Halo pembaca! Akhirnya semua laporan bulanan selesai, saya bisa melanjutkan lagi ceritanya.
Silahkan berbuat kebaikan dengan klik vote di bawah, terimakasih.
Mohon kritik, saran, dan komentarnya agar saya bisa membuat cerita yang lebih baik.
Selamat membaca!
_______________________________________
"Tower berisi monster? Jadi, seperti dungeon, tapi menjulang ke atas?"
Kami sudah menyelesaikan acara makan malam, dan kini kami sedang berada di sebuah ruang tamu di Gedung Walikota untuk membahas hal-hal yang lebih berat.
Ruang tamu yang sangat mewah. Kemungkinan ruang ini dipergunakan sebagai ruang pertemuan petinggi-petinggi pemerintahan dan petinggi organisasi untuk membicarakan hal-hal yang sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak.
"Betul sekali. Sebelumnya, tower tersebut tidak pernah ada di sana. Menurut penduduk sekitar, tiba-tiba tower besar itu muncul dari dalam tanah ke permukaan dan menjulang tinggi ke langit. Namun kami belum bisa memastikan isinya seperti apa, karena terlalu beresiko jika tim pengintai kami memasuki tower seperti itu, yang diduga menjadi titik awal serangan tentara undead tempo hari."
"Saya paham, Tuan Ernefo. Suatu tempat yang tidak diketahui seperti apa isinya, sebaiknya dijelajahi dulu oleh tim dari petualang yang memenuhi kriteria dan standar tertentu. Bukan sembarang orang boleh masuk untuk menjelajah pertama kali. Tapi apabila sudah dipastikan kondisinya aman untuk dimasuki petualang plat rendah oleh tim penjelajah, terutama untuk lantai bawah, barulah petualang plat rendah boleh mencobanya. Sementara demikian pendapat saya."
"Tuan Arka memang cerdas. Rencana kami tepat seperti yang anda sampaikan. Oleh karena itu, kami mengirim surat untuk mendapatkan bantuan dari petualang plat Gold hingga Diamond di guild pusat untuk membantu memimpin misi penjelajahan ini. Dan rencananya, plat Silver adalah batas minimum yang kami tetapkan untuk berpartisipasi dalam misi penjelajahan ini."
Ernefo diam sejenak, kemudian melirik ke arah Zerga.
"Komandan..."
"Siap, Bapak Walikota!" Jawab Zerga dengan tegas dan jelas sambil berpose hormat.
Zerga keluar dari ruangan selama beberapa saat, lalu masuk lagi membawa nampan yang dilapisi kain berwarna biru. Di atas nampan itu terdapat sesuatu yang tidak asing lagi.
"Party Dark Edge... Saya selaku Walikota Dranz, sekali lagi mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh anggota Dark Edge. Dan sebagai tanda terimakasih atas bantuan yang kalian berikan kepada Kota Dranz, kami memberikan hak khusus bagi semua anggota Dark Edge untuk memiliki plat Silver ini tanpa harus memenuhi semua persyaratannya. Sebenarnya kami ingin memberikan promosi ke plat yang lebih tinggi, tapi sayangnya plat Silver adalah batas maksimal yang bisa kami berikan di Kota Dranz."
Ernefo memberikan plat Silver yang ada pada nampan yang dibawa Zerga kepada kami berempat, satu per satu sesuai nama dan kelas kami masing-masing.
Ruby pun, yang sebelumnya tidak memiliki plat petualang sama sekali, juga diberikan plat Silver bertuliskan nama Ruby dan kelas Dragon Warrior. Jelas, plat ini merupakan plat custom khusus hanya untuk Ruby. Karena tidak ada kelas Dragon Warrior pada pilihan kelas yang ada di formulir pendaftaran petualang.
"Ditambah lagi, uang sebesar 50 BG karena telah membunuh seekor Vampire Lord dan memastikan kemenangan Kota Dranz."
"Terimakasih, Tuan Ernefo." Ucapku dengan sopan sambil mengambil semua hadiah yang diberikan oleh Walikota tanpa adanya rasa sungkan.
Uang sebesar 50 BG itu bukanlah uang yang sedikit. Untuk petualang plat gold di Kerajaan Balvara, sekali mengerjakan misi gold, mereka bisa mendapatkan sekitar 10-20 BG.
Sedangkan plat diamond bisa mendapatkan 50-100 BG setiap menyelesaikan misi diamond. Artinya, yang kudapatkan itu setara dengan petualang plat diamond, namun waktu yang dibutuhkan hanya semalam, tidak seperti misi diamond yang bisa berbulan-bulan.
"Tuan Arka dan Nona-Nona sekalian, ada satu hal lagi yang ingin saya bicarakan."
"Silahkan, Tuan Ernefo."
"Begini, Tuan Arka. Berhubung sekitar satu bulan lagi baru akan ada bantuan petualang plat Gold atau Diamond, sudikah anda untuk ikut serta dalam misi penjelajahan tower baru, yang kami beri nama 'Undead Tower' itu?"
"Masih sebulan lagi ya... Tidak masalah Tuan Ernefo. Lalu, bagaimana dengan tower itu selama kita masih menunggu petualang plat Gold dan Diamond? Tentu saja anda tidak akan membiarkannya begitu saja, bukan?"
