Halo pembaca! Gas lagi.
Silahkan berbuat kebaikan dengan klik vote di bawah, terimakasih.
Mohon kritik, saran, dan komentarnya agar saya bisa membuat cerita yang lebih baik.
Selamat membaca!
_______________________________________
"Shield Rush!"
*DODODOOONNGGGG*
"Fiana, bisa bangun?"
"Fiana!" Grista langsung panik melihat kondisi Fiana.
"Ughh... Nggak bisa. Kakiku... Arrgh! Sakit!"
"Garen, tolong tahan dulu mereka! Kasih Grista waktu buat ngobatin kaki Fiana!" Teriak Grista kepada Garen.
"Beres!"
Lukas langsung melepaskan perangkap yang tadi masih menggigit tungkai kanan Fiana. Grista yang sudah menyiapkan obat untuk mempercepat penyembuhan luka di kaki Fiana, segera menumpahkan suatu Potion pada lukanya.
"Khahh! Perih juga obatmu ya, Gris! Hahaha!"
"Tahan dulu ya, Fi..."
"Ok, lanjut aja."
Grista kemudian membersihkan luka di tungkai Fiana dengan kain. Pendarahannya berhenti setelah disiram Potion tadi. Setelah cukup bersih, Grista mengoleskan sejenis lotion menutupi luka di kaki Fiana lalu membalutnya dengan kain.
Lukas tidak hanya diam. Dia menggunakan skill Rogue, Detect Trap untuk mendeteksi semua perangkap yang terpasang di lantai ini. Lukas menemukan tiga buah bear trap tersebar di sekitar mereka dan sebuah arrow trap (jebakan panah) tepat di depan lokasi tangga untuk naik ke lantai lima.
Sambil Lukas mematikan semua jebakan yang ada, Garen sendirian menghadapi Zombie dan Skeleton di sekitar mereka. Sesekali Lukas membantu Garen dengan menembakkan anak panah yang berfungsi untuk mengikat targetnya, Ensnare Arrow, ke kaki Zombie dan Skeleton yang menyerang Garen sehingga mereka terjatuh.
Tidak lama waktu yang dibutuhkan mereka untuk menghabisi sisa beberapa undead sekaligus menonaktifkan semua jebakan di ruangan ini. Pada saat semua selesai, penanganan pada tungkai kanan Fiana juga sudah selesai.
"Oi, Garen. Makasih."
"Makasih ke Grista. Karena dia, kami jadi ada di sini sekarang. Bangsat, kenapa kau nekat masuk sendiri? Kau lihat kami sekarang terpaksa masuk ke dalam masalah yang kau buat!"
"Haha! Itu baru jantan! Grista, makasih ya..." Fiana dengan tampang seolah-olah dia suci dari dosa.
"Iya, Fi..."
"Ha? Jantan!? Kau bilang ini jantan!? Jantan pepek kau!"
"Garen! Omongannya!" Grista menegur Garen dengan keras.
"Tapi! Lihat ini, Gris! Karena lonte satu in-!"
*PLAKK*
"CUKUP GAREN !!!" Bentak Grista sambil menampar pipi kiri Garen sekuat tenaga.
"..."
"..."
Garen dan Fiana terdiam seketika. Lukas yang memang dari tadi tidak banyak bicara, tetap diam. Mereka tidak pernah melihat Grista semarah ini sebelumnya. Sosok Grista yang ramah, lemah lembut, dan penyabar itu hilang seketika.
"Kalian... Hiks... Nggak ada gunanya bertengkar sekarang! Hiks... Tolong... Hiks... Cari solusi... Karena, hiks... Kita udah terlanjur... Hiks... Masuk kesini sekarang!" Grista marah dan menangis di saat yang sama.
"Ma-maaf... Grista..." Kata Garen dengan suara pelan.
Garen hanya bisa duduk bersimpuh tertunduk sambil memegang pipi kirinya yang meradang. Tamparan Grista sama sekali tidak sakit secara fisik, apalagi Garen adalah tank. Namun hati Garen remuk dan hancur karenanya. Baru kali ini dia membuat Grista menangis seperti ini.
Fiana? Juga hanya mampu diam tertunduk. Namun, di dalam hatinya, dia tahu bahwa dialah penyebab dari semua ini. Tamparan Grista ke pipi Garen tidak hanya meremukkan hati Garen, tapi juga terasa menusuk jantung Fiana.
"Gri-Grista... Aku... Minta maaf. Ini semua memang salahku." Fiana berusaha sekuat tenaga untuk dapat berbicara menyampaikan permintaan maafnya.
"Hiks... Hiks..."
Grista hanya menangis, tidak menjawab apapun. Selama Grista menangis, tidak ada lagi satu patah katapun yang diucapkan oleh tiga orang temannya. Waktu terasa berjalan sangat lambat, sampai akhirnya Grista mengusap air mata di wajahnya dan menarik nafas panjang yang masih terdengar bergetar.
