Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 25 - Chapter 21

Chapter 25 - Chapter 21

Buat pembaca yang sudah membaca dari awal sampai chapter ini,

ARIGATOU GOZAIMASU !!!

Saya tidak menyangka, ternyata ada juga orang-orang yang berbaik hati mau mengapresiasi hasil karya yang saya tulis di waktu senggang ini.

Saya harapkan, KRITIK dan SARAN agar saya dapat membuat cerita yang lebih bagus, lebih seru, dan lebih keren lagi.

Silahkan VOTE dan KOMENTAR ya! Terimakasih. Selamat membaca!

_______________________________________

"Itu... Naga? Tapi... Besar sekali! Aku tidak pernah melihat naga sebesar ini sebelumnya!"

"Ugh! Bau bangkai!"

"Naga itu mengeluarkan bau busuk!"

"Semuanya! Berhati-hati terhadap Breath Attack naga itu! Hindari bagaimanapun caranya kalau tidak mau mati!" Rogard memerintahkan kepada seluruh petualang yang ada di sana.

Sebenarnya, Rogard juga belum pernah bertemu naga sebesar ini. Jika dilihat dari ukurannya, kemungkinan besar naga ini merupakan salah satu Common Dragon. Ukurannya mencapai tiga kali lipat Minor Dragon yang sering ditemui.

Common Dragon, walaupun namanya 'common' atau biasa, bukanlah jenis monster naga yang sering ditemui seperti Minor Dragon. Bahkan tidak jarang kehadiran seekor Common Dragon menimbulkan malapetaka hingga kemusnahan pada suatu daerah apabila tidak segera ditanggulangi.

Misi penaklukan seekor Common Dragon sendiri merupakan misi khusus untuk party petualang plat diamond, karena petualang plat gold kebawah tidak akan mampu memberikan perlawanan yang berarti. Skill terkuat mereka hanya mampu menggores tipis sisik seekor Common Dragon.

Peringkat teratas monster kelas C bukan dihuni oleh monster sembarangan. Dengan kata lain, Common Dragon adalah sosok monster yang sangat mengerikan. Hanya sedikit lebih lemah daripada Helvaran yang menduduki peringkat bawah monster kelas B. Namun memiliki tubuh yang jauh lebih besar.

Naga besar di hadapan mereka ini berukuran sangat besar. Hampir memenuhi ruangan besar tempatnya menunggu kunjungan para manusia yang ingin menguji kekuatan atau sekedar mencari harta.

Yang unik dari naga satu ini adalah bau busuk menyengat yang dihasilkannya. Tubuhnya tidak begitu terlihat jelas dengan cahaya remang yang mereka miliki. Tapi dengan bau bangkai yang busuk menyengat seperti ini, dapat hampir dipastikan bahwa naga itu adalah undead.

Rotten Dragon.

Kali ini, berasal dari dari bangkai Common Dragon. Bangkai monster yang pernah berjaya pada puncak kekuatan di kalangan monster kelas C.

Namun dengan adanya campur tangan dari necromancy, monster ini sudah tidak bisa lagi digolongkan ke dalam kategori naga, karena sekarang dia sudah masuk dalam kategori undead. Kekuatannya juga berkurang sedikit dibandingkan sebelum dia mati.

Kalau diurutkan, sekarang dia berada di peringkat atas agak ke tengah pada daftar monster kelas C. Karena, Jika diadu antara Common Dragon dengan Rotten Dragon, maka Common Dragon-lah yang akan menang.

"Apa kita cukup kuat untuk melawan naga itu!?" Teriak salah satu petualang plat silver.

"Tuan Rogard pasti mampu melawannya!" Plat silver yang lain meneriakkan harapan dengan suara bergetar, kurang yakin dengan kata-katanya.

"Hey! Kalian mental tempe! Angkat senjata kalian!!!" Teriak Danio kepada para plat silver yang sudah ketakutan.

"GRRROOOOOAAAAARRRRRHH!!!"

Rotten Dragon mengaum keras setelah melihat datangnya para petualang ke dalam ruangan besar tempat dia berada. Suaranya yang parau mampu menggetarkan lantai, dinding, dan langit-langit ruangan kolosal itu sehingga debu-debu berjatuhan dari atas.

"Archer dan Mage! Tembak dengan kekuatan penuh!" Rogard memimpin inisiasi serangan terhadap naga besar itu dengan memerintahkan serangan jarak jauh.

*Syuuu syuuu*

*Wuuuuusss wuuuuuusss wuuuusss*

*Bzzzzztt*

*Blegaaarr dhuaaarrr jedaaaarrr*

Serangan demi serangan dilontarkan dari jarak jauh. Ledakan-ledakan dahsyat bergaung keras di ruangan itu. Segala magic dari semua elemen natural saling tumpang tindih bertabrakan. Kembang api bermekaran, asap dan debu saling berguling di tempat semua serangan itu diarahkan.

Pandangan tertutup, semua orang tak lagi mempedulikan apakah serangannya kena atau tidak. Mereka hanya terus menerus melancarkan serangan jarak jauh terkuat yang dapat mereka kerahkan.