"Tentu saja Tuan Arka. Kami akan meletakkan penjagaan ketat di perimeter Undead Tower. Kami juga akan membuka misi untuk penjagaan ini bagi petualang plat Silver atau yang lebih tinggi. Untuk menjaga agar tidak ada undead yang lepas dan menyerang pemukiman di sekitarnya. Bagaimana persiapannya sejauh ini Komandan Zerga?"
"Siap, Bapak Walikota! Sebanyak seribu pasukan yang berisi tentara dan petualang plat silver yang mengambil misi penjagaan perimeter Undead Tower, sudah siap diberangkatkan besok pagi." Jawab Zerga dalam sikap hormat kepada Ernefo.
"Terimakasih Komandan Zerga. Demikian, Tuan Arka. Kami berharap Dark Edge bersedia dalam membantu mengamankan perimeter Undead Tower. Tentu saja, kami telah menyiapkan upah khusus bagi Dark Edge, lebih tinggi daripada upah kepada petualang plat silver lainnya. Jika petualang plat silver lainnya hanya mendapatkan 2 BG per minggu, Dark Edge akan kami berikan 5 BG"
"Maaf, Tuan Ernefo..." Ren yang dari tadi diam, menyela di antara obrolan kami.
"Oh, ya! Bagaimana Nona Renia?" Jawab Ernefo sambil membalikkan badannya menghadap Ren.
"Begini, Tuan Ernefo... Tentang tingkatan petualang kami yang dinaikkan begitu saja, lalu misi khusus untuk penjagaan perimeter Undead Tower, ditambah lagi undangan makan malam ini... Kalau dari pengamatan saya, Tuan Ernefo sudah cukup memahami potensi kekuatan kami dan bagaimana kami dapat menjadi aset bagi Dranz, terutama di waktu-waktu seperti ini."
"Hmm... Silahkan dilanjutkan, Nona Renia..." Ucap Ernefo sambil tersenyum seolah-olah memahami alur pembicaraan Ren.
"Ibarat seorang pedagang yang mengetahui bahwa barang dagangannya sangat dicari banyak orang, namun stoknya sangat terbatas, tentu saja pedagang itu akan menaikkan harga dagangannya. Dan di sini, saya adalah merchant juga. Jadi-"
"Hahaha... Baiklah... Saya paham maksud Nona Renia. Jadi, berapa?" Ernefo langsung menembak ke poin utama dari pembicaraan ini dengan senyuman yang ramah.
"Kalau begitu, saya tidak akan sungkan. Sepertinya, dua kali lipat dari tawaran awal sudah cukup. Lebih dari itu akan terkesan serakah, tapi kurang dari itu hanya akan terlihat bahwa Walikota Dranz merendahkan kami. Dan pemimpin kami, Arkanava Kardia, sangat tidak menyukai jika kami direndahkan. Tentunya, kami tidak wajib untuk menerima tawaran ini, bukan?" Kata Ren dengan senyuman yang sedikit mengintimidasi.
"Ohohoho... Nona Ren, saya acungi jempol untuk yang barusan anda sampaikan. Baiklah... Misi penjagaan perimeter Undead Tower mulai besok hingga datangnya petualang plat Gold dan Diamond dari kota tetangga, dengam bayaran sebesar 10 BG per minggu, diterima oleh seluruh anggota Dark Edge. Deal?"
"Deal. Terimakasih atas kepercayaannya, Tuan Ernefo..." Kata Ren dengan tegas sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
"Akulah yang merasa senang atas bantuan Dark Edge..." Ernefo menjabat tangan Ren dengan senyuman menghiasi wajahnya yang sudah mulai menua itu.
Selesai obrolan kami, sesuai janji maka Ruby akan memperlihatkan wujud naga besarnya kepada Ernefo, dan kami pun dituntun ke suatu tempat oleh Ernefo.
Setelah sampai di halaman dalam pagar Gedung Walikota, Ruby melakukan Full-Scale Dragon Transformation, karena permintaan Ernefo.
Hanya satu atau dua menit saja lalu Ruby kuperintahkan untuk kembali ke wujud manusia. Ernefo takjub melihat sebuah keajaiban datang ke hadirannya dan menyapanya.
Tatapan mata, suara hembusan nafas, dan angin dari kepakan ringan sayap naga itu, membungkam Ernefo sehingga ia tak mampu berkata lagi. Bahkan dia baru bisa menarik nafas setelah Ruby kembali ke wujud manusianya.
***
"Wow! Makasih ya, Ren! Lumayan gede loh itu 10 BG per minggu! Sekitar 1 BG 4 BS perhari (Balvaran Gold, Balvaran Silver). Padahal ya cuman duduk-duduk aja kan kerjaannya..." Syla kegiranhan.
"Memang udah tugasku mengurus yang kayak gitu..." Ren menanggapi sambil tersenyum manis.
"Ren, makasih..."
"Eh... Iya, Arka..."
Kami berjalan menyusuri jalanan Kota Dranz menuju penginapan kami, setelah selesai semua acara di Gedung Walikota. Pulang lalu mempersiapkan semuanya untuk misi di esok hari.
Malam ini, Ren dan Syla terlihat begitu cantik. Dua kecantikan yang berbeda, membuatku tak mampu memilih mana yang lebih cantik di antar mereka.
Ruby juga sangat imut dan lucu dengan pakaian lolita yang dikenakannya di luar pakaian hasil Darkness Creation yang kuberikan padanya.