"Fuuu~ hahhh~ Garen, Fiana, Lukas, sekarang kita harus gimana?" Sebuah pertanyaan simple diajukan dengan nada tenang oleh Grista.
""..."" Garen dan Fiana tidak bisa menjawabnya.
"Kita sudah terlanjur masuk kesini..." Tiba-tiba Lukas angkat bicara.
"Apapun yang kita lakukan sekarang, saat kita keluar nanti, pasti akan ada yang melihat dan pasti kita akan terkena masalah..." Lukas melanjutkan kata-katanya.
"""...""" Semua diam mendengarkan Lukas.
"Menurutku, sekalian saja kita uji kemampuan kita sampai dimana. Setinggi apa kita dapat memanjat tower ini. Terlanjur basah, mandi sekalian."
"""...""" Semua masih diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Grista setuju."
!!!
Menoleh ke arah sumber suara yang menyatakan setuju barusan, Fiana dan Garen terkejut. Tanpa terkecuali, Lukas pun terkejut mendengar pernyataan Grista.
"Lukas benar. Kita udah terlanjur masuk kesini. Ya sudah, kita nikmati aja penjelajahan ini sekalian. Mau diapakan lagi. Nanti kalau kira-kira udah nggak mampu lagi, baru kita keluar."
"Ka-kalau Grista udah ngomong gitu..."
"Ayo! Hahaha! Aku sayang Grista!" Kata Fiana sambil memeluk Grista.
"Lunar Eclipse, ayooo!" Garen kembali bersemangat dan lantas menyemangati seluruh anggota party-nya.
"""Ayo!"""
Setelah meminum beberapa botol HP dan MP Potion, ditambah potion dan lotion yang dioleskan oleh Grista tadi, kini Fiana sudah bisa berjalan lagi, walaupun rasa nyerinya belum hilang dan masih sedikit terpincang, tapi Fiana bukanlah perempuan manja.
Mereka berempat naik ke lantai lima. Di sana, interior ruangannya seperti gua yang dipenuhi dengan stalagmit dan stalagtit. Hanya tersisa sedikit spasi di antara protrusi bebatuan yang bisa dilewati manusia. Dan hanya satu orang dalam sekali waktu yang bisa melewati celah-celah di sini. Ditambah lagi, tempatnya sangat gelap.
Mau tidak mau, mereka harus menyusun formasi satu banjar. Yang di depan, vanguard, tentu saja sang tank, Garen. Di belakang, rear guard, adalah Fiana dengan magic apinya.
Grisha di depan Fiana untuk mensuplai potion sambil memberikan penerangan menggunakan obor yang dibuatnya dengan membakar kain yang sudah dilumuri sebuah cairan seperti minyak, hasil dari alchemy-nya.
Lukas berada tepat di belakang Garen sambil terus-menerus mengaktivasi skill Detect Trap. Mereka mulai berjalan menyusuri celah-celah batu di floor ini.
*Shik shik shik*
"Tahan." Perintah Garen sambil mengangkat tangan kanannya yang masih memegang pedang
"Sepertinya dari tadi kita sudah diintai dari balik bayangan di gua ini."
"Semuanya, siapkan senjata. Kita lanjut."
"""Baik."""
Mereka melanjutkan perjalanan. Dan tak berapa lama setelah itu...
"Kiiik!"
*Pangg*
*Syuu* *Crupp*
*Shashh*
"Kikiiik!"
"Kiiik!"
*Boom boom*
Satu per satu, Ghoul keluar dari bayangan dan menerkam mereka. Dari depan, belakang, samping, dan atas. Mereka terus berdatangan seperti aliran sungai.
Namun Garen terus mendobrak ke depan menggunakan tower shield miliknya sambil menebas Ghoul yang melintas di hadapannya. Tujuannya adalah agar mereka segera sampai ke ujung dari lantai tower ini dan kemudian menghabisi semua Ghoul dari pojokan ruangan, supaya Grista bisa terlindungi ketika tiga yang lainnya sedang bertarung.
Lukas, Grista, dan Fiana mengikuti pergerakan Garen sambil menyerang dan menembaki Ghoul yang menerjang mereka.
Lukas menembaki kepala para Ghoul yang menerkam ke arah mereka, 1 hit KO. Sebisa mungkin menghemat anak panah yang dibawa di punggungnya. Karena jika anak panahnya sampai habis, terpaksa dia menggunakan dagger yang hanya bisa menyerang dari jarak sangat dekat.
Sementara Grista selalu menyiapkan MP Potion untuk Fiana di tangan kanan dan botol kecil berisi cairan acid (asam) -Acid Vial-, dan cairan yang mudah terbakar -Napalm Vial-, di kantong yang paling mudah dijangkau, untuk menyerang Ghoul dalam keadaan terdesak. Fiana tanpa henti menembakkan Fire Bolt ke arah belakang, dimana terdapat sangat banyak Ghoul yang mengejar mereka.
Spam Fire Bolt lumayan menguras mana, oleh karena itu Grista selalu mensuplai MP Potion untuk Fiana agar bisa terus menembaki para Ghoul itu.