Beberapa Swordsman dan Warrior yang mampu melancarkan serangan jarak jauh juga ikut andil dalam unjuk kekuatan itu tanpa terkecuali. Warrior adalah kelas ofensif fisik yang menggunakan senjata jarak dekat selain pedang dan tombak.

Serangan dilancarkan terus-menerus, tanpa jeda. Semua serangan yang dilontarkan membuat kondisi lokasi dimana naga itu berdiam, menjadi kacau balau dan berserakan. Tidak ada satupun monster yang dapat lolos dari semua serangan itu tanpa terluka.

Tidak terkecuali naga. Tubuhnya yang besar itu tercabik-cabik dan hancur terkena semua serangan dengan kekuatan penuh. Rogard, yang menyerang dengan skill Wave Strike, skill tingkat menengah yang sudah mengalami peningkatan kekuatan serang sebanyak sepuluh kali lipat karena telah diberikan tambahan energi magic oleh Rogard sendiri.

Daging naga yang sudah busuk itu rontok akibat semua magic dan serangan jarak jauh yang mengenainya. Bahkan Wave Strike Rogard pun mampu membelah dada naga yang besar itu.

Sayangnya, hal seperti itu hanyalah harapan dan ekspektasi belaka. Setelah sekian lama mereka menyerang naga itu hingga seluruh energi dan mana hampir habis, mereka berhenti menyerang untuk segera meminum MP Potion. Debu dan asap tebal memenuhi pandangan, menyembunyikan sosok naga besar tersebut.

Beberapa detik menunggu, tiba-tiba terdengar...

"GRRROOOOOOAAAAARRRRRRHH!!!"

Harapan dan ekspektasi yang terlalu muluk telah mengkhianati mereka semua. Teriakan naga itu menghembuskan segala debu dan asap yang menutupi pandangan. Memperlihatkan kulit dan daging naga yang telah membusuk itu tanpa adanya kerusakan sedikitpun akibat semua serangan mereka.

"Semuanya waspada!"

Rogard melihat sesuatu sedang terjadi pada Rotten Dragon tersebut. Energi kegelapan yang ada di seluruh ruangan itu seolah-olah disedot olehnya. Naga itu mengumpulkan energi dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

Bulu kuduk Rogard berdiri, merinding. Di balik full plate armor yang dikenakannya, keringat mengalir dari lehernya dan berguling menyusuri punggungnya, mengamplifikasi rasa takut yang dirasakannya ketika melihat apa yang sedang dilakukan naga raksasa itu.

"BERLINDUUUUNG!!!" Teriak Rogard setelah memprediksi apa yang akan terjadi.

Breath Attack, Poison Breath.

"GHUUAAAAAAAHHHH!!!"

*ZHUUUUUSSSSS*

Gas pekat berwarna hijau gelap ditembakkan dari dalam mulutnya. Breath Attack khas undead dragon. Sambil menyemburkannya, Rotten Dragon mengarahkan mulutnya untuk menyapu area luas yang ada di depannya, tempat dimana para petualang berada.

Berlindung? Jangankan berlindung, untuk menarik nafas saja sudah tidak sempat. Apalagi di hadapan Breath Attack dari naga sebesar itu, tidak ada lagi tempat untuk berlindung.

Serangan mereka dijadikan satu saja sudah tak berarti. Dan kini mereka semua akan mati, diratakan oleh sekali hembusan nafas dari naga ini. Misi penjelajahan berubah menjadi misi mengantar nyawa.

"Impenetrable Dome!!!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan diiringi munculnya kubah raksasa berwarna putih semitransparan yang berpusat pada seorang petualang plat gold, Gregor. Gregor menggunakan skill bertahan terkuat yang dimilikinya.

Impenetrable Dome adalah skill bertahan area yang efeknya adalah nulifikasi semua damage baik magic maupun fisik, yang diterima semua orang yang berada di dalam AoE selama jangka waktu 10 detik. Sekilas terdengar luar biasa. Tapi yang dikorbankan untuk aktivasi skill ini adalah 70% dari seluruh kapasitas maksimum mana yang ada pada tubuh pengguna.

Kelemahan skill itu membuatnya hanya dapat dikeluarkan sekali saja dalam satu waktu. Bukanlah skill yang bisa digunakan berulang-ulang.

Sedangkan komplikasi fatal dari skill ini akan muncul jika digunakan ketika mana yang tersisa pada tubuh seorang tank yang menggunakannya hanya tersisa sebanyak 70% atau kurang. Karena di dunia ini, kehabisan mana bisa berakibat fatal.

Beruntung, Gregor masih memiliki lebih dari 90% mana dari total kapasitas maksimum mana yang dimilikinya. Sehingga setelah durasi skill tersebut selesai, dia hanya akan berada pada kondisi hypomana ringan dengan gejala kelelahan saja.

"Uggghhh..." Gregor berusaha sekuat tenaga mengalirkan magic dari tubuhnya kepada Impenetrable Dome yang telah dikeluarkannya untuk menahan Poison Breath dari Rotten Dragon.

