Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 27 - Chapter 23

Chapter 27 - Chapter 23

Halo para Pembaca! Vote dan komentar ya, biar saya semangat update ceritanya. Terimakasih.

Selamat membaca!

_______________________________________

"Thunder Apocalypse Rain!"

*Syuuuzzzzzztt*

*Bzzzzt zzzzzzttt tzzzzzz bzzzzzttzzzzztt zzzzzzzbbzzzztt*

*Derr derr deer derrr derrr deeerr*

Syla mengumpulkan magic power sebanyak-banyaknya pada satu anak panah yang siap ditembakkan. Setelah konsenstrasi magic power pada anak panah itu telah mencapai maksimum, dia lepaskan skill area magic archer tingkat atas, Thunder Apocalypse Rain, ke atas area dimana para Immortal Ice Cyclops berada.

Setelah mencapai titik tertentu, tembakan panah itu seakan-akan pecah menjadi proyektil-proyektil yang sangat banyak jumlahnya. Semua proyektil itu masing-masing sudah diimbuhi dengan magic elemen angin yang sangat kuat. Pemandangan yang terlihat adalah badai petir yang sangat mengerikan.

Baru kali ini aku melihat kekuatan penuh Syla setelah mendapatkan tambahan efek blessing baru. Terakhir aku melihat skill yang sama adalah ketika melawan tentara undead yang menyerang Kota Dranz.

Setelah mendapatkan tambahan 53 Int dan Dex, kekuatan skill magic archer miliknya meningkat pesat. Bahkan saat ini, masing-masing sambaran petirnya sudah hampir sekuat skill tingkat atas Syla waktu itu.

Tidak heran, Syla berhasil instakill sekitar seperempat dari pasukan Immortal Ice Cyclops yang ada. Tiga perempat yang selamat adalah mereka yang berhasil menghindari kontak dengan sambaran petir. Karena jika sedikit saja bersentuhan dengan petirnya, tubuh akan hancur berkeping-keping dan hanya menyisakan puing-puing daging hangus.

"Multiple Comet Cannon."

*Whoooosss whooooooss whoooooss whoooosss whhooooosss*

*Jroosss jroooott crraaaasss jruuuss crreeeess*

Tembakan panah yang dilepaskan oleh Syla, memiliki kekuatan magic netral yang diimbuhkan agar setiap tembakannya memiliki power yang sangat tinggi. Kemungkinan besar, Multiple Comet Cannon merupakan skill unik yang dimiliki Syla.

Sepengetahuanku, Comet Cannon adalah skill tembakan panah tingkat menengah yang memiliki kemampuan menembus cukup tinggi. Namun, Syla mampu menembakkan skill ini sebanyak lima kali berturut-turut tanpa jeda, dan lagi, dengan kekuatan menembus dan menghancurkan yang jauh, jauh lebih dahsyat.

Syla menembakkan lima Comet Cannon menyebar agar dapat meng-cover seluruh area tempat Immortal Ice Cyclops berada. Setiap jasad monster yang berada pada radius 2 meter dari jalur anak panah yang ditembakkannya, seketika pecah mencipratkan cairan tubuh dengan droplet sekecil aerosol.

Dengan skill itu, ditambah skill area yang sebelumnya, sekitar hampir 40% pasukan Immortal Ice Cyclops sudah musnah. Mereka bahkan belum sampai pada jarak serang lemparan tombak es mereka.

"Syl, amaaan!?"

Aku berteriak ke Syla menanyakan kondisinya karena Syla sudah mengeluarkan energi magic yang lumayan besar untuk skill-skill tersebut. Dia melipatgandakan berkali-kali lipat energi magic pada setiap skill itu agar menjadi jauh lebih kuat. Tapi, efek sampingnya adalah Syla bisa kehabisan mana dengan cepat.

"Kamu pikir kapasitas manaku sekecil apa sih, Ar!?" Jawab Syla dari jauh sambil melemparkan senyuman mengejek kepadaku.

Syla melanjutkan serangan-serangan menggunakan Helvaran Bow sampai semua anak panah di punggungnya habis. Dan setelah itu, hanya sekitar 20% musuh yang tersisa.

Dengan santai, Syla meletakkan Helvaran Bow dan quiver-nya di lantai, mencabut Helvaran Dagger, lalu merubah sikap tempurnya dari Archer menjadi seperti Rogue.

"Eh? Syla nguasain skill Rogue?"

"Arka belum tau ya?" Balas Ren dengan pertanyaan.

"Dulu sih dia bilangnya bisa pake skill dasar dagger aja. Aku nggak tau kalau dia bisa bertarung seperti Rogue."

"Syla kereeeen!" Kata Ruby sambil menikmati pertunjukan aksi di depannya.

"Iya, Arka. Syla itu punya dua keahlian, katanya dia dilatih semenjak masih kecil di Kerajaan Acresta oleh tentara kepercayaan raja. Apalagi dengan status yang seperti sekarang, pasti dia sudah lebih hebat dari kebanyakan Rogue plat diamond."

"Wah, aku baru tau loh ini..."

Ternyata, bisa dikatakan bahwa Syla memiliki dua kelas yang bisa dipergunakan secara bergantian. Memang, beberapa Rogue juga cukup mahir dalam menggunakan busur dan panah. Tapi mereka hanya bisa mengakses skill dasar saja.