"Ayo! Sedikit lagi!" Teriak Garen saat melihat adanya dinding di depan mereka.
Mereka sudah hampir sampai ke ujung ruangan lantai lima. Mereka berempat terus berlari. Dalam beberapa detik, mereka sudah sampai di lokasi tujuan. Mereka dengan sigap langsung mengatur formasi bertahan dengan Grista di belakang mendekati tembok, Garen di tengah, Lukas di kiri dan Fiana di kanan.
Ini adalah formasi bertahan yang selama ini selalu mereka terapkan. Dan menurut mereka, inilah yang paling efektif untuk menghadapi serangan dari segerombolan monster.
Ghoul sebenarnya tidak lebih kuat dari Skeleton dan Zombie biasa. Hanya saja, ada dua faktor yang membuat mereka tidak bisa diremehkan.
Pertama, jumlah mereka yang sangat banyak. Kuantitas di atas kualitas. Ini akan sangat menyulitkan bagi sebuah party yang hanya berisikan empat anggota, apalagi salah satunya bukan kelas petarung.
Kedua, desain interior lantai lima ini yang menyerupai gua, membuat Lunar Eclipse tidak leluasa bergerak, tapi bagi Ghoul malah sangat menguntungkan. Tubuh mereka kecil, berwarna gelap, sehingga sangat efektif untuk bersembunyi dan melancarkan serangan dadakan.
Akan tetapi, Lunar Eclipse bukanlah party kemarin sore, monster sekelas Ghoul bukanlah tandingan mereka jika mereka bersama.
*Boom boom boom*
*Pangg* *srasshh* *pangg* *pangg*
*Syuu crepp* *syuuu crepp*
*Blarr blarrr*
Fire Bolt, Shield Bash, tebasan pedang, tembakan panah Head Shot, ditambah Napalm Vial yang dilempar Grista, membunuh semua Ghoul yang datang. Tidak kurang dari seratus Ghoul sudah menyerbu mereka. Dan setelah sekitar satu jam lebih bertempur di spot itu, akhirnya mereka berhasil menghabisi seluruh Ghoul di lantai itu.
Mereka menang.
"Huh... Hah... Hah..."
"Huah... Gila... Capek... Hah..."
Mereka kelelahan setelah dihadapkan dengan seratusan Ghoul. Tapi, hal itu tidak akan menciutkan semangat mereka.
Maka mereka berencana untuk beristirahat sebentar sebelum menaiki lantai enam. Sambil beristirahat, mereka memakan ransum yang dibawa oleh Grista, meminum HP, MP, dan Stamina Potion. Tidak lama mereka juga akan fit lagi untuk melanjutkan penjelajahan ini, begitu pikir mereka.
Tapi yang tidak diperkirakan sebelumnya, kini terjadi.
*Ggrrrrrggggrrrrrrrrgggrrrr*
Alih-alih tangga menuju lantai enam yang turun, ini malah pintu besar di dekat lokasi tangga itu yang terbuka.
*Dum... Dum... Dum... Dum...*
Dari dalam ruangan di balik pintu besar itu, terdengar suara hentakan ke lantai, suara yang menggambarkan betapa besarnya makhluk yang menghasilkan suara itu dari hentakan kakinya.
"Belum selesai istirahat..."
"Semuanya, bersiap! Sepertinya ini miniboss."
"Oh."
"Baik."
*Dum... Dum... Dum...*
"UWOOOOOOORRGGGHHH!!!"
Seekor Troll, berukuran dua kali lebih besar daripada Troll pada umumnya. Melangkah keluar dari ruangannya dan berteriak begitu keras hingga gendang telinga terasa hampir terkoyak karenanya.
Bersenjatakan pentungan kayu besar yang berduri, berlumuran darah kering, membuatnya menjadi semakin menyeramkan. Tubuhnya dipenuhi bekas luka yang sangat banyak. Bekas-bekas luka itu belum mengering, malah terlihat membusuk dan bernanah. Kornea matanya putih pucat tanpa ada sinar kehidupan.
Dan armor yang dikenakannya, sejenis chainmail (baju zirah rantai), warnanya mirip perak tapi terlihat lebih berkilau. Kemungkinan terbuat dari bahan mithril. Bahan yang memiliki ketahanan lebih terhadap serangan magic.
Zombie Troll King.
Berdiri setinggi 6 meter. Setara monster kelas C saat masa hidupnya. Kini menjadi Zombie, kekuatan serangan dan skill bertarungnya tentu berkurang drastis. Hanya saja sekarang dia menjadi lebih sulit dibunuh, karena sudah menjadi Zombie.
"Oi... Troll sebesar itu!?" Fiana tak dapat menahan rasa takutnya.
"Ayo, Lunar Eclipse! Jangan gentar! Kita pasti bisa menang! Formasi menyerang!"
"""Yeah!!!"""