5 detik telah berlalu semenjak Impenetrable Dome mulai memayungi seluruh petualang yang ada di dalamnya. 5 detik ini terasa begitu panjang. Namun, masih belum ada tanda-tanda bahwa Poison Breath akan berhenti.

Sekali tembakan Breath Attack dari seekor naga memang dapat berlangsung cukup lama. Apalagi Rotten Dragon satu ini berasal dari salah satu Common Dragon, bukan dari naga kecil.

6 detik...

7 detik...

8 detik...

Keringat dingin sebesar biji jagung mulai mengalir di wajah Gregor. Hampir usai durasi Impenetrable Dome, namun aliran energi Poison Breath masih belum berkurang sedikitpun. Kematian sudah di depan matanya. Bukan hanya kematiannya, namun juga kematian seluruh petualang yang sedang dilindunginya.

9 detik...

Pasrah. Hanya itu yang ada di benak Gregor. Terlebih lagi bagi semua petualang plat silver yang tak mampu melakukan apa-apa, bahkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri saja sudah tak ada harapan lagi.

Rogard pun demikian. Bahkan bagi petualang plat diamond pun tak ada kemungkinan kecil untuk selamat dari poison breath Rotten Dragon yang bertengger di kategori monster kelas C. Walaupun dia diberkati oleh blessing Herculean Power, bukan berarti dia tahan terhadap Poison Breath yang mengenainya secara langsung.

10 detik...

Di saat-saat terakhir dari durasi Impenetrable Dome milik Gregor akan habis, aliran energi Poison Breath dari mulut Rotten Dragon tersebut mulai terlihat berkurang.

Tapi dengan usainya durasi Impenetrable Dome, maka akhir dari semburan Poison Breath tetap akan mengenai semua orang. Poison Breath membawa elemen racun yang sangat poten, yang sangat keras.

Walaupun kekuatannya tidak sekuat semburan awal, tetap saja jika semburan racun naga itu mengenai tubuh, maka akan membuat sekujur tubuh melepuh dan racunnya dapat meresap ke dalam aliran darah kemudian menghentikan seluruh fungsi organ-organ tubuh secara bertahap hingga akhirnya mati.

"Mage! Barrier!" Perintah Rogard kepada tiga orang mage yang ada di sana, termasuk Fiana.

"""Magic Barrier!!!"""

Tepat sebelum lapisan tipis berwarna putih transparan lenyap, tiga buah Magic Barrier berkekuatan penuh muncul berdekatan di depan arah semburan Poison Breath.

*Traaaannnggg!*

Tak sampai satu detik, ketiga Magic Barrier itu pecah berkeping-keping dan lenyap bersama kegelapan di ruangan itu. Pecah berkeping-keping bersama harapan terakhir dari seluruh petualang yang berada di sana. Akhir semburan Poison Breath akan membunuh semua orang yang ada di sana.

Namun harapan belum seutuhnya pupus.

"HEAVY FORTRESS !!! SACRIFICIAL LINK !!!"

Semua orang menoleh ke sumber suara. Seorang petualang plat silver, mengenakan full plate armor kualitas rendah, dengan tower shield di depannya, mengeluarkan skill yang seharusnya belum mampu dimilikinya. Tapi dia mampu. Garen mengaktifkan kedua skill barunya.

Heavy Fortress, +100 Vit, memberikannya konstitusi yang luar biasa kuat untuk 3 detik saja. 3 detik sudah lebih dari cukup. Naga itu sudah berhenti mengeluarkan Poison Breath, hanya akhir semburannya saja yang tersisa.

Lalu Sacrificial Link, membelokkan seluruh serangan yang dilancarkan musuh kepada seluruh team, menjadi mengarah kepada penghuna skill. Tower shield miliknya sudah dipersiapkan di depan tubuhnya.

Dengan niat yang kokoh dan tulus, dia siap untuk mengorbankan dirinya demi menyelamatkan banyak orang. Di dalam hati, Garen berharap semoga pengorbanannya kali ini tidak sia-sia.

*Sssssaaaaaasssshhhh*

Poison Breath yang tadinya menyebar, kini menyatu dan mengarah ke Garen. Sifat acid (asam) dari Poison Breath itu menghancurkan tower shield milik Garen, hingga meleleh menjadi cairan yang tak ada daya.

Benturan dari semburan Poison Breath yang mendobrak sekujur tubuh Garen juga bukan hanya seperti hembusan angin sepoi-sepoi di padang rumput, tapi merupakan benturan yang sangat keras, tidak kalah dari benturan akibat pukulan Zombie Troll King yang dirasakannya beberapa waktu yang lalu.

"Gaaaaaaahhhh!!!" Garen terlempar jauh ke belakang.

*Braaaaakkk*

"Garen!" Fiana reflex berlari ke arah Garen sambil memanggil Garen yang sudah terlempar jauh.

"Arka! Dimana Arka!?" Lukas yang sudah buntu, memanggil Arka yang dari tadi masih belum terlihat batang hidungnya.