Berbeda dengan Syla, yang mampu mengakses seluruh skill Archer maupun Rogue. Bahkan, sekarang dia sedang memasang trap tingkat atas.

Kalau tidak salah, nama skill itu adalah Razorblade String. Dengan mengalirkan magic, Syla mematerialkan trap yang jika terpicu akan mengeluarkan benang-benang halus yang sangat tajam dan kuat, memotong korbannya hingga tak berbentuk lagi.

Setelah selesai dengan trap tersebut, Syla melompat mundur, menunggu Immortal Ice Cyclops menghampirinya sambil menghindari lemparan-lemparan tombak es dari jarak sekitar 20-30 meter.

Sebelum pasukan Immortal Ice Cyclops itu bisa menjangkau Syla, sebagian terkena trap yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

*Creesss creeesss creess creeeesss*

Beberapa monster yang menginjak trap Syla, seketika tercincang-cincang seperti potongan daging rendang. Tinggal sebelas monster es raksasa yang tersisa. Sekilas kulihat senyuman kejam tersungging di bibir Syla. Baru kali ini kulihat ekspresi Syla yang seperti itu. Terlihat agak... Sexy.

"Scissor Illusion!"

*Shaaassshh*

Instakill 3 monster yang berada di jalur 'X' dari dua bayangan Syla. Kekuatan dan keterampilan Syla melebihi ekspektasiku. Aku tak menduga kalau Syla semahir ini dalam bermain dagger.

"Myriad Incision."

Skill tingkat atas berikutnya dari kelas Rogue! Syla tidak berhenti mengejutkanku. Dan kali ini, wujud Syla menghilang dari pandangan. Menghilang? Tunggu.

Oh! Pergerakan Syla menjadi luar biasa cepat sampai tidak terlihat oleh mata orang biasa! Bahkan, aku harus memfokuskan pandanganku baru bisa melihat pergerakan Syla.

*Srass sraass sraaass sraaass srass sraas sraaasss*

Syla menyayat seluruh tubuh Immortal Ice Cyclops yang berada di dekatnya. Setelah sekitar 3 detik berlangsung proses penyayatan yang sangat cepat itu...

*Crooooossssshhhh*

Cairan seperti darah, berwarna hijau kebiruan, menyembur keluar dari sekujur tubuh lima ekor monster yang berada di sekitar Syla berdiri sekarang. Membuatnya terlihat seperti bunga mawar yang telah diberi warna hijau kebiruan.

Tersisa tiga ekor Immortal Ice Cyclops yang agak jauh dari Syla. Ada 2 di kanan, dan 1 di kirinya. Syla kembali tersenyum simpul kejam seperti yang barusan. Dan, hal yang tak pernah kuduga, terjadi...

"Sylph Tornado. Phoenix Flame."

*Fyuuuuzzzzzhhhh* *Jedaaaarrr*

*Buwooooossssshhh* *Blaaaaarrrr*

Sylph Tornado menghancurkan 1 monster raksasa di kirinya, Phoenix Flame membakar hangus 2 yang di sebelah kanan. Syla mengeluarkan kedua magic itu hanya dengan tangan kosong. Tanpa rod, tanpa wand, tanpa apapun.

"WOY SYLA APA ITUUUU !?!?"

Aku benar-benar terkejut. Syla sudah master kelas Archer, ok lah. Master Rogue juga, itu luar biasa. Tapi ini... Syla juga master kelas Mage! Gilaaa!!!

"Wooow! Syla hebaaaat! Kereeeeen!" Teriak Ruby dengan mata berbinar-binar.

"Ka-kalau itu... Aku juga baru lihat..." Ren menjelaskan sebelum aku bertanya kepadanya.

Bahkan Ren pun terkejut melihat ini. Aku tahu, Syla bisa mengeluarkan skill magic elemen natural tingkat dasar. Tapi itu masih wajar karena dia harus menguasai magic dasar sebelum menjadi Magic Archer.

Selesai menaklukkan seratus Immortal Ice Cyclops, Syla menghadap ke arah kami, sambil memasang pose berkacak pinggang dan melengkungkan posturnya. Dengan ekspresi yang angkuh. Sepertinya tadi dia sengaja ingin membuatku terkejut, sialan. Dia berhasil membuatku terkejut.

"Ka-kalian ini sebenarnya siapa? Kalian ini apa?" Rogard, dengan wajah seolah-olah tidak mempercayai apa yang dilihatnya barusan.

"Paman... Sebenarnya aku juga nggak tau jawabannya." Jawabku, masih tercengang melihat kemampuan Syla.

Syla menyarungkan Helvaran Dagger, lalu mengambil Helvaran Bow dan quiver-nya, kemudian berjalan ke arah kami, kembali menaiki Chimera.

"Syl, ini anak panah lagi." Ucap Ren sambil memberikan dua puluh anak panah dari gerobaknya.

"Makasih, Ren." Balas Syla dengan senyuman.

Kami melanjutkan perjalanan mencari ruangan dimana miniboss dan portal teleportasi berada. Selama perjalanan, Syla menembaki monster-monster yang terlihat dengan mudah. Sehingga setelah beberapa lama kemudian, kami sampai di ruangan miniboss tanpa hambatan.

"Biar aku sendiri aja. Kalo Arka ikut malah lama lagi kayak di lantai sebelumnya."

"Iya iya... Tadi kan aku eksperimen... Liat nih kita dapet kendaraan, nggak perlu jalan kaki lagi kan jadinya..."