Garen mencoba membakar lagi semangat party-nya. Kali ini mereka memasang formasi menyerang. Formasi menyerang mereka adalah dengan Garen berada sendiri di depan, lalu tiga yang lainnya sejajar di belakang dengan Grista berada di tengah.
Garen akan memancing aggro dari Zombie Troll King, lalu Lukas menyerang titik-titik vitalnya atau melakukan serangan crowd control. Penghasil damage utama adalah Fiana dengan magic api yang dimilikinya. Formasi ini selalu berhasil, setidaknya sebelum bertemu Zombie Troll King yang satu ini.
*Peng peng peng pengg!*
"Heeeyy!!! Siniiii!!!"
Garen berusaha melakukan Taunt untuk menarik aggro Zombie Troll King dengan cara memukul-mukul tamengnya dengan pedang sambil berteriak. Melawan seekor Troll, pasti teknik Taunt itu akan berhasil.
Tapi sayang sekali, Troll yang satu ini adalah Zombie. Dan tampaknya monster ini lebih tertarik kepada manusia yang memiliki energi magic tinggi. Di dalam Lunar Eclipse, yang memiliki energi magic paling tinggi adalah Fiana.
"UWWOOOOORRGGHH!!!"
*DUM DUM DUM DUM DUM*
Zombie Troll King berteriak kencang lagi, kemudian dengan setengah berlari, dia bergerak menuju dimana Fiana berada.
"Shield Rush! Heyaaahhh!"
Garen tidak tinggal diam. Melihat Taunt yang dilakukannya tidak berhasil, dia langsung mengeluarkan salah satu skill shield. Dengan tower shield di depan tubuhnya, Garen berlari kencang untuk menabrak Zombie Troll King.
*Booongg*
"Ah!!!"
Setelah menabrak kaki Zombie Troll King dengan seluruh daya menggunakan tower shield miliknya, bukannya Zombie Troll King yang terdorong, malah Garen yang terpental. Begitulah jika seorang tank menabrak tank yang lebih kuat.
"Fiana! Lukas! Aku nggak bisa nahan! Ayo serang dengan serangan terkuat kalian!"
"Baiklah!" Lukas.
"Haha!" Fiana.
"Tembak kakinya!" Lukas berteriak sambil berlari memegang daggernya, seperti sedang memiliki rencana.
"Pyro Explosion!" Fiana, sepenuhnya percaya pada Lukas, menembakkan salah satu magic terkuatnya.
*Duaarrr*
Dari bawah telapak kaki Zombie Troll King, muncul sebuah ledakan api yang cukup besar hingga menelan seluruh tubuh Zombie Troll King itu ke dalam semburan api.
"GUOOOHH!"
*Bruukkk*
Karena ledakan yang begitu tiba-tiba di telapak kakinya, dan daya ledak yang besar dari ledakan itu, membuat tubuhnya tidak seimbang, tersandung, dan terjatuh dengan posisi telungkup.
Lukas yang sedang berlari ke arah Zombie Troll King yang sedang tertelungkup itu, tersenyum simpul melihat yang terjadi barusan. Dan setelah mendekati kepala Zombie Troll King, Lukas langsung melompat tinggi.
"Spinning..."
Sampai di batas tertinggi lompatannya, Lukas memutar tubuhnya dari arah kiri ke kanan dengan sangat cepat. Berputar dan berputar dengan sangat cepat sambil menukik ke arah leher undead raksasa di bawahnya.
Putaran tubuhnya di udara bertujuan untuk meningkatkan momentum dari tusukan dagger yang akan dilakukannya. Lukas semakin mendekati Zombie Troll King yang masih terbaring. Masih berputar-putar, tangannya yang memegang dagger dijulurkannya untuk dihujamkan ke leher Zombie Troll King.
*Wuff wufff wufff*
"STAB!!!"
*Jleb*
Spinning Stab. Sebuah skill tingkat menengah dengan menggunakan dagger yang dimiliki oleh kelas Rogue, merupakan salah satu dari barisan daftar skill terkuat yang dimiliki oleh Lukas. Dengan tusukan yang sangat kuat ke leher musuhnya, akan membuat musuhnya lumpuh seketika.
"GAAOOOOHH!!!"
"... Hah?"
Lukas bingung. Padahal seluruh sisi tajam dari dagger miliknya sudah tertancap sampai pangkal. Tapi kenapa Zombie raksasa ini masih belum lumpuh? Setelah diperhatikan, ternyata dagger-nya belum menembus lapisan otot leher Zombie Troll King! Celaka!
Lukas segera berusaha mencabut dagger-nya, tetapi, otot leher yang terkena tusukan dagger Lukas, seketika berkontraksi menjadi sangat keras, mengakibatkan dagger yang tertancap itu menjadi sulit dicabut.
Di saat Lukas berhasil mencabut daggernya dan berusaha untuk melompat, tangan kiri Zombie Troll King sudah berayun ke arah tubuh Lukas.
*Wuuufff*
"Shielding Leap!"
