada naga itu.
Seketika, naga itu terbang menukik ke bawah kemudian terbang mendatar setinggi 20 meter dari permukaan tanah dengan kecepatan tinggi sambil menyemburkan Fire Breath yang panjang dan panas. Membakar habis semua yang ada di daratan yang disemburnya.
Setelah sekitar setengah menit naga itu terbang rendah sambil menyemburkan api, dia kembali terbang vertikal menambah ketinggiannya dengan gesit. Sesampainya di atas, naga itu terbang di tempat, dan dari punggungnya terlontarkan sebuah proyektil bercahaya kebiruan yang kemudian terpecah menjadi sangat banyak.
Pecahan-pecahan proyektil yang bercahaya tadi, jumlahnya menjadi semakin banyak hingga tak dapat dihitung oleh mata manusia biasa dalam waktu yang sesingkat itu. Kemudian semuanya menghujam ke tanah seperti hujan es! Menusuk dan menembus tubuh para undead yang ada di bawahnya, menutupi area luas di bawahnya hingga menjadi seperti taman bunga yang luas, bunga es.
"UUUUUUOOOOOOOOOOOOHH!!!"
Dari kejauhan, Zerga mendengar sebuah teriakan yang sangat kuat. Sekuat orang yang berteriak pada jarak hanya 1 meter dari telinganya, padahal sumber teriakan itu sangat jauh darinya. Setelah dia melihat ke arah sumber suara, tampak sosok Vampire yang sangat besar dan melihatnya saja sudah membuat bulu kuduk merinding.
Tidak salah lagi, monster yang berteriak kuat tadi adalah monster dengan kelas tertinggi di antara semua monster undead yang menyerang Dranz. Monster kelas B. Vampire Lord.
Naga Api dan Fallen Angel itu, merespon teriakan keras dari sang Vampire Lord, langsung mendekati sumber suara sambil membersihkan semua undead yang mereka temui. Mereka bergerak dengan pola yang rapi dan tidak saling melampaui satu sama lain, menghabisi banyak undead secara efektif sambil dengan cepat mendekati Vampire Lord.
Naga Api dan Fallen Angel itu berkoordinasi dengan sangat baik, terutama dalam hal pergerakan dan arah serangan. Padahal jarak mereka sangat jauh satu sama lainnya. Apakah mereka memang saling mengerti antara satu dengan lainnya sehingga tidak memerlukan komunikasi untuk dapat memahami pergerakan yang lain?
***
"Mengerikan... Kekuatan mereka..."
"Semoga mereka benar-benar memihak kepada kita. Karena jika mereka menyerang kita, kematian massal seluruh pasukan dan penduduk Kota Dranz sudah bisa dipastikan."
"Kau... Benar..."
"Mereka itu manusia atau dewa?"
"Entahlah, untuk saat ini, kita hanya bisa menerka-nerka saja."
"Mari kita berdoa supaya mereka benar-benar ada di pihak kita."
Demikian obrolan plat Cooper yang sebelumnya melihat Dark Edge sebelum meninggalkan perimeter pagar kota untuk membantu barisan depan. Kini, barisan depan telah menjadi lautan api, dengan undead yang tenggelam di dalamnya.
***
'Ruby, Syla, Ren, kalian yang ngelawan Vampire Lord itu ya! Aku bersihin semua kroconya dulu.' Terdengar suara Arka di kepalaku.
'Tapi, Arka! Apa kami kuat?'
'Ruby mau ngalahin dia!'
'Ok, Ar, tapi nanti bantuin kalo kami kesulitan yaa!'
'Iya tenang aja. Aku yakin aku bisa bunuh Vampire Lord itu dengan sekali tebas. Tapi kalian butuh latihan ini biar kalian jadi lebih kuat.'
Kami berbicara dengan bantuan telepati Ruby. Kami juga menyusun rencana, bergerak, dan bekerjasama menggunakan telepati Ruby sejak awal kami berpisah tadi. Bahkan tidak jarang kami bercanda sambil membunuh monster-monster ini.
Aku dan Ruby malah berlomba-lomba membunuh monster, yang membunuh lebih banyak akan dapat jatah nge-date dengan Arka. Kami tidak memerlukan pendapat Arka dalam hal ini. Ren hanya tersenyum saja mendengarkan obrolan kami tentang ini.
Ren berfungsi sebagai support, menyuplai potion, anak panah, dan sesekali menggunakan magic scroll untuk buff party. Ren melakukan tugasnya dengan sangat baik. Kalau Ren tidak mengendalikan aliran pengeluaran mana dan potion yang kami minum, mungkin aku dan Ruby sudah kelelahan dari tadi dan kami kehabisan Potion entah dari kapan.
'Ren, Syla, Ruby, semangat yaa! Kabarin kalo butuh bantuan!'
'Oke!'