"Hihihi..." Ren tertawa sendiri.

"Tunggu bentar yaaa!" Ucap Syla sambil melompat turun dari punggung Franken Chimera.

Tanpa menunggu lagi, Syla langsung masuk ke dalam aula miniboss, menutup pintunya dari dalam. Sekitar 20 menit kemudian, Syla sudah keluar. Cepat sekali... Ah, tidak seru. Membosankan.

"Yuk, masuk portal." Syla mengajak kami masuk.

"Cepet amat! Emang bossnya apa?"

"Oh, isi di dalamnya itu Grim Reaper, kalo nggak salah."

"Grim Reaper!? Kau bilang Grim Reaper!?" Teriak Rogard dengan wajah pucat.

"Tadi aku sempat menggunakan Identification. Monster di dalamnya memang benar bernama Grim Reaper. Monster kelas B, lebih kuat dari Helvaran dan Vampire Lord. Sedikit saja sentuhan dari senjatanya akan membawa kematian instan bagi makhluk hidup apapun." Ren menjelaskan.

"Bagaimana kau-- maafkan ketidaksopananku. Bagaimana Nona Syla bisa mengalahkannya begitu cepat??"

"Iya. Jadi, Grim Reaper itu aku bekuin, terus aku ledakin, aku bekuin lagi, ledakin, bekuin, ledakin, gitu terus sampe seluruh tubuhnya hancur jadi serpihan-serpihan es. Dia jadi nggak sempat apa-apa kalo dibekuin dan diledakin terus-terusan dengan cepat dari jarak jauh, karena dia nggak punya serangan jarak jauh."

"Hahaha... Berarti sekarang Syla udah bisa ngalahin Helvaran sendirian dong?"

"Emm... Mungkin? Makasih ya Arka hehe..."

"Halah... Santuy..."

Sampai di portal teleportasi, kami langsung melanjutkan ke lantai berikutnya.

***

Mereka bukan manusia! Mana ada manusia yang mampu melakukan itu semua. Bukan hanya pemimpinnya, tapi anggota party Dark Edge semuanya tidak wajar.

Aku memang sudah mendengar tentang ketidakwajaran ini dari Erazor. Tapi setelah melihatnya dengan mataku sendiri, bahkan sangat sulit untuk mempercayai apa yang kulihat. Mereka hanya bermain-main dengan monster kelas C dan B.

Seratus monster kelas C dilawan sendirian saja? Gila! Monster kelas B, hanya butuh waktu 20 menit untuk mengalahkannya? Tidak waras! Mungkin, hanya Nona Ren saja yang paling normal di antara mereka.

Kami melanjutkan penjelajahan ke lantai berikutnya. Kali ini, lorong panjang dengan dinding, lantai, dan langit-langit yang terbuat dari batu. Seperti di dalam ruang bawah tanah sebuah bangunan besar seperti kastil.

Gelap. Lagi-lagi kami harus mengandalkan pencahayaan dari obor. Ah, menyebalkan.

"Arka, Ruby mau coba sendirian yaa!"

"Bentar. Darkness Sense. Hmmm..."

Bocah itu seperti sedang mengeluarkan skill, tapi aku tak dapat melihat apapun. Aku tidak tahu skill apa yang dikeluarkannya. Tapi dia terlihat seperti sedang fokus.

"Ruby, di sekitar sini musuhnya Vampire. Mereka bisa bergerak dengan cepat banget. Hati-hati sama cakarnya dan gigitannya ya... Oh, iya, mereka suka bersembunyi dalam gelap, jadi Ruby harus waspada sama serangan dadakan yaa..." Jelas Arka yang sepertinya sudah mengeluarkan skill untuk melacak musuh di sekitar kami.

"Okaaay!" Gadis naga itu menjawab dengan ceria dan bersemangat.

Tunggu, dia bilang Vampire? Vampire adalah monster kelas C yang sangat merepotkan. Dia memiliki kecepatan tinggi, kekuatan besar, survivabilitas luar biasa, dan kamuflase dalam kegelapan yang sangat efektif.

Apakah naga itu mampu melawan semua Vampire yang berjaga itu? Tapi yang lebih penting lagi, aku harus menjaga diriku sendiri! Aku tidak boleh terlalu mempercayakan keselamatan diriku kepada Dark Edge sepenuhnya.

Aku berdiri di atas punggung Franken Chimera. Greatsword yang menggantung di punggungku, Demon Crusher, kucabut dan kupegang dengan kedua tangan. Aku akan selalu waspada mulai sekarang. Vampire bisa menyerangku dari berbagai arah.

"Dragon Transformation!"

Gadis naga itu langsung berubah menjadi wujud naga kecil. Hanya seukuran pria dewasa yang sedang merangkak, dengan sayap lebar yang cukup mengintimidasi. Mungkin dia memilih hanya berubah menjadi wujud naga kecil karena faktor keterbatasan ruang. Lorong di lantai ini jauh lebih sempit daripada di lantai yang sebelum-sebelumnya.

"Ruby duluan yaaa!" Sambil berlari mendahului kami yang masih menunggangi Chimera, gadis naga itu.

Beberapa detik kemudian...

*Booom boom boom boooom booom boom boomm boooom*

Terdengar suara ledakan-ledakan mengikuti bola-bola api yang terbang kesana kemari di depan kami. Arka terlihat sedikit tersenyum, begitu pula dua gadis ini. Mereka ini... Kumpulan orang-orang yang menyeramkan.