Memang kusuruh Ruby untuk selalu mengenakan itu untuk berjaga-jaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan perubahan wujudnya menjadi naga, maka pakaian luarnya harus dilepas dulu supaya tidak robek, hanya memakai pakaian body-fit spesial dari Darkness Creation saja.
Aku tak akan membiarkan gadis kecil telanjang di depan publik.
Besok, perjalanan kami menuju Undead Tower yang berlokasi di kedalaman Hutan Alurg, dekat Desa Erb. Bagaimana ya kondisi Desa Erb? Aku jadi penasaran sekaligus khawatir.
Tapi, malam ini kami harus tidur cepat agar tenaga terisi penuh untuk perjalanan besok.
"Selamat tidur semuanya..."
"""Selamat tidur, Arka..."""
*Cupps*
"Syla..."
"Itu goodnight kiss! Hehehe..."
Hari ini berlalu dengan santai. Tidak banyak permasalahan, hanya obrolan yang lumayan panjang dengan Walikota.
Berbicara soal pencapaian kami karena telah membunuh Vampire Lord, ada hal lain yang kami dapatkan selain semua hadiah dari Walikota. Kami mendapatkan drop item yang lumayan bagus. Aku katakan lumayan karena aku belum benar-benar paham tentang nilai dari benda ini.
Setelah membunuh Vampire Lord tempo hari, muncul sebuah batu yang memancarkan sedikit cahaya berwarna biru, sebesar bola pingpong. Lebih kurang seukuran Bola Mata Helvaran.
Setelah Ren melakukan appraisal terhadap benda itu, ternyata itu adalah sejenis benda yang dapat menambah Vit jika digunakan sebagai bahan inti pada aksesoris, Immortal Core. Menurutku, kali ini yang lebih memerlukan tambahan Vit adalah Ren, jadi kuberikan saja pada Ren.
Setelah Ren membawanya ke blacksmith di kota Dranz, ternyata bisa dibelah menjadi dua bagian sama besar tanpa mengurangi efeknya. Sebenarnya kami ingin membelahnya menjadi tiga, namun hal itu akan merusak efeknya. Jadi ya dua saja. Aku juga mau kalau begitu haha...
Setelah diubah menjadi dua, batu biru itu nantinya akan dipasangkan pada sebuah gelang mithril. Rencananya, besok pagi sudah bisa kami ambil di blacksmith tersebut.
***
"Hey Garen! Kau kurang tidur ya tadi malam?"
Fiana Erisi, seorang mage cantik tapi terlihat tomboy, berteriak kepada temannya. Mage satu ini tidak berdandan seperti layaknya seorang mage. Dengan celana pendek, kaos, dan rompi yang senada, membawa dagger (belati) yang disarungkan dan diselipkan di ikat pinggangnya.
Dagger yang dibawanya bukanlah dagger biasa. Blood Fang. Dagger itu terbuat dari mithril, memiliki batu permata merah di bagian ujung gagangnya, yang memiliki efek meningkatkan kekuatan serangan magic api sebesar 25%. Dagger ini didesain khusus untuk mendukung gaya bertarungnya.
Walaupun tomboy, tubuhnya yang langsing berlekuk dan terlatih itu memberikan aura sensual tersendiri. Kulit yang aslinya putih, terbakar matahari di bagian-bagian yang terbuka. Menampilkan sedikit warna yang belang, terlihat sexy pada tubuhnya.
"Hehe... Iya, Fi... Aku terlalu bersemangat karena mau ikut misi ini, malah jadi nggak bisa tidur..."
Garen Vaar, seorang petualang dengan short sword (pedang pendek) dan tower shield (tameng besar setinggi badannya), menjawab teriakan Fiana dengan lesu. Dia memakai plate armor, yaitu baju zirah yang terbuat dari plat logam tebal dan berat.
Dia adalah pemimpin dari party yang bersamanya. Tubuhnya yang tinggi dan atletis terbalut plat logam yang kokoh, membuat semua orang mengerti dengan hanya melirik, bahwa dia adalah tank di dalam party-nya.
"Hahaha... Dasar bocah!"
"Oi. Umur kita sama. Bahkan aku lebih tua beberapa hari."
"Ahahaha! Jangan nangis cowok lembek!"
"Kau itu cewek kelebihan hormon pria!"
"Ahahahahaha!"
"Fiana~ Garen~ Lukas~ maaf aku terlambaaat~"
Grista Anari, seorang gadis imut dan lembut dalam bertutur kata, menghampiri party yang sudah lebih dulu sampai di titik pertemuan mereka. Merupakan teman masa kecil dari Garen.
Grista adalah seorang alchemist (ahli kimia) yang baru saja menyelesaikan pendidikan alchemy-nya tahun lalu. Setelah lulus, dia langsung bergabung dengan Garen membentuk sebuah party petualang yang kemudian bergabung dengan Fiana dan Lukas.
Mengenakan ransel kotak yang terbuat dari bahan kanvas, dengan baret pink mungil di kepalanya. Mengenakan rok selutut, dengan atasan kemeja putih yang ditutup dengan coat. Dengan wajah imutnya dan posturnya yang sedang membuatnya terlihat cantik.
Dia mendalami ilmu obat-obatan untuk penyembuhan dan peningkatan stamina. Fungsinya di dalam party adalah sebagai sub-healer. Healer, tapi tidak sehebat Priest.