*Wuuuussss*
Garen, yang melihat rekannya terancam bahaya, segera mengeksekusi skill tank yang menghasilkan pergerakan melompat dengan sangat cepat sambil melindungi dengan tameng.
"Lukas!"
*Bhugg*
Garen menabrak badan Lukas hingga terdorong menjauh dari trayek ayunan telapak tangan Zombie Troll King. Tapi, karena ayunan tangan itu sangat cepat, kini Garen lah yang tidak bisa menghindar.
*Deenggg*
*BRAKKK!*
Kibasan telapak tangan kiri Zombie Troll King mengenai tubuh Garen dengan telak. Walaupun tower shield telah digunakannya untuk meredam benturan, tubuh Garen tetap terlempar hingga 10 meter dan menabrak dinding dengan sangat, sangat keras.
"Khoakk!!" Garen terbatuk, menyemburkan darah segar dari mulutnya.
Kini, Garen jatuh terlentang di lantai. Shield yang tadi dipegangnya, sudah terlempar sejauh 10 meter dari posisinya sekarang. Lengan kirinya yang memegang shield tadi, kini tampak terkulai dengan bentuk yang tak lagi wajar. Kemungkinan besar, Garen mengalami fraktur pada antebrachium sinistra.
"GAREN!!!" Grista berteriak sangat kencang sambil berlari ke arah Garen.
"Garen... Kau! KAU MONSTER LAKNAT!!! PYRO EXPLOSION!!! PYRO EXPLOSION!!! PYRO EXPLOSION!!!"
Fiana, kehilangan kendali atas emosinya setelah melihat lengan rekannya remuk karena terkena pukulan Zombie Troll King. Dia langsung membombardir monster raksasa itu dengan magic api jarak jauh terkuatnya.
*BLEGAR BLEGAR BLEGARRR*
"Hah... Hah... Hah... Mampus kau bajingan! Hah..."
"GUOOOOHH!!!"
"Hah??? Brengsek!!! Masih hidup kau!!! PYRO EXPLOSION, PYRO EXPLOSION, PYRO EXPLOSION!!!"
*BLEGAR BLEGAR BLEGARRR*
Kali ini, Zombie Troll King itu tidak hanya berdiri diam menerima semua ledakan api itu. Tapi dia berjalan dengan cepat mendekati Fiana, menembus semua ledakan dari Pyro Explosion.
"Khuh... Huh... Hah... Hah... Anjing!"
"GAAAAOOOOOHHH!!!"
Lukas, yang kini berada pada 10 meter di arah kanan Fiana, melihat undead besar itu mengincar Fiana. Dia langsung mengambil busur dan anak panahnya.
"Sniping Shot, Blast Arrow!"
Dengan skill Sniping Shot, Dex Lukas meningkat 50 poin untuk sesaat, meningkatkan akurasi tembakannya dengan sangat drastis. Dan anak panah yang digunakannya bukanlah anak panah biasa. Anak panah yang di ujungnya telah diberikan vial kecil berisi cairan peledak yang dibuat oleh Grista.
Ketika anak panah ini menancap, vial tersebut akan pecah. Cairan di dalam vial tersebut jika terekspos ke udara bebas, akan mengalami pembakaran spontan. Menghasilkan ledakan dari dalam tusukan anak panah itu sehingga damage yang dihasilkan meningkat beberapa kali lipat.
*Syuuuu*
*Crepp*
*Duaarr*
Anak panah yang ditembakkannya tepat mengenai mata kiri Zombie Troll King. Dan seketika meledak dan membuat bola mata yang terkena ledakan itu jadi pecah dan bercipratan kemana-mana.
"GUOOOOAAAAHHH!!!"
Tapi, itu saja tidak akan mampu melumpuhkan Zombie Troll King itu. Malah membuatnya semakin marah. Dan ketika Zombie Troll King marah, kecepatan dan kekuatannya meningkat pesat.
Dia langsung lari ke arah Lukas, mengibaskan pentungan kayu berduri di tangannya dengan membabi buta.
*Dhuarr dhuarr blegarr jedarrr*
Lukas hanya bisa berlari, menghindar, melompat, apapun dilakukannya untuk menghindari pelampiasan kemarahan Zombie Troll King. Fiana tidak hanya berdiam menyaksikan. Dari tadi, dia secara terus-menerus menembakkan Fire Bolt sambil terus menenggak MP Potion.
Namun, namanya magic tingkat rendah, hanya terasa seperti gelitikan bayi saja bagi Zombie Troll King. Monster itu tak mempedulikan Fiana lagi. Tujuannya hanya satu, membunuh Lukas.
Lukas memang mampu menghindari semua serangan Zombie Troll King. Akan tetapi, perbedaan manusia dengan undead terdapat pada staminanya. Stamina manusia ada batasnya, sedangkan undead sama sekali tidak mengenal lelah.
Hingga pada akhirnya...
*Bhuugg*
"THOAAKK!!!"