*Dhuuuussssss*
Arka menambah kecepatan terbangnya, lalu terbang rendah mengitari Vampire Lord untuk membersihkan monster-monster kelas rendah yang ada di sekitarnya. Dari yang paling dekat dengan Vampire Lord, bergerak membentuk lingkaran di sekitarnya, lalu bergerak melingkar semakin melebar dan semakin melebar. Supaya tidak ada yang mengganggu pertarungan kami.
"Ruby, Ren... Gaaaasss!"
'Yoo!'
"Ok!"
Ruby memulai serangan kami dengan menembakkan bola api yang terkonsentrasi ke arah Vampire Lord itu.
*Bhuuff bhufff bhuufff*
Vampire Lord terbang ke arah kami sambil menghindari bola api yang ditembakkan Ruby dengan santai. Ruby langsung membelokkan tubuhnya dan terbang menjauhi monster setinggi 5 meter itu.
Vampire Lord menjulurkan tangannya dan mengarahkan telapaknya ke arah kami. Segerombolan kelelawar keluar dari telapak tangannya, berkecepatan tinggi.
"Ruby, menghindar!"
Ruby menukik ke bawah dengan cepat. Tapi tembakan kelelawar Vampire Lord sedikit lebih cepat daripada kecepatan Ruby menurun dan mampu menggores di samping lutut kanan Ren, membuatnya berdarah.
"Ren! Kamu nggak apa-apa!?"
"Cuman gores dikit kok Syl, aku minum HP Potion paling bekasnya hilang, hehe..."
Wajah Ren terlihat sedang menahan sakit. Aku kesal melihat calon adikku dilukai seperti itu.
"Monster jelek ini, kurang ajar!"
Kutembakkan tiga anak panah yang telah kuimbuhi elemen angin sehingga menjadi berwujud seperti mini tornado. Selain menjadi sangat cepat, juga memberikan efek area kecil kepada anak panah yang kutembakkan. Vampire Lord itu berhasil menghindari dua di antaranya, namun panah ketiga mengenai lengan kirinya dan merobek kulitnya.
Vampire Lord itu kembali menembakkan gerombolan kelelawar ke arah kami. Namun, kali ini Ruby tidak menghindar. Dia buka mulutnya lebar-lebar dan mengarahkannya ke Vampire Lord yang sedang menembakkan kelelawar itu.
Sebelum satupun kelelawar berhasil menyentuh kami, api besar dan panjang menyembur dari mulut Ruby, menghadang kelelawar-kelelawar yang ditembakkan oleh Vampire Lord hingga semuanya hangus dan berubah menjadi debu hitam.
Vampire Lord langsung terbang dengan cepat menghindari api Ruby, lalu terbang memutar mendekati Ruby sambil menghunuskan kuku panjangnya yang tajam dan keras ke wajah Ruby. Sepertinya Ruby ingin adu fisik dengan Vampire Lord ini, jadi dia menerima serangan tusukan kuku Vampire Lord dengan mencengkram lengan Vampire Lord menggunakan cakar kaki depannya.
Monster Vampire berukuran 5 meter, menghadapi Naga Api berukuran panjang 15 meter. Normalnya, Vampire Lord akan menang melawan Common Dragon seukuran itu.
Namun Ruby bukanlah Common Dragon. Ruby adalah Hero's Dragon. Kekuatan Ruby telah diamplifikasi menggunakan kekuatan dark magic milik Arkanava, seorang Hero dengan kelas Darkness Doctor. Kekuatannya sekarang sudah tidak begitu jauh di bawah kekuatan Superior Dragon, walau masih lebih lemah dan ukuran tubuhnya masih jauh lebih kecil.
Tapi Vampire Lord juga tidak sekuat Superior Dragon. Vampire Lord hanya sedikit lebih kuat dari Helvaran, dan Ruby juga sedikit lebih kuat dari Helvaran. Dengan kata lain, perbedaan kekuatan mereka berdua hanyalah setipis helai rambut.
Setelah Ruby mencengkram lengan Vampire Lord, dia langsung menancapkan taringnya di badan Vampire Lord dari arah samping.
"UWAAAAAH!!!"
Vampire Lord berteriak kesakitan, sambil menusukkan cakar dari tangannya yang masih bebas, ke leher Ruby.
"GRRRAAAAAAARRR!!!"
""Ruby!!!""
Ruby melepaskan gigitannya karena berteriak akibat nyeri tusukan di lehernya. Tak lama kemudian Ruby menyemburkan Fire Breath terkuat dan terpanas yang mampu ditembakkannya, dari jarak 'point-blank'. Vampire Lord berusaha menangkisnya dengan mengeluarkan ratusan, bahkan ribuan kelelawar untuk menghalangi semburan api Ruby.
Melihat tindakan yang dilakukan Ruby, Ren langsung mengaktivasi magic scroll yang dari tadi sudah dipersiapkannya untuk keadaan darurat, terutama ketika melawan undead. Kemampuannya melakukan support sungguh memanjakan aku dan Ruby. Termasuk hal simpel namun sangat vital yang dilakukannya sekarang.