Priest yang ada di dunia ini hanya mengabdikan diri kepada masyarakat dalam bidang religi dan sosial. Mereka menetap dan bekerja di suatu organisasi religi. Tidak ada Priest yang menjadi petualang. Kalaupun ada, hanya dua atau tiga saja di dalam satu benua, dan itupun mereka dicap pengkhianat atau pembelot oleh religi yang mengajarinya light magic.
Oleh karena keterbatasan dari priest seperti yang disebut di atas, maka kelas seperti ini sangat dibutuhkan, namun sangat jarang dimiliki oleh sebuah party. Karena dia dapat menggantikan sebagian fungsi dari seorang Priest.
"Ahh... Syukurlah malaikat Grista Anari akhirnya datang... Ini, 'cowek' satu ini pagi-pagi udah ngajak ribut aja." (Cowek, panggilan Garen untuk Viana karena walaupun Fiana itu cewek, tapi perilakunya seperti cowok).
"Pagi, Grista!" Sapa Fiana dengan gaya seperti lelaki.
"Halo." Lukas yang dari tadi hanya duduk diam di pinggiran jalan, akhirnya bersuara.
Anggota party mereka yang terakhir, Lukas Reily, adalah seorang Rogue yang ahli dalam menggunakan panah dan dagger. Dia juga ahli dalam mematikan dan menghindari jebakan-jebakan, apalagi dalam membuat jebakan. Dia juga mampu melakukan serangan diam-diam yang mematikan dengan sangat efektif.
Mengenakan pakaian pas badan, yang terbuat dari kulit berwarna coklat gelap menutupi seluruh tubuhnya. Kepalanya ditutup dengan hood (sejenis kerudung). Tidak jarang dia menutup wajahnya dengan kain, tetapi saat ini sedang dilepas dan dikalungkan saja di lehernya.
Busur panah dan anak panah menggantung di punggungnya. Dagger di pinggangnya.
"Ayo, Lunar Eclipse, kita berangkat ke titik kumpul!"
"""Ayo!"""
Lunar Eclipse, sebuah party beranggotakan empat personil yang berusia sekitar 19-20 tahun. Mereka baru bergabung ke dalam guild petualang sekitar awal tahun ini, dan peperangan melawan tentara undead lalu, membuat mereka mendapatkan promosi menjadi petualang plat silver.
Pada saat itu, Lunar Eclipse adalah petualang plat copper yang menjaga perimeter pagar kota. Namun di saat-saat terakhir, mereka ikut membantu ke barisan depan dan berhasil membunuh seratusan undead.
Dan kini, sebagai petualang plat silver, mereka berhak mengambil misi penjagaan perimeter yang diinisiasi oleh Walikota Dranz.
"Garen Garen! Lihat itu!" Kata Fiana sambil menarik lengan baju Garen.
"Apa sih!?"
"Ituuu!"
"O-oh... Itu Dark Edge kan..."
"Uuu~ Kerennyaaa leader Dark Edge itu! Nggak kayak leader kita, lemah!"
"Ya kamu jangan bandingin manusia biasa kayak aku dengan monster seperti mereka... Dan lagi, kok kamu bisa jadi cewek beneran sih kalo lagi ngomongin dia? Keajaiban."
"Hahaha! Garen kalah telak!" Teriak Fiana di depan wajah Garen.
"Hihi... Sabar ya Garen. Kamu tetap leader (pemimpin) kami yang paling pemberani!"
"Huhuu... Makasih Grista..."
"Aku dengar, leader-nya Dark Edge itu selain sangat kuat, juga mampu melakukan tindakan-tindakan medis. Aku jadi penasaran..."
"Haahhh... Ternyata Grista udah ketularan Fiana..."
"Garen, kayaknya mereka nggak ikut misi penjagaan perimeter Undead Tower. Tuh, liat. Mereka berjalan ke arah pusat perdagangan, bukan ke arah lokasi titik kumpul kita." Kata Grista sambil melihat Dark Edge yang sedang berjalan.
"Kalo aku jadi mereka sih, males juga ikut misi begini. Gosipnya mereka udah dapet banyak duit dari Walikota karena berhasil membunuh Vampire Lord."
"Gila... Mereka..." Lukas ikut berbicara.
"Udah... Udah... mending kita fokus sama misi kita. Nggak ada gunanya mikirin mereka. Toh mereka nggak mikirin kita. Jangankan mikir, mereka bahkan nggak tau kalau ada party sesama plat silver seperti kita, karena mereka terlalu kuat dibandingkan semua plat silver yang ada di sini."
"Grista benar. Ayo, teman-teman! Tetap semangat!"
"Hoi lelaki lapuk... Dari tadi kamu doang yang mentalnya ciut!"
"Hahhh... Yaa yaa... Maaf..."
Tidak lama kemudian, Komandan Tentara Dranz, Zerga Vadir, memberikan pengarahan singkat tentang perjalanan yang akan dilalui dan apa yang harus dilakukan setelah sampai ke lokasi. Total pasukan yang berangkat adalah sekitar 1.000 orang, dengan rincian kasar sekitar 600 Tentara Dranz, 400 Petualang, dan beberapa personil support yang terdiri dari Juru Masak dan Priest.
Setelah selesai pengarahan singkat, perjalanan langsung dimulai, termasuk di dalamnya party Lunar Eclipse. Perjalanan memakan waktu seharian. Hanya ada satu atau dua monster yang harus dilawan selama perjalanan. Dengan pasukan sebesar itu, bukan masalah jika harus menaklukkan monster-monster lemah yang menghadang.