Kemana orang itu!? Karena hanya dia yang bisa menyelamatkan mereka dari keadaan seperti ini. Bukan malaikat, bukan juga dewa dan dewi. Hanya Arka yang bisa, begitu ucap Lukas di dalam hati.

Akan tetapi, tanpa mempedulikan apa yang terjadi pada manusia yang sudah dihempaskannya barusan menggunakan Poison Breath, Rotten Dragon langsung mengibaskan ekornya ke arah kerumunan petualang yang masih tidak percaya terhadap apa yang barusan terjadi.

*Woooooffff*

*Jedaaaaarrrr*

"Uwaaahhh!"

"Gaaaaaaahhh!"

"Khaakk!"

Separuh dari petualang yang ada di sana terkena kibasan ekor Rotten Dragon. Mereka terlempar menyebar dan hanya sebagian kecil yang mampu berdiri kembali, itupun sambil tertatih.

Rogard yang tidak terkena kibasan ekor naga karena dia sudah memprediksi arah kibasannya lalu menghindarinya, kini sedang berlari untuk mendekati Rotten Dragon. Dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati targetnya dan memulai serangan balasan, sebelum Rotten Dragon kembali menembakkan Breath Attacknya.

Karena jika sampai Rotten Dragon menembakkan kembali Poison Breath, tidak akan ada lagi kesempatan hidup kedua karena semua tank yang dapat diandalkan sudah terkapar atau kehabisan energi.

MP Potion memang dapat mengembalikan mana pada tubuh seseorang. Tapi perlu dicatat, satu botol MP Potion hanya mampu mengisi sekitar 3-5% mana yang ada di tubuh seseorang. Malah, semakin besar kapasitas mana yang dimiliki seseorang, maka semakin kecil lagi efek dari MP Potion.

Stamina Potion juga hanya seperti energy drink. Dia bisa meningkatkan kemampuan untuk bekerja keras, dia bisa membantu mengembalikan stamina yang telah terpakai, tapi bukan berarti dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu yang singkat. Tidak ada potion yang memiliki potensi sekuat itu.

Di saat Rogard tinggal berjarak beberapa langkah dari Rotten Dragon, cakar kaki depan naga raksasa itu sudah melayang ke arah Rogard. Rogard yang sudah memprediksi serangan yang akan dilakukan oleh naga raksasa di hadapannya, langsung mengaktifkan salah satu skill terkuatnya yang sudah bertahun-tahun dia asah.

"Haahh!!! God Judgement Thrust!!!"

God Judgement Thrust, skill tingkat atas yang memberikan kekuatan dorongan lompatan yang dahsyat, sambil menghunuskan pedangnya ke arah target. Pedang yang digunakan berubah menjadi bercahaya kekuningan dan meninggalkan siluet panjang di belakangnya.

Dengan skill tersebut, Rogard berhasil mendahului pergerakan serangan kaki depan Rotten Dragon, menghindarinya sambil menyerang tepat ke arah kepala naga busuk raksasa tersebut.

"Haaaaaaahhhh!!!"

Rogard memberikan dorongan yang lebih kuat kepada pedang besarnya, Demon Crusher yang sepersekian detik lagi akan menusuk kepala Rotten Dragon.

*Craaaannggg*

Sungguh disayangkan, ujung Demon Crusher hanya berhasil menusuk kulit yang sudah membusuk di bagian bawah mata kanan Rotten Dragon sedalam beberapa centimeter, sedikit mendorong kepala naga raksasa tersebut, namun bukanlah merupakan luka mayor.

"Shadowless Dance!"

Rogard tidak perlu menunggu kakinya menapak pada sesuatu apapun untuk mengeluarkan skill berikutnya. Dengan skill tingkat atas milik Swordsman ini, tubuh Rogard bergerak dengan luar biasa cepat, zigzag, dan tidak dapat diprediksi arahnya.

Gerakan itu diikuti oleh tebasan sisi tajam dan bergerigi dari Demon Crusher. Gerakan zigzag yang sangat cepat hingga sulit untuk diikuti mata telanjang itu, mengitari kepala Rotten Dragon sambil terus tanpa berhenti menebasnya.

*Crang crang crang crang crang...*

Luka demi luka semakin banyak bermunculan di sekeliling kepala Rotten Dragon tersebut. Walaupun setiap lukanya hanya memiliki kedalaman beberapa centimeter saja, jika terdapat banyak luka yang bertumpuk-tumpuk, lama-lama akan menyebabkan munculnya luka yang cukup dalam atau lebih lebar.

Melihat itu, semua petualang plat gold ikut maju untuk membantu serangan yang dilancarkan oleh Rogard dari tadi. Fiana yang dari tadi menjaga Garen, kini juga ikut bertempur. Karena menurutnya lebih baik membantu serangan untuk mengakhiri sumber bahaya daripada menangisi Garen tapi tidak membuatnya menjadi lebih baik.