"A-Arka... Kalau boleh tahu, Naga Api itu masuk dalam kategori monster kelas apa ya?" Aku bertanya pada Arka yang sedang tersenyum melihat pemandangan mengerikan di depan.

"Hmm... Kalo dari kekuatannya sih, kayaknya udah di kelas B menengah keatas." Jawab Arka sedikit ragu-ragu.

"Ruby udah hampir sekuat Superior Dragon, Arka... Semenjak Arka nerima Lunar Eclipse jadi pengikut." Ren memberikan update informasi.

"Gila!" Reflex lidahku berbicara.

Naga kecil itu, mendekati kekuatan

"Oooh... Iya, ya? Hehehe aku nggak tau..." Jawab Arka santai.

"Dasar, Arka. Taunya 'itu' aja siiihh!" Syla ikut masuk ke dalam obrolan.

"He? 'Itu' tuh apa ya?"

"Au ah! Arka jahat!"

"Kok tiba-tiba jadi aku yang jahat!?"

Ah... Mereka bisa bercanda-canda dengan enteng di tempat seperti ini. Padahal tempat ini dipenuhi oleh Vampire. Bahkan aku saja kuwalahan jika harus bertarung dengan Vampire satu lawan satu. Bahkan mungkin aku bisa kalah jika pertarungan berlangsung lama, karena stamina Vampire tidak ada habisnya.

Wujud Vampire mirip seperti kelelawar, hanya saja mereka memiliki tubuh seperti manusia. Wajahnya menyerupai kelelawar, sayap kelelawar di punggungnya, tubuh yang berotot, cakar yang panjang, tajam, dan keras seperti pisau-pisau yang ramping.

Walaupun ukuran tubuhnya hanya sebesar pria dewasa, Vampire termasuk golongan monster kelas C. Kekuatannya dan kecepatannya membuat mereka menjadi sangat mematikan. Belum lagi kemampuan regenerasi yang sangat tinggi jika mereka meminum darah dari makhluk hidup.

Seumur hidupku menjadi petualang, aku hanya pernah bertarung sekali saja dengan seekor Vampire. Itupun membutuhkan kerjasama seluruh anggota party berisikan 3 orang plat diamond hanya untuk menaklukkan seekor Vampire.

"Kiiiiiiikk!!"

Di saat aku sedang tenggelam dalam pikiranku sendiri, seekor Vampire menyerang kami dari arah langit-langit! Kemungkinan itu adalah Vampire yang terlewatkan oleh Naga Api di depan kami.

Gawat! Aku belum siap! Kenapa dia menyerang di saat aku sedang lengah!? Aku berusaha mengayunkan pedangku untuk menepis serangan Vampire itu yang tertuju ke arahku. Brengsek! Dia tahu siapa yang paling lemah di antara kami dan langsung menyerangku!

Sial! Sial aku terlambat!

*Shrraaassshh*

1 meter lagi Vampire itu sudah bisa mencakar leherku hingga putus. Namun tiba-tiba kepalanya terpenggal dan tubuhnya jatuh menggelepar di lantai batu di dekat kaki Chimera.

Setelah kulihat, Arka baru saja memasukkan pedangnya ke dalam sarung pedang. Dan dia masih sambil mengobrol dengan santai bersama Syla dan Ren. Seekor Vampire dibunuh begitu saja dengan separuh hati dan tidak niat.

Mungkin hanya aku saja yang dari tadi terlalu mengkhawatirkan serangan dadakan yang bisa dilakukan Vampire. Atau memang mereka yang kekuatannya benar-benar kurangajar? Ah, aku stress jika memikirkan itu. Aku duduk saja menikmati penjelajahan di kursi VIP ini.

"Maaf, semuanya. Aku ingin menyela sedikit."

"Ada apa, Paman Rogard?" Jawab Arka.

"Kalau boleh, aku hanya ingin tahu... Apakah Nona Ren juga sekuat yang lainnya? Karena aku sama sekali belum pernah melihat Nona Ren bertarung. Aku tahu Nona Ren adalah Merchant, bukan kelas petarung. Tapi, aku penasaran saja. Maaf kalau aku lancang."

"Aah... Paman Rogard bisa aja... Aku hanya gadis lemah, jangan bandingkan aku dengan monster-monster ini..." Jawab Ren sambil melirik Arka dan Syla.

"Reeeen! Aku bukan monsteeeerrr!"

"Hihihi... Bercanda, Sylaaa..."

"Aku juga bukan!" Arka terlihat tidak terima.

""Kamu monster."" Balas Ren dan Syla kompak.

"Tapi, Ren sebenarnya kuat loh, Paman. Coba, Ren... Pukul Chimera ini sekuat tenagamu."

"Eehhh... Nggak usahlaaah..."

"Nggak apa-apa... Nanti kuperbaiki lagi kalo Chimera-nya rusak." Kata Arka seolah-olah Franken Chimera ini hanyalah mainan anak-anak.

"Ya udah, coba ya... Hiiiyah!"

*Jedaarrr!*

Seketika punggung Franken Chimera yang dipukul oleh Ren menjadi cekung, dan terlihat dari luar kalau bagian dalamnya juga remuk.

"Ap-apa!? Lu-luar biasa..." Aku tak tahu harus berkata apa lagi...

"Hehe... Masih jauh lebih kuat Syla dan Ruby kok, apalagi Arka si monster."