Sesampainya di lokasi yang sudah ditentukan, semua orang tidak langsung beristirahat. Ada yang membangun tenda, ada yang mencari bahan makanan, ada yang memasak makanan, dan ada juga yang menyiapkan api unggun untuk menghangatkan tubuh ketika malam menjelang.
Di malam harinya, tiba-tiba terdengar kegaduhan yang berasal tidak jauh dari tenda mereka. Mereka langsung keluar dari tenda dan melihat apa yang sedang terjadi.
*Brruff brruff brruuff*
Terdengar suara kepakan sayap dari atas mereka. Setelah melihat ke atas...
"Wah! Apa itu!?" Fiana yang pertama berteriak dengan wajah terkejut.
"Fiana, Lukas, ambil senjata kalian! Grista, berlindung! Itu... ITU NAGA!!!"
"A-apa!?"
*Bruff brruff brufff*
Naga itu terbang di tempat, di dekat api unggun. Semakin lama, semakin merendah, dan semakin jelas wujudnya karena terkena cahaya dari api unggun.
Semua tentara dan petualang di sekitarnya sudah bersiap-siap menghunuskan senjata mereka kepada naga itu.
"..."
"..."
"..."
"Jangan bilang..."
"Itu... Kan..."
Seekor Naga Api, berukuran panjang sekitar 15 meter, mengenakan pakaian ketat berwarna hitam menutupi badannya, mendarat di dekat api unggun. Naga itu sangat tenang. Tidak tampak seperti seekor naga liar yang sedang menyerang.
Sesaat setelah naga itu mendarat, tiga orang turun dari punggung naga itu. Tiga orang yang familiar. Buah bibir semua petualang dan tentara seantero Kota Dranz. Tiga orang yang selalu membuat kehebohan sejak hari pertama mereka bergabung ke dalam guild petualang Kota Dranz.
"... Dark Edge..." Ucap Garen sambil menyarungkan pedangnya.
"Huwaaahhh... Keren banget Dark Edge! Bisa menjinakkan naga sebesar itu! Kyaaaa~" Fiana, kehilangan jati dirinya sebagai tomboy dan seketika berubah menjadi fangirl, saat melihat Dark Edge.
"Hahh... Syukurlah... Aku kira kita semua akan mati malam ini huuh..." Grista sambil menghela nafas.
Setelah mengidentifikasi Naga Api dan para penunggangnya, semua orang terlihat lega dan kembali menyimpan senjata mereka. Naga Api besar itu pun, dalam sekejap berubah bentuk menjadi gadis kecil yang cantik, berpakaian hitam. Beberapa petualang dan tentara malah mendekati mereka hanya untuk sekedar bersalaman.
Namun, setelah Komandan Zerga mendekat, semua orang bubar. Komandan Zerga, dirumorkan memiliki kekuatan setara petualang plat gold. Bahkan ketika tragedi serangan undead berlangsung, dia adalah orang kedua yang mencolok di barisan depan setelah Alex.
Setelah kejadian itu, setiap hari, setiap malam, keseharian mereka menjadi sangat monoton dan semakin monoton. Mereka hanya berjaga saja. Bergantian, bergiliran, terus seperti itu tanpa ada satupun undead yang keluar dari pintu masuk Undead Tower. Seminggu, dua minggu, tiga minggu, waktu terasa begitu lambat. Hingga semua orang mulai merasa bosan.
***
"Oi, Garen! Ayo kita curi kesempatan untuk masuk ke dalamnya!"
"Serius dikit dong, Fi. Kamu mau kita semua kena masalah?"
"Ah dasar titit letoy..."
"Kau-!"
"Fiana... Benar yang dibilang Garen. Grista tau, Fiana bosan dan ingin segera masuk ke dalamnya. Grista juga bosan, semua orang pasti juga merasa bosan. Tapi kita semua udah sepakat untuk mengambil misi ini. Dan misinya adalah penjagaan perimeter. Sabar dulu, tinggal beberapa hari lagi, petualang plat diamond dan gold sudah sampai di sini. Barulah kita ikut tim penjelajah untuk memasuki Undead Tower."
"Tapi... Aarrgh!"
"... Kita bisa masuk sebentar di malam hari, melihat isi di lantai pertamanya saja."
"Oi, Lukas! Sekalinya berbicara, ngeri juga yang kamu bicarakan!"
"Lukas lebih jantan daripada Garen. Cih!"
"Tolong, kalian berdua! jangan melakukan sesuatu yang berbahaya!"
"Ah, sudahlah! Aku mau pergi dulu cari angin!"
"Fiana... Lukas juga..." Gumam Grista dengan tatapan sedikit sedih.
Sore itu, Fiana pergi entah kemana, dan kembali lagi senja hari dengan wajah seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan langsung masuk ke dalam tenda untuk tidur. Garen dan Grista merasa agak lega melihat ekspresi Fiana yang sudah tidak kesal lagi.
Tapi, di dalam hati Garen, dia merasa ada sesuatu yang tidak nyaman. Seperti ada rasa hangat di dadanya. Rasa hangat yang tidak nyaman. Rasa hangat di dadanya yang seolah-olah membisikkan kepada hatinya bahwa ada hal buruk yang akan terjadi pada Fiana.