*Brukk*
"Lukaaas!!! Fire... Bolt... Kuhhh..." Fiana mencoba menembakkan Fire Bolt lagi, namun batas mana yang dimilikinya sudah hampir kering, tak bisa lagi mengeluarkan magic apapun.
Lukas yang kehabisan stamina, tidak mampu lagi menghindari serangan membabi buta dari Zombie Troll King. Dan akhirnya rusuk kiri Lukas hancur dihajar dengan ujung pentungan berduri raksasa milik Zombie Troll King, membuatnya terlempar ke tembok, muntah darah, dan menjadi sulit bernafas.
Melihat Lukas tidak bisa bergerak lagi, Zombie Troll King mengalihkan perhatian ke Fiana.
"Nggak... Jangan... Ampuni kami! Ampuni kamiii! Jangaaan! Jang-KHAAAKKK!!!"
Fiana sudah mengalami hypomana berat dan tidak mampu menghindar dari serangan Zombie Troll King. Bahkan menggeser kakinya saja sudah sangat kesulitan. Pentungan raksasa diayunkan ke arah kepala Fiana. Untungnya, Fiana reflex mengangkat kedua tangannya menutupi kepalanya untuk mengurangi kekuatan benturan.
Kepalanya selamat, tidak pecah, tidak retak, ataupun gegar otak. Hanya memar. Namun, kedua tangan yang digunakan untuk melindungi kepalanya, kini menjadi layu seperti tak bertulang. Karena tulangnya patah, pecah, remuk, berkeping-keping di dalam.
Grista yang dari tadi sibuk mengobati Garen, tetap tidak bisa mengembalikan Garen segera ke kondisinya semula karena kerusakan fisiknya sudah terlalu parah melebihi kemampuan penyembuhan obat-obatan yang dibawanya. Selain lengannya yang patah, organ dalamnya juga tidak dalam kondisi yang baik-baik saja.
Grista melihat ke arah dua orang temannya yang lain. Lukas terkapar. Fiana tergeletak. Mereka masih bernafas, tapi tidak bergerak lagi.
"Fianaaa!!! Lukaaas!!!"
Mendengar teriakan Grista, Zombie Troll King langsung melangkah ke sumber suara. Grista tidak hanya mematung. Dengan sedikit keberanian yang tersisa dan tangan yang gemetar tak terkontrol, Grista mengambil beberapa vial dari dalam tasnya.
"Pergiiii!!!" Teriak Grista sambil menangis dan melemparkan salah satu vial (botol kecil).
Acid Vial dilemparkan ke tubuh Zombie Troll King dan menyebabkan cairan asam di dalamnya tumpah dan melelehkan kulit Zombie Troll King.
"Jangan mendekaaat!!!" Sambil melemparkan beberapa vial lainnya.
*Trrang trangg tranggg*
*Cessshh* *bwossshh* *blegaarrr*
Semua vial yang berisi bahan kimia ofensif dikeluarkannya dan dilemparkannya ke seluruh tubuh Zombie Troll King.
Tubuh Zombie Troll King itu meleleh akibat terlalu banyak terkena cairan dari Acid Vial. Lalu terbakar hingga gosong setelah terkena Napalm Vial. Dan yang terakhir, setelah meleleh dan hangus, seluruh tubuhnya meledak berpuing-puing karena terkena ledakan dari Explosive Vial.
Itu yang diharapkan oleh Grista.
Akan tetapi, kenyataan berkata lain. Efek dari semua vial yang dilemparkan oleh Grista, paling parah hanya mampu mengelupaskan sedikit lapisan keratin pada kulit Zombie Troll King.
Monster undead raksasa itu semakin mendekati Grista, lalu mengangkat pentungan raksasanya dan bersiap memukul Grista. Monster itu akan terus memukuli Grista sampai menjadi bubur darah.
"Pergiiii!!! Kubilang pergiii!!! Jangan dekati akuuu!!!"
"GUOOOOOOOHHH!!!"
Mengabaikan teriakan Grista, monster itu berteriak lebih kencang dan langsung mengayunkan pentungannya ke kepala Grista.
Sementara, Grista bukan petarung. Grista bukan gadis yang atletis dan memiliki fisik yang kuat. Dia hanya petualang dari kaum sekuler. Berusaha sekeras apapun, segila apapun, dia tidak akan mampu menghindari serangan dari Zombie Troll King.
Grista hanya bisa pasrah. Menunggu detik-detik terakhir di sisa kehidupannya. Perjalanan yang tidak singkat, tapi tidak pula panjang, telah dia lalui bersama Lunar Eclipse.
Terimakasih teman-teman. Sepertinya hidup kita di dunia ini hanya sampai disini. Aku tidak akan pernah melupakan masa-masa bersama kalian. Walaupun aku mati, tetap akan kubawa semua memori ini sampai di kehidupan kita selanjutnya. Dan aku berharap kita semua akan berkumpul lagi. Entah kapan. Entah dimana. Sekali lagi, terimakasih Garen, Fiana, dan Lukas.