"Udah kubilang, aku bukan monsteeeer!"

""Kamu monster."" Dua gadis ini sepertinya sudah sepakat tentang hal ini.

"Ah, bodo ah!"

Tiba-tiba, tubuh Chimera yang rusak akibat terkena pukulan Ren tadi kembali seperti semula, dan melanjutkan langkahnya. Apa yang dilakukan Arka kepada Franken Chimera ini ???

Naga Api kecil itu sudah tak terlihat lagi di dalam pandanganku. Tapi aku masih bisa mendengar suara ledakan dari tembakan bola apinya nonstop di kejauhan. Sepertinya Arka juga menyadari hal yang sama. Dia mempercepat langkah Chimera.

Kami bergerak terus mengikuti arah suara ledakan yang tak terlihat wujudnya. Setelah sekian lama berjalan, akhirnya naga kecil itu terlihat sedang berdiri di depan pintu double besar dengan ukiran yang khas seperti pada pintu miniboss yang sebelum-sebelumnya.

"Lamaaa! Ruby udah nunggu dari tadiii!"

"Maaf ya, Ruby... Soalnya Chimera ini nggak bisa bergerak secepat Ruby..."

"Ya udah deh, ayo masuk!" Kata Naga Api kecil itu dengan ceria.

Pintu double besar itu kami buka. Dan terlihat di dalamnya adalah aula besar, sangat besar, lebih besar dari aula miniboss sebelumnya.

"Bentar dulu." Tiba-tiba Arka menyuruh kami berhenti.

Dia diam sejenak, seperti sedang berkonsentrasi. Setelah beberapa detik, dia kembali berbicara.

"Di sini isinya Vampire Lord. Jumlahnya ada sepuluh. Kayaknya kalo Ruby cuman sendirian, bakal kesulitan. Jadi Syla harus nemenin Ruby." Perintah Arka kepada rekannya.

"Waaaah! Yang kayak waktu itu ya monsternyaaa?" Ruby terdengar bersemangat, tak ada sedikitpun rasa takut yang tersirat di suaranya.

"Va-Vampire Lord!? Dan lagi, ada sepuluh ekor!?!?"

Mendengar namanya saja sudah membuatku gemetar dalam ketakutan. Dan ini, ada sepuluh ekor pula!

"Tenang aja, Paman... Mereka berdua lebih kuat daripada Vampire Lord. Gimana, Ruby dan Syla? Apa perlu kubantuin?"

"Nggak usah, Ar. Kami berdua aja. Biar kami latihan kerjasama berdua. Kalo ada Arka jadi nggak seru lagi."

"Iyaaa! Biar Ruby sama Syla ajaaa! Full-Scale Dragon Transformation! GRRRROOOOOAAAAARRRRHH !!!"

"Ok, ok... Sana bersenang-senang kalian. Nanti kalo kuliat kalian kesusahan, aku bantuin ya."

"GRRAAARR..."

"Aku naik yaa... Hup! Ayo, Ruby!"

"Lu-luar biasa..." Kata-kata itu terucapkan tanpa kusadari.

Aku selalu takjub setiap kali melihat Naga Api ini muncul. Begitu agung, begitu megah wujudnya. Dan kekuatannya, tidak perlu dipertanyakan lagi soal kekuatan monster kelas B barisan tertinggi.

Naga Api bersama penunggangnya, Syla, terbang melesat menuju kedalaman aula ini. Sepuluh ekor Vampire Lord secara bersamaan terbang menyerang mereka.

*Booom booomm boom boomm booom*

Ledakan bola-bola api kembali beterbangan, seperti kembang api di tengah kegelapan malam. Kilatan cahaya yang dihasilkannya memperlihatkan wujud Vampire Lord, berkedip seiring hilang dan munculnya ledakan bola api yang jauh lebih besar daripada sebelumnya.

Kelelawar yang dilepaskan oleh Vampire Lord berterbangan mengisi aula yang besar ini. Kelelawar itu bisa memberikan damage besar sekaligus menghisap darah mangsanya. Beberapa bahkan sampai ke tempat kami berada. Dan semuanya dibunuh oleh Arka.

Dari kejauhan, terlihat sosok seekor Naga Api yang terbang dengan lincah menghindari kejaran dan serangan sepuluh ekor Vampire Lord. Ruby membalas dengan menembakkan bola-bola api raksasa, sesekali menyerang dengan cakar dan kibasan ekornya. Namun sampai saat ini belum ada satupun serangan Ruby yang mengenai targetnya dengan telak.

Memang sulit untuk bertarung dengan Vampire Lord yang sangat gesit itu apalagi di ruangan yang gelap seperti ini. Dan lagi, Ruby harus melindungi Syla sekaligus melindungi dirinya sendiri.

Serangan yang lebih efektif justru datang dari Syla. Tembakan panah sang 'Dragoon', Syla, beberapa kali mengenai para Vampire Lord yang mengejar mereka. Tembakan dari berbagai elemen melesat cepat ke tubuh beberapa Vampire Lord, hingga akhirnya salah satu dari sepuluh itu hancur menjadi debu hitam, hanya menyisakan magic crystal dan Immortal Core.

Beberapa menit berselang, Vampire Lord kedua dan ketiga pun tumbang. Tersisa tujuh ekor. Manuver terbang Ruby terlihat lebih santai karena yang menyerang juga sudah berkurang.