***
Fiana membuka sebelah matanya perlahan. Dia melirik ke sekitarnya, di dalam tenda yang dibuat untuk tempat tidur dia dan Grista. Tidak ada orang selain dia.
Malam sudah menjelang. Dan Grista mendapat giliran jaga di malam ini. Giliran jaga mereka bagi menjadi tiga. Pagi hingga sore, sore hingga tengah malam, tengah malam hingga pagi lagi. Setiap hari ada tiga giliran jaga, dan yang tidak mendapat giliran jaga, bebas untuk melakukan apapun. Dengan kata lain, libur.
Fiana, yang mendapat jatah liburnya di hari ini, merencanakan sesuatu yang tidak disukai oleh teman-temannya. Mungkin, Lukas pengecualiannya.
Ya, malam ini, Fiana ingin menyusup masuk ke dalam Undead Tower.
Fiana mengintip keluar. Tidak ada Lukas dan Garen. Hanya ada Grista sedang duduk agak jauh dari tenda untuk berjaga-jaga bersama petualang wanita lainnya.
"Ok, ini saat yang tepat. Tapi sepertinya aku nggak bisa ngajak Lukas, nanti Garen malah tau kalau aku mau menyusup." Fiana menggumamkan pikirannya.
Fiana sudah mengenakan pakaian dan peralatan lengkap miliknya, serta membawa beberapa HP dan MP Potion. Lalu ia mengendap-endap dan berjalan ke tempat gelap, meminimalisir suara langkahnya.
Fiana akhirnya sampai di belakang Undead Tower. Area di belakang memang tidak dijaga lagi karena sama sekali tidak ada pintu untuk masuk maupun keluar. Bahkan, dari pintu depannya saja tidak ada undead yang keluar. Semua berkumpul di sekitar api unggun di depan pintu tower.
Fiana mengendap-ngendap mengelilingi Undead Tower sampai berada di dekat pintu masuk. Setelah melihat sekitarnya aman, Fiana langsung lari ke dalamnya.
***
"Kapan ya petualang plat gold dan diamond akan datang kesini?"
"Hehe... Sabar saja Kak Cisa..." Jawab Grista.
Grista sedang mengobrol dengan salah satu petualang wanita yang kebetulan jadwal jaganya berbarengan dengan dia. Selama melaksanakan misi ini, Grista sudah mengenal banyak sesama petualang wanita. Dan sering mengobrol untuk menghabiskan waktu agar tidak bosan.
Tapi tiba-tiba sekelebat bayangan terlihat dari sudut matanya. Di kejauhan, lebih tepatnya di depan pintu masuk Undead Tower, seseorang sedang mengendap-ngendap untuk masuk ke dalam Undead Tower.
"Fi-... Fiana?"
Grista masih ragu. Apakah benar yang dilihatnya tadi adalah Fiana? Suasana yang gelap, hanya disinari oleh cahaya rembulan dan api unggun yang sudah mulai padam, membuat siapapun akan kesulitan untuk mengenali sosok seseorang dari kejauhan.
Grista dihadapkan oleh konflik batin. Keraguan yang dirasakan Grista semakin tumbuh dengan cepat menjadi rasa cemas. Dia khawatir, jika itu benar-benar Fiana, maka Fiana akan berada dalam masalah besar. Tetapi, jika seluruh anggota party ikut masuk ke dalam untuk membawa Fiana keluar, maka seluruh anggota party akan terkena masalah.
Dan yang lebih konyol lagi, jika ternyata seluruh anggota party sudah masuk ke dalam, lalu ternyata sosok itu bukan Fiana, mereka semua akan terkena masalah, kecuali Fiana.
"Kak Cisa, aku ke belakang dulu ya..." Grista langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Mau ditemenin?"
"Nggak usah, hehe..."
Grista memasang senyum di wajahnya agar Aisa tidak curiga, supaya masalah ini tidak tersebar menjadi berita miring. Dia berjalan menuju tenda tempat Fiana tadi tidur.
Sampai di tenda, seperti ubun-ubunnya disiram air panas, Grista mulai panik. Apakah dia harus mencari Fiana dulu untuk memastikan? Atau langsung melaporkan kepada Garen dan Lukas? Grista tidak tahu mana yang sebaiknya dia lakukan.
"Aduuuhh... Fiana... Kamu kenapa menghilang begini siiiihh..." Gumam Grista sambil memegang kedua telinganya yang mulai terasa gerah.
Setelah beberapa detik mencoba menganalisa situasi, akhirnya Grista putuskan untuk membangunkan Garen dan Lukas. Dia bergegas masuk ke tenda yang berada di sebelah kanan dari miliknya.
"Garen! Garen! Bangun! Lukas bangun Lukas!"
"Ha?" Jawab Lukas singkat sambil mengumpulkan nyawanya.
"Ada apa sih Grista? Aku baru selesai jaga, aku mau istirahat..."
"Fiana, Garen! Fiana nggak ada!"
"Ha? Fiana nggak ada? Maksudmu?"
"Grista, tenang dulu."
"Iya, coba tenang dulu. Ceritain dari awal."
"Fuu hahh... Fuuu haahhhh... Gini. Tadi aku lagi jaga, terus keliatan ada bayangan sosok seseorang yang menyelinap masuk ke dalam Undead Tower. Aku jadi kepikiran Fiana! Terus, aku cek di tenda karena tadi kan Fiana tidur duluan. Rupanya dia nggak ada di tenda!"