Dimana Grista pada saat-saat seperti ini? Dari awal dia hanya mengikuti Dark Edge saja, tidak membantu party-nya sendiri. Di saat Garen terkena racun kuat seperti ini, tidak ada Grista yang seharusnya sudah memberikannya anti racun sedari tadi.

"Flame Saber!"

*Zhuuuusssssshh*

Skill Flame Saber milik Fiana kini berubah menjadi lebih kuat. Api merah menyala yang sebelumnya, sekarang telah tergantikan dengan api biru. Jet api biru yang keluar dari ujung gagang Blood Fang, kini lebih panjang dan memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi.

Peningkatan status dapat memberikan peningkatan kekuatan skill yang signifikan, tidak jarang juga memberikan perubahan pada efek skill tersebut, seperti yang terjadi pada Flame Saber Fiana.

Di sudut lain, Lukas melepaskan busur dan anak panahnya, meletakkannya di lantai. Lalu ia mencabut dagger di pinggangnya, dia beranjak untuk membantu combo serangan yang sedang dilakukan oleh Rogard, tidak peduli apakah dia berhasil membantu atau tidak.

"""Haaaaaaahhh!"""

Semua petualang yang memiliki serangan jarak dekat, berlari menuju Rotten Dragon untuk membantu Rogard. Mereka tak peduli apakah senjata tumpul mereka dapat setidaknya menggores kulit naga busuk raksasa atau sama sekali tak berguna, tapi mereka tetap maju membantu serangan.

Mage dan Archer menghindari serangan jarak jauh karena beresiko mengenai sesama petualang yang maju untuk menyerang. Sementara ini, mage hanya melepaskan Magic Barrier untuk melindungi diri dari serangan tiba-tiba oleh naga itu.

"Mage! Archer! Persiapkan serangan terkuat kalian. Tembakkan ke bagian tengah dari dada naga ini sesuai aba-abaku!" Teriak Rogard memerintahkan seluruh Mage dan Archer, sambil masih melakukan Shadowless Dance.

"""Oooh!!!""" Teriak seluruh Mage dan Archer mengafirmasi perintah Rogard.

Rogard masih dalam durasi skill Shadowless Dance sambil memperhatikan para Mage dan Archer yang sedang mempersiapkan skill terkuat mereka masing-masing. Lalu perintah kedua dari Rogard pun terdengar.

"Semua DPS jarak dekat! Sisakan mana kalian untuk menggunakan skill terkuat kalian secara bersamaan sesuai aba-abaku!"

"""Siaaaap!""" Teriak seluruh melee DPS (penyerang jarak dekat).

Rogard masih memperhatikan semua pasukannya, baik penyerang jarak jauh maupun penyerang jarak dekat sambil terus menebaskan Demon Crusher ke seluruh sisi kepala Rotten Dragon yang tidak terlihat mampu melukainya dengan efektif.

"Support! Siapkan semua MP dan Stamina Potion!"

"""Siaaaapp!!!"""

Semua penyerang jarak dekat masih sibuk berusaha melukai Rotten Dragon sebanyak-banyaknya, dan seberat-beratnya, tentu saja sambil menghindari serangan dari cakar dan ekor naga busuk raksasa itu. Serangan fisik dari Rotten Dragon tidak begitu sulit untuk dihindari karena pergerakannya cukup lamban.

"Semua! Bersiap! Serang bagian tengah dari dada naga ini! Dengan aba-aba dariku!"

Rogard sudah bersiap-siap untuk melancarkan satu serangan terkuatnya. Dia menunggu momen yang tepat. Momen dimana pandangan naga itu teralihkan. Tapi dia belum menemukannya. Hingga akhirnya dia putuskan untuk menciptakan kesempatan itu sendiri.

"Heyahh!" Teriak Rogard sambil menggunakan Shadowless Dance untuk menyerang salah satu mata naga itu.

*Klaaaang!*

Demon Crusher menebas bola mata kiri Rotten Dragon. Rogard memang belum mampu melukai mata naga raksasa yang ternyata sangat keras itu, namun dia berhasil membuat naga itu memejamkan matanya karena reflex. Kesempatan yang diciptakannya terjadi!

"Melee DPS, mundur! Mage dan Archer, sekarang!"

Dengan komando dari Rogard, semua melee DPS yang menyerang, segera melompat menjauhi Rotten Dragon untuk menjaga jarak, lalu mempersiapkan skill terkuat mereka masing-masing sambil menunggu aba-aba Rogard. Dan para penyerang jarak jauh, melepaskan semua skill terkuat mereka yang sudah mereka charge dengan energi magic yang tinggi hanya untuk satu serangan ini.

*Booom dhuaaarrr jedarr jedaarr blegaarrrr*

Beberapa serangan di waktu yang sama kepada satu titik yang sama pun mendarat di dada Rotten Dragon. Rotten Dragon menjadi sedikit terbungkuk dan terdorong beberapa centimeter dari lokasinya semula. Beberapa centimeter, sungguh tidak signifikan. Tapi cukup memberikan kesempatan untuk serangan berikutnya.

"Melee DPS! Sekarang!!!"