Namun, Syla berhenti menembakkan panah. Sepertinya anak panah yang dibawanya sudah habis. Kemudian dia meletakkan busur panah miliknya kembali ke punggungnya. Kali ini dia menggunakam dagger miliknya. Dagger yang seluruh bagiannya berwarna putih tulang.

Ada yang aneh. Dia tidak menggunakan dagger itu untuk menyayat musuhnya. Tapi dia malah menggunakan dagger itu sebagai perantara energi magic dari tubuhnya untuk ditembakkan ke Vampire Lord. Jadi Helvaran Dagger juga memiliki afinitas tinggi terhadap magic, ya? Seperti halnya logam mithril...

Syla itu, mengerikan juga... Dia bisa mengeluarkan Phoenix Flame dan Dragon Thunder secara bertubi-tubi tanpa terlihat kelelahan! Dan... Tanpa disadari, hanya tinggal 4 ekor Vampire Lord yang tersisa!

Pemandangan ini benar-benar terlihat seperti seorang Dragoon yang menunggangi Naga Api sedang bertarung dengan monster-monster kelelawar raksasa.

Vampire Lord secara sekilas tidak jauh berbeda dengan Vampire biasa. Namun lebih besar dengan tinggi sekitar 5-6 meter dan seluruh tubuhnya tertutup oleh exoskeleton yang terbuat dari tulang-belulang, membuat defense yang dimilikinya menjadi jauh lebih tinggi.

*Bwwooooooosssssshhhh*

Ruby! Dia menyemburkan api yang sangat besar dan kontinyu dari mulutnya sambil terbang di tempat! Bukan seperti bola api yang biasa ditembakkannya. Kali ini apinya panjang, padat energi, dan keluar secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Membakar hangus dua dari empat Vampire Lord yang tersisa hingga menjadi debu.

Kini tersisa dua ekor Vampire Lord. Dengan Fire Breath berikutnya, pasti dua monster yang tersisa akan hancur. Tapi...

Syla malah melompat dari punggung Ruby ke arah salah satu dari dua Vampire Lord yang tersisa! Dan... Tubuhnya berbayang, lalu lenyap dari pandangan mataku. Kemana dia? Aku tak bisa menemukannya! Yang dapat kulihat hanyalah Vampire Lord yang sedang tercabik-cabik, tak berdaya melawan.

Bahkan Vampire Lord yang memiliki kecepatan sangat tinggi itu tak dapat mengikuti pergerakan Syla!

Beberapa saat kemudian, aku melihat bayangan berupa garis-garis kemerahan mengelilingi sekujur tubuh Vampire Lord tadi... Apakah itu... Flame Saber? Skill Mage? Barusan itu, apakah itu kombinasi skill dari 2 kelas yang berbeda?

Setahuku, skill pertama yang membuat tubuhnya menjadi sulit untuk terlihat akibat kecepatan yang sangat tinggi, itu adalah skill Rogue, Myriad Incision. Lalu, siluet garis-garis kemerahan itu, sepertinya itu skill Mage, Flame Saber.

Dia mampu menggabungkan dan melakukan kombinasi skill dari 2 kelas yang berbeda, artinya dia memiliki konsentrasi yang luar biasa tinggi. Aku tidak boleh membuat Dark Edge menjadi musuhku, apapun alasannya.

Seluruh benua ini tidak boleh membuat Dark Edge menjadi musuh mereka. Atau hanya kehancuran yang akan menimpa mereka. Mereka ini...

Pedang bermata dua.

***

"Rubyyy! Sylaaa! Kalian kereeeen!"

Aku berteriak kepada dua orang gadisku yang sedang bertempur dengan keren di depan sana. Mereka sudah berkembang dengan pesat hanya dalam waktu yang singkat.

Memang, mereka mendapatkan efek Dark Alliance. Tapi, status tinggi jika tidak didukung oleh insting dan intuisi bertarung yang tinggi, hanya akan menjadi sebuah angka tanpa makna.

Sembari aku berpikir, Syla sudah selesai mencincang-cincang seekor Vampire Lord, dan Cimot sedang menggigit kepala Vampire Lord terakhir. Kelihatannya dia sedang berusaha memutuskan kepala monster itu. Sadis juga naga kesayanganku ini...

Berbicara tentang status, aku jadi ingin melihat statusku dan Cimot. Setelah mengalahkan semua monster di Undead Tower ini, sudah berapa banyak ya perubahannya?

"Perlihatkan status."

******

Nama : Arkanava Kardia

Ras : Manusia

Kelas : Darkness Doctor (Hero)

Level : 99 (Silver)

Str : 109 +153

Int : 999 (Max) +25 +153

Dex : 92 +153

Agi : 98 +153

Vit : 102 +20 +153

Blessings

1. Nyx's Blessing : Memiliki potensi dark magic yang sangat tinggi.

2. Multiverse Language : Dapat memahami dan berbicara dengan menggunakan semua bahasa yang ada di seluruh alam semesta.

3. Dark Heart : Kemampuan memanipulasi energi dark magic di dalam tubuh untuk menjadi apapun yang diinginkan.

4. Dark Alliance : Semua anggota party termasuk pemilik blessing ini, mendapatkan tambahan seluruh status sebanyak 10% dari total magic power pemilik blessing.

5. Dark Vassal : Semua pengikut, bawahan, dan pasukan, mendapatkan tambahan pada seluruh status sebanyak 5% dari total magic power pemilik blessing. Dark Alliance mendapatkan tambahan 5% lagi.