*Syuuuuu*
*Jleb*
*Ssshhrriiiiiiiiiiiiinnkkk*
***
"Aaahhh lama ih Blacksmith-nya! Bikin gelang doang padahal..."
Syla, menggerutu karena bosan menunggu dari pagi sampai siang. Gelang dengan Immortal Core untuk Ren dan aku masih dalam proses finishing. Padahal, tim penjagaan Undead Tower sudah berangkat dari tadi pagi. Ya sudah, kami makan siang dulu.
Setelah makan siang, masih harus menunggu hingga sore hari. Dan akhirnya... Jadilah gelang couple, Immortal Bracelet. Ren kelihatan begitu senang dengan gelang barunya. Aku juga senang, karena sekarang Vit-ku bertambah sebanyak 30 poin.
"Yuk, langsung berangkat."
"Gimana kalo Ruby jadi gede, terus Arka, Syla, dan Ren, naik ke punggung Ruby?"
"Memangnya Ruby kuat terbang sejauh itu?" Ren terlihat sedikit meragukan Ruby.
"Kuat dooong! Kan Ruby nanti berubah jadi naga gedeee!"
"Beneran tuh? Wah asik dong! Yuk yuk Ruby berubah!"
"Syla... Nggak disini juga... Nanti semua orang ketakutan kalo tiba-tiba ada naga gede di tengah kota..."
"Kalo gitu, yuk kita keluar pagar kota dulu! Yuhuu~" Kata Syla sambil terlihat sangat bersemangat.
Kami bergegas berangkat ke luar pagar kota. Sampai di luar, Ruby segera melakukan Full-Scale Dragon Transformation. Kami pun naik ke punggung Ruby dan terbang menuju lokasi Undead Tower yang telah diberitahukan kepada kami sebelumnya.
Kami mampir sebentar di Desa Erb untuk berkunjung. Beberapa penduduk desa tampak ketakutan melihat sosok naga mendarat di desa mereka, tapi setelah melihat kami, mereka terlihat lega dan tidak takut lagi.
Sepertinya tidak ada kerusakan yang ditimbulkan oleh tentara undead yang menyerang waktu itu.
Kades Silvano mengatakan bahwa jalur yang dilalui tentara undead itu kebetulan tidak melalui Desa Erb, sehingga seluruh penduduk desa masih dalam kondisi aman dan baik-baik saja.
Setelah mengobrol beberapa saat, karena hari semakin gelap, kami berpamitan dan melanjutkan perjalanan ke arah Hutan Alurg, dimana Undead Tower berada.
'Arka, itu di sana ada bangunan tinggiii banget. Kita kesana ya?' Masuk suara telepati dari Ruby.
'Iya, Cimot. Kita kesana ya... Nanti pas udah di atas, turunnya pelan-pelan aja ya... Biar nggak bikin semua orang ketakutan dan panik.'
'Okay, Arka! Umm... Memangnya Cimot nakutin ya?'
'Enggak... Cimot itu imut, lucu, cantik, dan baik kok... Cuman ya memang orang-orang itu nggak biasa ngeliat naga sekeren Cimot. Karena nggak biasa ngeliat naga, mereka jadi takut kalau ada naga yang datang.'
'Oooh... Gitu yaa...'
'Cimot jangan khawatir yaa... Walaupun banyak orang yang takut sama naga, kami bertiga selalu sayang sama Cimot kok...'
'Uhm! Cimot nggak khawatir karena Arka, Syla, dan Ren selalu sayang sama Cimot!'
'Anak pinter...'
Setelah total perjalanan dari Kota Dranz memakan waktu hanya sekitar kurang dari satu jam, akhirnya kami sampai di lokasi Undead Tower. Cepat juga terbangnya Ruby.
"Ruby, mendarat di deket api itu ya..."
'Okay!'
Awalnya, kedatangan kami disambut dengan insting membunuh dari semua orang yang ada di sekitar Undead Tower. Namun setelah kami turun dari punggung Cimot, dan mereka sudah bisa mengenali kami karena wajah kami sudah disinari cahaya api unggun, semua kembali tenang.
Beberapa mendekati untuk sekedar beramah-tamah dengan kami. Jadi, kami sudah seterkenal ini ya di kalangan petualang Kota Dranz? Hah... Semoga hal ini tidak merepotkan kami untuk kedepannya.
Kemudian, dari sela kerumunan orang yang mengelilingi kami, muncul sebuah wajah yang kami kenal. Semua petualang yang mengelilingi kami, langsung bubar karena kedatangan pria yang dimaksud. Sepertinya pria ini cukup disegani kaum petualang juga.
"Oh! Komandan Zerga! Maafkan keterlambatan kami, karena ada hal-hal yang harus kami selesaikan sebelum berangkat tadi."
"Ah... Tidak masalah, dan tidak perlu terlalu formal, saya jadi tidak enak..."
Ruby yang telah melakukan Human Transformation menjadi wujud manusianya yang imut sejak kami sudah turun dari punggungnya, ikut menyapa Zerga.