Semua melee DPS yang sebelumnya menjaga jarak, secara serentak menyerang ke titik yang sama persis dengan titik yang diserang oleh Mage dan Archer barusan, secara bergantian seakan-akan setiap orang sudah mengetahui kapan giliran mereka.

Koordinasi yang luar biasa ini ditunjukkan oleh petualang plat diamond dan gold. Namun para petualang plat silver sedikit keteteran, tapi tetap masih bisa mengikutinya.

*Daaarrr shiiink croook jreekkk blegarr jedarrr*

Dalam beberapa detik, semua kombinasi serangan dari seluruh petualang tipe DPS telah selesai dilancarkan. Semua kelelahan dan segera meminum MP dan Stamina Potion sambil melihat bagaimana kondisi Rotten Dragon setelah menerima serangan gelombang kedua barusan.

Belum sempat debu dan asap terdilusi dan mengendap, terdengar raungan dari balik debu tebal itu.

"GGGRRRRRRAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRHHHH !!!"

"Aaah! Telingaku!"

"Haaaakkk!"

"Ggghhh..."

Teriakan yang benar-benar memekakkan telinga, Dragon Roar. Menyebabkan efek stun singkat bagi semua orang di sekitarnya. Dan dalam momen singkat itu, Rotten Dragon mengumpulkan energi ke dalam mulutnya.

Bahaya. Breath Attack kedua. Jika yang pertama tadi masih ada dua tank untuk menahan serangan itu, kali ini tidak ada lagi yang bisa menahannya. Kesempatan mereka untuk menghabisi Rotten Dragon tadi sudah habis, hanya menyisakan bolong di tengah dada naga itu. Bolong yang tidak dalam, apalagi tembus.

Luka seperti itu tidak ada artinya bagi Rotten Dragon. Naga itu adalah zombie. Yang dapat membunuh zombie adalah sesuatu yang bisa menghancurkan sistem saraf pusatnya atau Magic Crystal di dalam dadanya. Sungguh disayangkan serangan mereka belum dapat membuka dan mengekspos magic crystal. Magic crystal masih jauh dari kata hancur, saraf pusat masih intak.

"GRRRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH !!!"

Poison Breath pun ditembakkan ke seluruh penjuru ruangan. Tidak ada tempat aman, tidak ada yang dapat melindungi, tidak ada cahaya harapan. Tidak ada. Hanya kekosongan dan kematian yang tertulis di wajah semua petualang.

Mereka ingin menyesali pilihan mereka untuk ikut serta sebagai tim penjelajah Undead Tower. Mereka ingin berdoa kepada Dewi Gaea, sang penyelamat hidup umat manusia. Tapi mereka memahami betul, itu semua akan sia-sia dan tak berarti.

Asap pekat berwarna hijau gelap telah mulai ditiupkan lagi oleh Rotten Dragon. Elemen acid-nya yang sangat kuat akan melelehkan seluruh zat yang disentuh oleh Poison Breath. Elemen racun akan meresap ke seluruh tubuh dan menghentikan fungsi organ-organ dalam tubuh hingga akhirnya mati.

Penjelajahan mereka hanya sampai di sini. Mereka terlalu meremehkan Undead Tower. Meremehkan berarti kesombongan. Kesombongan dapat membawamu kepada kematian. Dan sekarang, kematian sedang menghampiri mereka.

"Usai sudah..." Gumam Rogard kepada dirinya sendiri.

Mereka semua terlalu fokus terhadap musuh yang ada di depan mata. Sehingga mereka melupakan suatu hal penting yang ada di belakang mereka. Yang bahkan belum sempat masuk ke ruangan itu.

*Buuoooozzzzhh*

*Blegaaaarrrr*

Sebelum Poison Breath sempat terlepas jauh dari mulut Rotten Dragon, sebuah bola api besar bergerak melayang sangat cepat memecah Poison Breath dan menghantam mulut naga busuk raksasa itu.

"GRAAAARR !!!"

"GGRRRRRROOOAAAAAARRRR !!!"

***

"Arkaaa! Buruan keluar dari kamar mandi! Gantiaaan!"

Suara Syla terdengar dari luar. Wajar saja dia terdengar kesal karena aku dan Ren sudah terlalu lama di dalam kamar mandi. Ya mau bagaimana, aku melakukannya dengan Ren tentu ingin merasakan kenikmatan yang maksimal, bukan? Semua orang pasti seperti itu.

"Bunyi apa itu, Syl?"

Aku bertanya dari dalam kamar mandi, dengan Ruby masih memangku kepalaku di paha mungilnya yang sangat lembut dan halus itu sambil mengelus wajahku, dan kami berdua masih tanpa busana.

"Nggak tau! Belum liat! Ayooo..."

"Itu suara pintu besar yang terbuka, Arka..." Ren lah yang menjawab pertanyaanku dari luar kamar mandi.

"Ugh..." Aku bersuara ketika mencoba untuk duduk.

Tubuhku dan pikiranku terasa segar bugar, tapi ternyata tenagaku habis. Bahkan untuk bangun dari tidur saja sudah tidak ada tenaga lagi. Apa sebenarnya yang dilakukan Ruby kepadakh selama kami berhubungan tadi?