"Tapi, kamu nggak ngeliat jelas siapa sosok yang masuk ke dalam tower?"
"Gelap, Garennn! Cuman keliatan bayangan gelap aja!"
"Hmm. Lukas, gimana menurutmu?"
"Ada kemungkinan kalau yang masuk itu bukan Fiana. Tapi kemungkinan kalau yang masuk itu Fiana, juga lumayan besar."
"Ahh! Kenapa sih si Fiana itu!? Uhh... Hah! Kalian berdua, kita pastikan dulu Fiana memang tidak ada di sekitar sini. Kita sisir area sekitar sini, termasuk kamar kecil, mulai dari area depan tower melingkar ke belakang tower. Dan kita berjumpa di dekat dinding belakang tower. Ok?"
""Ok.""
***
"Fire bolt."
*Boom* *klotak klotak*
Fiana, masuk ke dalam Undead Tower sendirian, dan membunuh semua monster yang dilaluinya dengan sangat mudah. Saat ini dia berada di lantai tiga.
Dari luar, tower ini tidak terlihat begitu besar. Namun ketika sudah masuk ke dalam, semuanya menjadi benar-benar berbeda dari yang dibayangkan. Ukuran ruangan setiap lantai terasa jauh lebih luas daripada yang bisa dilihat dari luar. Interior setiap lantai juga berbeda-beda, menyesuaikan monster yang menghuni. Terdapat juga perangkap yang lumayan mengganggu di dalam ruangan lantai-lantai bawah.
Lantai satu tidak ada monster, sehingga dia dengan mudah menemukan tangga untuk naik ke lantai dua.
Dan di lantai dua, dia hanya berhadapan dengan Grave Insects. Kumpulan bermacam-macam monster serangga kecil yang sering kali ditemukan di area pemakaman yang tak terawat.
Tentu saja, bagi petualang plat silver, ini hanyalah hal sepele. Sekali skill magic AoE tingkat bawah saja sudah cukup untuk menghabisinya. Fiana meratakan semua monster di lantai dua dengan cepat.
Di lantai tiga ini, musuhnya adalah skeleton hound dan zombie hound. Mayat hidup yang berasal dari bangkai monster seperti anjing atau serigala yang dibangkitkan dengan necromancy (sihir kematian).
Skeleton hound bergerak sedikit gesit, tapi tubuhnya rapuh dan mudah hancur. Berbeda dengan zombie hound. Pergerakannya lambat, tapi ketahanannya tidak selemah skeleton hound. Di lantai ini, Fiana masih belum meneteskan keringat.
"Fire Bolt. Fire Bolt. Fire Bolt. Fire Bolt."
Fiana menembakkan Fire Bolt beruntun sambil mengarahkan ujung gagang daggernya dimana permata merah berkilauan tertanam, ke monster-monster yang jadi targetnya. Rata-rata Skeleton Hound mati dengan sekali tembakan, tapi mereka sudah beberapa kali hampir melukai Fiana. Untungnya Fiana sering melatih fisiknya sehingga dapat menghindari semua serangan dari Skeleton Hound.
Zombie Hound lebih mudah dihadapi, tapi lumayan menguras mana Fiana karena untuk masing-masingnya membutuhkan dua hingga tiga kali tembakan Fire Bolt.
"Heat Wave." Sambil mengacungkan ujung gagang daggernya ke udara.
Sebuah magic api area tingkat rendah dikeluarkan oleh Fiana untuk membakar empat Zombie Hound yang berkumpul ingin menyerangnya. Dari batu permata di ujung gagang daggernya, keluar gelombang panas yang hampir tak terlihat, ke area di depannya hingga jarak 10 meter ke depan dan melebar sampai 5 meter.
Mereka tidak langsung mati ketika terkena skill itu, tapi terbakar perlahan-lahan terkena DoT (damage over time) dari Heat Wave.
Ketika para Zombie Hound itu sudah dekat, hanya satu yang belum terbakar habis. Dan untuk menghemat mana...
"Hukk! Heyah!"
Fiana melompat ke samping kiri Zombie Hound yang tersisa, lalu dengan momentum lompatannya itu, dia menancapkan ujung tajam daggernya dengan posisi tegak lurus, penampang melintang, tepat di tulang leher Zombie Hound. Memutuskan Medulla Spinalis-nya hingga Zombie Hound itu terkulai lumpuh tak dapat bergerak.
"Fire Bolt. Fire Bolt."
*Boom boom*
Dua Skeleton Hound terakhir berhasil dilumpuhkan.
*Grrrggrrrrggrrr*
Tangga menuju lantai empat pun turun perlahan. Dan Fiana, menaiki tangga dengan senyum sombong di wajahnya.
Setelah Fiana melangkah ke anak tangga terakhir, dia melihat beberapa sosok familiar. Seperti sosok yang banyak ditemuinya saat perang antara tentara undead melawan pasukan Dranz.
Skeleton. Zombie.
Dua makhluk tersebut, tipikal monster undead yang paling sering ditemui di area berhantu dan di dalam beberapa dungeon yang dihuni undead. Monster undead standar, bisa dikatakan demikian. Karena hanya hasil necromancy dari manusia biasa yang telah meninggal, tak memiliki kemampuan khusus dalam bertarung.
"Haha! Rupanya masih jalan bebas hambatan! Heat Wave. Fire Bolt. Fire Bolt."