Skills

1. Darkness Grip : Manipulasi dark magic untuk mencengkram target dari jarak hingga 10 meter.

2. Darkness Creation : Manipulasi dark magic untuk menciptakan sebuah benda.

3. Darkness Sense : Manipulasi dark magic untuk meneruskan panca indera pemiliknya.

4. Darkness Enhancement : Manipulasi dark magic menyelubungi seluruh tubuh dengan lapisan energi dark magic untuk meningkatkan Str, Agi, Dex, dan Vit secara sangat drastis sesuai dengan kekuatan dark magic yang dimiliki.

5. Darkness Reins : Manipulasi dark magic untuk mengendalikan, mengintervensi, dan menguasai seluruh bagian fisik dari makhluk hidup atau sisa makhluk hidup targetnya.

6. Defective Natural Element Magic : Kemampuan natural magic yang rusak dan tak dapat dikembangkan.

7. Basic Swordplay - Katana

8. Advanced Medicine.

Pet

Nama : Ruby Cimot

Ras : Naga Api

Level : 91

Str : 96 +153

Int : 105 +5 +153

Dex : 78 +153

Agi : 89 +153

Vit : 101 +153

Skills :

1. Fire Breath : Menembakkan bola api dari mulut.

2. Mega Flame : Menyemburkan api besar yang padat energi secara terus-menerus dari mulut.

3. Human Transformation : Mengubah wujud menjadi menyerupai manusia.

4. Dragon Transformation : Mengubah wujud menjadi naga berukuran kecil.

5. Full-Scale Dragon Transformation : Mengubah wujud menjadi naga berukuran besar.

6. Dark Alliance (Pet).

******

"Wah..."

Ternyata naiknya banyak juga ya. Ruby langsung jadi level 91, aku malah sudah level 99. Sedikit lagi aku mencapai batas level maksimum manusia biasa. Kalau seperti ini, pasti level Ren dan Syla juga sudah di atas 90, karena sepertinya EXP di sebuah party ini dibagi sama rata karena kami selalu bersama.

Ruby juga mendapatkan skill baru, Mega Flame. Itu skill semburan api panjang yang barusan dilakukannya untuk membunuh Vampire Lord.

"Arkaaaa!" Ruby berteriak sambil terbang ke arahku.

"Oi oi oi! Awas nabrak!"

"Human Transformation!"

Ruby, sampai di depanku, dia langsung berubah ke wujud manusia dan menabrakku. Aku langsung reflex menangkapnya dan memeluknya.

*Boink*

Ah... Sensasi ini... Sensasi yang menabrak dadaku dengan kenyal dan lembut ini... Tidak salah lagi! Ini payudara Ruby! Ahhh... Aku jadi teringat waktu itu di kamar mandi...

"Heeheeheee..." Setetes liur mengalir di daguku.

"Arka mesum..." Ucap Ruby dengan berbisik di telingaku, membuat seluruh bulu kudukku merinding.

"Eh... He... Hehee..."

"Udaaaah jangan kelamaan aku juga mauuu!" Syla yang baru melompat ke atas Chimera, langsung protes dan tidak mau kalah.

"Yaa sini sini..." Kubuka lengan kiriku untuk dipeluk Syla.

*BOINK!*

"Ahhh... Haha... Hahahaa..."

Kali ini, yang kurasakan jauh lebih kenyal, lunak, dan sedikit memantul. Payudara Syla memang yang paling besar di antara mereka bertiga.

"Punyaku lebih besar dong..." Kata Syla berbisik di telingaku yang satu lagi.

*Tuiiing*

"Eh... A-aduh... Udah udah ayo kita lanjut lagi!"

Aku panik, Hercules Junior bangkit dengan begitu cepat menanggapi impuls rangsangan erotis yang kuterima barusan. Tidak boleh dilanjutkan, aku bisa hilang kendali jika diteruskan.

"Ffu~ fffu~" Ruby mengendus-endus badanku.

"Ke-kenapa, Ruby?"

"Bau Arka berubah jadi aneh. Kayak bau pas di kamar mandi waktu itu."

"E-ehh! Ayooo semuanyaaaa kita ke pintu yang ada di sanaaa!"

Aku tambah panik, naga kecil ini bisa mengendus aroma manusia yang horny??? Aku langsung mempercepat pergerakan Chimera menuju pintu double besar yang berada di ujung lain dari aula ini, lalu membukanya.

"Waa waaa! Pelan-pelan, Arka!"

"Aduduh, aku hampir jatuh tauuuk!"

"Hehee maap maap..."

Selamat~

Setelah pintu kubuka, apa yang terlihat di hadapan kami adalah sebuah aula yang jauuuh lebih besar. Mungkin ini sebesar 6 kali ukuran stadion sepak bola.

Hanya ada jalan setapak yang panjang sampai ke pintu di ujungnya. Di kanan dan kiri jalan setapak itu, adalah kolam air yang sangat luas. Seperti danau buatan di dalam sebuah bangunan yang luar biasa besar.

"Bentar dulu ya..."

Aku keluarkan Darkness Sense untuk memeriksa sekitar, siapa tahu ada monster yang tak terlihat oleh mata telanjang. Dan... Tidak ada. Mungkin di dalam air? Coba kuperiksa...