"Udah, Arka istirahat dulu, sini Ruby bantuin..." Ucap Ruby dengan sangat lembut, bukan seperti Ruby yang biasanya tapi seperti seorang wanita dewasa.

"U-um..."

"Syla, Ren! Tunggu dikit lagi yaa!" Teriak Ruby kepada Ren dan Syla.

""Ok!""

Ruby mengelap seluruh tubuhku dengan handuk. Lalu membantuku memakai pakaian. Setelah aku selesai, baru dia berhanduk dan memakai pakaiannya. Ruby membopongku keluar dari kamar mandi lalu menuju tenda.

"Loh, Arka napa tuh, Ruby?" Tanya Syla kepada Ruby.

"Kamu kenapa, Arka?" Ren bertanya kepadaku.

"Heheh..." Aku hanya tertawa lemah.

"Ra-ha-si-a." Jawab Ruby dengan sedikit centil tapi imut, seperti anak kecil.

"Hooo..." Kedua alis mata Ren terangkat sambil tersenyum sinis menatapku.

"He? Rahasia apa? Rubyyyy!"

Kami tidak menjawab pertanyaan Syla, tapi langsung berjalan masuk ke dalam tenda. Ruby membantu memposisikan tubuhku di kasur tenda. Lalu mengecup sisi kiri bibirku.

Semenjak kejadian di kamar mandi tadi, sikap Ruby terhadapku menjadi berubah ketika kami hanya berdua. Tapi dia kembali ke sifat bocah periang ketika di depan orang lain. Teringat kejadian di kamar mandi, Hercules Junior merespon dengan denyutan geli.

Ugghh... Stop. Sudah bukan waktunya untuk itu lagi.

"Um, Cimot. Tolong liatin orang-orang itu dong. Jangan dibantuin kalo mereka masih bisa ngatasin sendiri. Tapi kalo udah bahaya, baru bantuin."

"Iya, Arka... Cimot ngerti kok. Istirahat sana. Makasih ya sayang buat yang tadi. Aku puas hihi..."

"A-ah... Iya... Oh, bilangin Grista, Ren dan Syla suruh mandi aja, nggak usah ikut masuk ke ruangan itu. Cimot bisa sendiri kan? Biar levelmu cepet naik..."

"Iya, iyaaa... Bawel." Kata Ruby sambil keluar dari tenda dan meninggalkanku sendiri.

Aku meminum Stamina Potion yang ada di dalam tenda lalu tidur, agar staminaku cepat pulih lagi. Aku terlelap dengan senyuman di wajahku.

***

"Ren, Grista, kata Arka, kalian mandi aja, nggak usah ikut masuk ke ruangan itu. Ruby aja yang disuruh masuk buat ngawasin mereka."

"Kamu nggak apa-apa sendirian aja?"

"Ruby udah ngerasain kekuatan monster di dalemnya. Ruby masih jauh lebih kuat kok hehee..."

"Ya udah kalo gitu, hati-hati ya..." Ujar Ren.

"Ok hati-hati ya, Ruby... Tolong liatin teman-temanku ya..." Ucap Grista.

"Okay!"

Aku meninggalkan Ren dan Grista yang sedang duduk di depan kamar mandi, menunggu Syla selesai mandi terlebih dahulu. Aku langsung berjalan menuju ruangan di balik pintu double besar itu.

Oh... Naga undead. Semua petualang yang ada di ruangan ini, termasuk Lunar Eclipse, sedang menyerang naga yang sudah membusuk itu secara bertubi-tubi.

Ah, tapi serangan mereka semua terlalu lemah. Daya tahan kulit dan daging naga itu masih lebih tinggi daripada yang bisa mereka tembus, walaupun sudah membusuk.

Benar, mereka belum cukup kuat untuk melukai naga undead raksasa tersebut. Serangan-serangan jarak jauh yang terlalu lemah.

Oh! Serangan balasan dari naga undead! Wah, terlihat berbahaya. Apa aku masuk sekarang ya? Eh, tunggu. Itu ada seseorang yang sedang mengeluarkan skill. Seperti skill pelindung area luas.

Hm... Lumayan juga dia bisa menahan Breath Attack naga undead ini. Tapi durasi skill pelindung itu terlalu singkat! Kalau begini bisa menelan korban jiwa jika dibiarkan. Ok, sepertinya aku harus masu- ... Tunggu dulu. Garen sepertinya akan menguji skill barunya.

Kekuatan fisik Garen meningkat pesat. Skill yang luar biasa. He? Kenapa semua Breath Attack yang ditembakkan malah berkumpul lalu mengarah kepada Garen? Mari lita lihat, sekuat apa skill dan fisik Garen ini...

Aw... Dia terlempar jauh. Dan shieldnya meleleh lebur. Dia harus membeli shield dan armor yang lebih bagus untuk mengimbangi kekuatan fisiknya. Equipment-nya terlalu lemah untuk kekuatannya yang sekarang.