"Magic Scroll : Holy Shine!"
Cahaya sangat terang yang menusuk retina mata para undead kelas bawah, muncul di atas kepala Ren setelah mengaktivasi magic scroll di tangannya.
"GHUAAAAHHH!!!"
Walaupun tak melukainya secara signifikan, tapi skill elemen light tingkat rendah itu membuat Vampire Lord terpaksa memalingkan wajahnya.
Kesempatan!!! Dari tadi aku menunggu kesempatan untuk menembakkan skill terkuatku. Namun pergerakan Ruby sulit kuprediksi, sehingga akan membahayakan Ruby jika aku sembarang menembakkannya. Aku membutuhkan satu, hanya satu saja tembakan bersih untuk membunuh Vampire Lord, dan inilah saatnya!
"Nature Collision..."
Aku imbuhkan hampir seluruh mana yang kumiliki untuk satu tembakan ini. Ini adalah skill terkuat yang mampu kukeluarkan untuk saat ini. Energi terkonsentrasi dari empat elemen sekaligus menyelubungi ujung anak panah yang siap kutembakkan. Ketika energi itu sudah terisi penuh, kulepaskan anak panah itu tepat ke arah jantung Vampire Lord.
"... SHOT!!!"
*Zzzuuuussshh*
*BLAARRR* *JREESSSH* *SRRIIKK* *BZZZZTT*
Energi magic dari empat elemen natural yang terkonsentrasi dan dikompresi sepadat mungkin, bersama anak panah yang meluncur dan tertancap di dada kiri Vampire Lord itu, menimbulkan efek yang luar biasa mematikan.
Efek hangus terbakar, beku, hancur, dan listrik, saling tumpang tindih di seluruh badan Vampire Lord tersebut.
Nature Collision Shot adalah skill single target yang sangat kuat, apalagi jika didukung dengan Dex dan Int yang sangat tinggi dari penggunanya. Dalam hal ini, Dex dan Int milikku tak perlu dipertanyakan. Karena sudah mendapatkan efek dari Dark Alliance-nya Arka.
Dari dua skill terkuatku, Nature Collision Shot adalah skill single target dengan damage terbesar yang kumiliki. Sedangkan skill area terkuat yang kumiliki adalah skill hujan panah area luas yang kupakai sebelumnya, Apocalypse Rain, yang bisa diimbuhi dengan salah satu magic dari keempat elemen natural sesuai sikon. Tadi aku memakai elemen es (air), menjadi Freezing Apocalypse Rain.
Vampire Lord kemudian mulai hancur perlahan, sedikit demi sedikit bagian-bagian tubuhnya menjadi debu hitam yang terbang tertiup angin, membaur dengan udara, hingga akhirnya lenyap.
Setelah mengeluarkan sebagian besar mana yang kumiliki untuk sekali Nature Collision Shot, aku jadi merasakan kelelahan yang amat sangat di seluruh otot-ototku.
'Syla jagoan!'
"Hah... Hah... Hah... Ruby... Juga... Jago... Hah..." Balasku dengan terengah-engah karena mengalami hypomana ringan.
"Syla, ini cepat minum!" Teriak Ren sambil memberikan MP Potion kepadaku, yang langsung kutenggak.
*Glek glek glek*
"Khuaaaahhhh! Makasih, Ren! ngomong-ngomong Ruby, lehernya gimana?"
'Ehehe udah nggak sakit lagi kok! Ruby cepet sembuh kalo lukanya nggak gedeee banget!'
"Syukurlah... Syla takut tadi ngeliat Ruby teriak pas ditusuk..."
"Kayaknya naga memang memiliki kemampuan regenerasi yang cepat, Syl. Aku juga sempet takut tadi..."
'Heeey kalian bertiga! Kerjasama yang bagus!'
'Arkaaaaa!' Teriakku sambil melompat dari punggung Ruby.
"WOI JANGAN LOMPAT SEMBARANGAN!!!"
"Peluuuk!" Teriakku sambil jatuh bebas.
"Ah! Nyusahin aja!" Arka menggerutu tapi tetap menangkapku dan menggendongku dengan 'princess carry'.
Arka... Dia pikir dia sudah terlihat cool dan keren. Yaa... Memang Arka keren, tapi dia hanya sok cool. Aku tahu kalau sebenarnya dia suka padaku, dia senang ketika kupeluk,
Dan dia menikmati setiap ciuman kami. Tapi dia hanya gengsi saja. Dasar lelaki tsundere. Hihi...
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca! Weekend ini saya ada kesibukan, semoga saja masih sempat update ya.
Nama penting di chapter ini:
- Komandan Zerga
Medical Terminology
Retina : bagian belakang dari bola mata yang berfungsi menangkap semua yang kita lihat untuk dikirimkan ke otak melalui saraf mata.