Wah! Ada 10 ekor Tiamat! Ada 5 di kanan dan 5 di kiri. Mereka bersembunyi di dalam air. Mereka pasti akan keluar dan menyerang dari kedua sisi ketika ada yang berjalan melewati jalan setapak di depan.

Tiamat, menurut informasi yang pernah kudapat dari game, anime, dan light novel fantasy yang pernah kubaca dulu, merupakan monster golongan naga yang memiliki 5 kepala dan 1 badan dengan masing-masing kepala memiliki kemampuan menembakkan Breath Attack dari elemen yang berbeda-beda.

Wah... Ini seru. Ukurannya juga luar biasa besar! Masing-masing memiliki panjang hampir 100 meter.

"Eh, Ren, kalau Tiamat itu sekuat apa ya?"

"Tiamat itu termasuk salah satu monster terkuat di kelas B, hanya kalah dari Superior Dragon. Di sini ada Tiamat ya, Arka?"

"Iya. Ada 10, Ren. Kalian semua berlindung aja ya. Ini biar aku sendiri aja."

"Ok."

"Baiklah."

"Okaaay!"

"..." Rogard hanya terdiam.

Rogard tampak syok mendengar kata Tiamat. Wajahnya pucat pasi. Keringat dingin bercucuran di keningnya.

"Paman Rogard kenapa? Tenang aja, nanti kalo aku nggak kuat, kita kabur aja."

"..." Rogard tidak merespon kata-kataku.

"Syl, Ren, Ruby, jangan ganggu ya... Aku mau ngetes kekuatanku."

"""Siap bos!""" Mereka bertiga menjawab bersamaan.

Aku berjalan menuju jalan setapak di tengah dua buah danau buatan ini. Sesampainya agak jauh ke tengah, seperti yang sudah kuduga sebelumnya...

*BYAAAARRR BYAAARRR BYAARR BYARR BYAAAARRR BYAAARRR*

Deburan air di kanan dan kiriku yang diiringi suara keras merupakan efek dari keluarnya para Tiamat yang bersembunyi di dalam air dari tadi, menunggu mangsanya berada jauh dari pintu masuk. Mangsa yang sudah terlanjur berada jauh dari pintu masuk, tidak akan memiliki jalan keluar dari sergapan 10 ekor Tiamat.

"GGGGRRRRRRRRRRAAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRHHH !!!"

Semua kepala meraung, mengaum keras secara bersamaan, memekakkan telinga mangsanya. Untung telingaku agak kuat, mungkin karena efek Vit yang sangat tinggi.

Kulihat ke belakang, tiga orang gadis cantik sedang menutup telinga mereka. Sedangkan Rogard sudah terkapar di lantai tak sadarkan diri. Raungan 10 ekor Tiamat sekaligus barusan telah menghantam jiwanya sehingga dia tidak kuat dan pingsan.

10 ekor Tiamat, masing-masing memiliki 5 kepala. Masing-masing kepala memiliki raungan sendiri. Berarti, ada 50 kepala naga yang mengaum di waktu yang sama. Dan auman itu adalah Dragon Roar.

Dragon Roar akan memberikan efek stun sesaat bagi musuhnya, sekaligus memberikan efek terror yang membuat musuhnya ketakutan. Efek terror tersebut dikalikan 50. Tidak heran jika Rogard pun akan pingsan.

"Halooo! Namaku Ark-- Huuppp!!!"

*Fuuuuzzzzhh*

*Bwoooosssshh*

*Bzzzzzzzzttt*

*Buuussshhhh*

*Ziiiiiiiinnnggg*

*BLEGAAAAAAARRRRRRRRRRR!!!*

Poison Breath, Fire Breath, Thunder Breath, Ice Breath, Photon Breath, semua ditembakkan ke lokasi dimana aku berdiri dan berusaha mengajak bicara para naga ini sebelumnya. Ternyata mereka bukan naga yang bisa diajak berbicara. Aku melompat menghindar.

Baiklah, tidak ada gunanya berusaha mengajak berbicara lagi. Setelah melompat, dan aku masih di udara, kuaktifkan Berserk Lucifer Mode. Lalu kuperpanjang lagi Kuroshi menjadi 10 meter. Semua status sudah di atas seribu. Pedang dengan kekuatan dark magic sudah siap di tanganku.

"MAMPUS KALIAN SEMUAAA !!!"

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca! Please vote! Thanks.

Chapter berikutnya, last fight di Undead Tower. Saya kelelahan karena beberapa chapter belakangan ini terlalu banyak menulis adegan action. Sepertinya sudah waktunya memasuki area tenang dengan konflik-konflik ringan saja.

Curhaaat...

Kalau boleh curhat, sebenarnya cerita yang saya tulis ini sama sekali tidak ada perencanaannya sebelum dikerjakan. Tidak ada plotting, tidak ada rencana pembangunan karakter, tidak ada tujuan, dan tidak ada rencana bagaimana mau mengakhirinya. Benar-benar novel iseng yang saya buat untuk memuaskan hasrat dan imajinasi saya tentang kehidupan isekai. Jadi saya menulis ini hanya berdasarkan imajinasi saya saja, terserah khayalan saya mau dibawa kemana cerita ini. Dan saya menjadi senang setelah mengetahui ternyata ada juga orang yang mengikuti cerita saya dari awal sampai akhir. Bahkan mereka tidak pernah absen dalam memberikan vote. Untuk orang-orang itu, saya ucapkan TERIMAKASIH YANG SEDALAM-DALAMNYA.