Heat Wave dan Fire Bolt adalah kombinasi skill jarak jauh favorit Fiana. Selain karena konsumsi mana yang sedikit, efektivitas terhadap monster undead juga tinggi. Tidak hanya zombie, bahkan semua monster kelas F dan E akan menerima damage yang besar ketika terkena kombinasi dari dua skill tadi.
Ada beberapa pengecualian, yaitu monster yang hidup di air, atau monster yang memiliki pelindung dari elemen air. Selebihnya? Bisa diatasi dengan skill magic api tingkat rendah.
*Whuuusssss* *boom boom*
Kehancuran bagi kedua monster di hadapannya, itu yang diharapkan Fiana. Tapi, yang terjadi adalah...
"Hah? Mereka masih bisa bergerak?"
Ternyata, zombie dan skeleton itu masih bisa bergerak mendekati dan menyerang Fiana walaupun tubuh mereka sedang terbakar api dari magic Fiana.
"Hup! Ugh! Huh!"
Fiana menghindari serangan Skeleton dan Zombie yang sedang dibalut api tersebut, dengan melompat ke belakang, berguling ke kiri, lalu melompat mundur lagi menjauhi kedua undead itu. Fiana segera mengambil MP Potion di kantongnya dan langsung menenggaknya sampai habis.
*Glek glek glek*
"Kuuhah! Haha! Jadi mau bermain seperti itu!? Akan kuladeni! Flame Saber!"
Fiana, yang biasanya memegang dagger dengan posisi terbalik, kini mengubah genggamannya menjadi seperti sedang menggenggam gagang pedang.
*Bwoossshhh*
Berawal dari batu permata merah di gagang daggernya yang tiba-tiba bercahaya terang, menjalar ke bagian tajam daggernya hingga ke ujung. Ujung dagger itu menembakkan jet api sepanjang 1 meter, berpijar, membuatnya terlihat seperti pedang api.
Flame Saber adalah magic api tingkat menengah. Dan merupakan magic terkuat yang dimiliki Fiana. Menjadi magic terkuat Fiana bukan karena murni dari kekuatannya, tapi menjadi magic terkuat Fiana karena Fiana sering melatih skill ini hingga ia bisa menguasai konsumsi mana yang diperlukan untuk menjaga supaya pedang api itu stabil dan memiliki konsentrasi energi tinggi.
Fiana adalah Pyromancer yang memiliki keahlian dalam bermain pedang dan dagger. Dia selalu melatih skill magic yang dimilikinya berbarengan dengan skill pedangnya. Dan sekarang, saatnya bagi Fiana untuk menari bersama pedang api di tangannya.
"Fufufu... Hah! Urrryah! Khah!"
Fiana menebaskan pedang api dengan gerakan yang indah, seperti tarian yang romantis, apalagi setiap gerakan pedangnya meninggalkan jejak cahaya oranye yang menambah indahnya tarian pedang itu.
*Zhuuuuusss zhuuuusssss bwosssh*
Semua yang hadir di lapang pandangnya, dikejar dan ditebas. Tebasan pedang itu membakar seluruh bagian tubuh Zombie dan Skeleton yang disentuhnya. Tak jarang, pedang yang terbuat dari jet api itu langsung menembus tubuh Zombie yang ditebasnya, karena jet api pada daggernya memiliki daya rusak yang sangat kuat dan terkonsentrasi.
Fiana harus segera menyelesaikan ini, karena mana yang dimilikinya tak akan bertahan lama. Selama Flame Saber pada daggernya masih berpijar, mana yang dimilikinya juga ikut terbakar secara konstan.
Lima undead... Sepuluh undead... Dua puluh undead...
Fiana terlalu asyik terhanyut dalam kekuatannya sendiri. Tak sadar, jumlah mana yang dimilikinya hanya tersisa sedikit. Dia sudah merasakan gejala awal dari hypomana.
"Ukhh... Sedikit... Lagiii!"
Fiana masih memaksakan, hingga kondisi hypomana-nya semakin memburuk. Tapi dia hampir berhasil membersihkan semua undead di lantai ini. Kemenangan sudah di depan mata.
*TRAKK*
"He-?? UGHAAAAHHH!!!"
Perhatian dan kewaspadaannya terhadap sekitar melemah, karena terlalu fokus untuk segera membunuh beberapa undead yang tersisa. Tidak sadar, kaki kanannya telah menginjak 'bear trap' (jebakan beruang), yang menjepit sekaligus menusuk pada pertengahan tungkai kanannya, sangat membatasi pergerakannya.
Beberapa Zombie dan Skeleton yang tersisa, tidak menyia-nyiakan korban di hadapan mereka. Fiana, yang sudah mengalami hypomana berat, tak mampu lagi menembakkan magic apapun.
"Uggghhhh... Jangan... Ahhkk! Jangan! Jangan mendekat! Uuggghhh... Jangan mendekat kalian brengsek! Khuhh! Tolong... Tolong! Tolooong!!! TOLOOOONG!!!"
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca!
Nama-nama penting di chapter ini :
- Undead Tower
- Garen Vaar, Swordsman (Short Sword + Tower Shield).
- Fiana Erisi, Pyromancer (Mage Spesialis Api). Blood Fang.
- Grista Anari, Alchemist (Sub-Healer).
- Lukas Reily, Rogue (Bow + Dagger)