Garen terkena racun yang kuat... Tapi hanya sedikit saja yang mengenai kulitnya dan yang meresap ke dalam tubuhnya. Untuk Vit sekitar 80 poin seperti Garen, kadar racunnya tidak fatal. Malah sebenarnya, Garen memerlukan itu supaya dia mendapatkan imunitas sampai tingkat tertentu terhadap racun.

Breath Attack naga itu selesai dengan hanya Garen sebagai korbannya. Kemudian Rogard menyerang naga itu.

Itu... Itukah kemampuan maksimum Rogard? Lemah sekali... Bahkan yang terkuat di antara mereka saja hanya mampu menggores dangkal kulit naga undead seperti itu. Tidak ada harapan. Benar-benar tidak ada harapan bagi mereka.

"Yah... Kalo gini, mereka nggak bakal bisa lanjut ke lantai berikutnya. Bakal jadi beban doang buat Arka..."

Lantai berikutnya akan lebih ekstrim lagi. Melihat perbedaan yang signifikan antara sebelum Zombie Troll King dengan apa yang terjadi setelahnya, lantai setelah miniboss lantai ini, pasti akan lebih sulit lagi.

Di lantai ini saja mereka sudah kesulitan setengah mati, bahkan hampir mati. Aku yakin, lantai berikutnya jika mereka masih memaksakan, mereka hanya akan menemui ajalnya.

Oh, lihat mereka... Semuanya menyerang mengikuti perintah Rogard. Koordinasi yang bagus. Rogard memiliki jiwa kepemimpinan yang lumayan. Mereka memfokuskan seluruh kekuatan serangan pada bagian tengah dada naga undead itu.

Jarak jauh, jarak dekat, support, semua berkoordinasi dengan baik. Tim ini baru terbentuk untuk penjelajahan Undead Tower, tapi koordinasi mereka seperti sudah berpetualang bersama dalam waktu yang lumayan lama. Cukup mengesankan.

Ya, kukatakan 'cukup mengesankan' karena hanya sampai di situ saja. Kekurangan yang mendasar pada mereka saat ini adalah kekuatan serang. Sebaik apapun koordinasi mereka, jika kekuatan serang mereka serendah itu, pasti tak berguna.

Hanya serangan Rogard sendiri dengan menggunakan pedang besar dan bergerigi miliknya yang mampu memberikan luka yang lumayan. Yang lain hanya sedikit membantu memberi jalan bagi serangan Rogard agar dapat masuk lebih dalam atau sedikit memperlebar luka yang telah ditinggalkan oleh Rogard.

Serangan terakhir dari Rogard telah mampu menghasilkan lubang di dada naga undead tersebut, hanya saja, lubang itu masih terlalu dangkal untuk membunuh naga undead sebesar itu yang bahkan ukurannya mencapai 2x ukuran maksimumku ketika aku berubah jadi naga besar.

Serangan petualang lainnya tidak mampu memperdalam luka yang telah diciptakan oleh Rogard. Seandainya ada 3 orang seperti Rogard, mungkin mereka masih bisa mengalahkan naga itu.

Mungkin Rogard sudah mencapai level 90 dengan kekuatan seperti itu. Str miliknya pun sudah mencapai angka sekitar 120. Sementara yang lainnya, paling kuat hanya 70 Str atau Int, sehingga tidak akan mampu melukai naga sebesar itu, apalagi undead tidak merasakan nyeri. Walaupun dadanya bolong, tenaganya tetap maksimal.

Dan sekarang, rentetan serangan para petualang sudah usai, mereka sudah kehabisan tenaga dan mana. Berikutnya, serangan balasan dari undead dragon itu kembali dimulai.

Langsung dimulai dengan Breath Attack lagi? Hmm... Para petualang itu sudah tidak memiliki tank yang mumpuni lagi. Mereka tidak akan selamat kali ini. Aku harus menghentikan serangan naga undead itu. Tak ada pilihan lain.

"Full-Scale Dragon Transformation... Mega Flame." Ucapku sambil menembakkan bola api besar ke arah naga undead itu sambil melompat terbang menuju kesana.

*Buuooooooozzzzhh*

*Blegaaaarrrrr*

Semua orang menoleh kepadaku. Tapi aku tak mempedulikan mereka dan terus terbang menuju naga besar yang hampir dipastikan merupakan miniboss lantai ini.

"GRRAARHH !!!" Naga busuk itu berteriak kepadaku.

"GRRRROOOAAAAAAAAARRRHH !!!"

Aku balas teriakannya dengan auman yang jauh lebih sangar. Dia pikir siapa dia? Lancang sekali naga busuk selemah itu berani berteriak kepadaku.

***BERSAMBUNG...***

______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

Btw, HP saya rusak karena dijatuhkan oleh anak saya. Terpaksa pakai HP istri. Jadinya cepat pegal jari saya karena mengetik dengan HP layar sekecil ini. Otomatis update menjadi semakin lama (alibi). Semoga besok atau lusa sudah bisa update chapter berikutnya.

Tidak ada nama penting dan tidak ada medical terminology.