"Wah! Ada paman yang kemarin! Hehe..."
"Halo gadis cantik..." Sapa Zerga dengan senyum kepada Ruby.
"Baiklah kalau begitu, kami akan mempersiapkan tenda untuk kami dulu."
"Jika Tuan Arka ingin, Tuan bisa menggunakan tenda VIP milit-"
"Ah! Tidak perlu, Komandan! Kami jadi tidak enak kalau begitu. Biar kami buat tenda kami sendiri saja. Terimakasih untuk tawarannya."
"Oh, begitu... Baiklah kalau begitu, saya tidak akan mengganggu lagi. Permisi, Tuan dan Nona sekalian..."
"Dadah, paman! Hehee..."
Zerga membalas Ruby dengan senyuman yang lembut, lalu berbalik menuju tenda militer. Aku membuat tenda agak jauh dari keramaian, dengan Darkness Creation, supaya tidak ada yang melihat. Setelah selesai, baru kupindahkan ke tempat yang agak dekat ke api unggun, tapi masih jauh dari keramaian.
Hari-hari berjalan sangat lambat di sini. Begitu membosankan, menunggu matahari terbit, lalu tergelincir perlahan di langit, kemudian tenggelam. Begitu terus setiap harinya. Aku, Syla, dan Ren berbagi tugas jadwal penjagaan. Ruby tidak masuk dalam jadwal ini, tapi jika dia mau menemani ya tidak masalah.
Karena kami hanya bertiga, jadwal jaga dalam sehari adalah dua orang, dengan satu libur. Jadwal pergantian ada pada terbit dan tenggelamnya matahari.
Selama tiga minggu berlalu, aku sempat beberapa kali jaga berbarengan dengan seorang gadis yang lumayan cantik. Tapi, bukan kecantikannya yang menarik perhatianku. Skillnya.
Ya, dia adalah seorang Alchemist, ahli dalam memproses dan meracik bahan kimia. Terlebih lagi, spesialisasinya selama pendidikan dulu adalah alchemy yang bersifat support. Dia bisa meracik berbagai jenis obat, potion, dan krim penyembuh. Ini yang kucari-cari dari sejak awal berada di sini!
Gadis itu juga memiliki kemampuan dalam alchemy yang bersifat ofensif, tapi dia tidak mendalaminya sehingga dia hanya mampu membuat bahan-bahan kimia ofensif pada tingkat dasar saja.
Setiap kami mendapat giliran jaga bersamaan, aku selalu mengobrol dengannya. Sepertinya dia cewek yang lemah lembut dan lumayan menyenangkan jika diajak berbicara.
Kami juga banyak membahas tentang medis dan obat-obatan. Dia banyak penasaran tentang ilmu medis dan tindakan-tindakan darurat. Sedangkan aku lebih ingin tahu tentang skill dia dalam meracik obat-obatan dan obat apa saja yang bisa dibuatnya.
Setiap kami mengobrol, kami bisa sampai lupa waktu. Banyak sekali bahan obrolan kami. Kadang malah aku merasa kecewa setiap kali shift jaga dia habis dan harus digantikan dengan temannya, terpaksa obrolan kami terputus.
Karena perbedaan jumlah personil dalam party kami, jumlah shift jaga perhari juga berbeda. Mereka ada tiga shift perhari, sedangkan kami hanya dua shift perhari. Aku juga sudah lumayan kenal dengan anggota party mereka yang lainnya.
Bahkan ada satu anggota party mereka yang sepertinya naksir aku. Dia selalu cari perhatian kepadaku setiap kami ketepatan sedang jaga bersama. Ini bukan hanya aku yang merasa, tapi Ren dan Syla juga merasakan yang sama. Karena gerak-gerik perempuan itu terlalu terlihat jelas.
Hingga pada suatu malam, ketika aku dan Alchemist itu sudah berjanji untuk bertemu, dimana dia berjanji akan mengajariku untuk membuat krim anestesi topikal, terjadi sesuatu yang tidak dapat terduga olehku sebelumnya.
"Eh... Kemana ya dia..." Aku bergumam sendiri sambil melihat ke sekeliling.
Aku baru saja selesai mandi dan makan, lalu merokok sambil bersantai setelah giliranku untuk jaga digantikan oleh Ren. Kami berjanji malam ini bertemu, karena kebetulan dialah yang mendapat giliran jaga malam ini.
Sebenarnya dia sudah jaga dari sore, tapi karena jadwalku sudah mau selesai sehingga waktunya terlalu pendek, akhirnya kami putuskan untuk kegiatan transfer ilmunya dilakukan malam ini, setelah aku selesai mandi dan makan malam.
Setelah melihat-lihat di sekeliling, tempat para petualang dan tentara berjaga-jaga di sekitar api unggun, aku tidak dapat menemukannya. Aku juga tidak melihat satupun dari anggota party mereka yang standby di sekitar sini.
Di dalam hatiku, muncul perasaan yang kurang nyaman. Kekhawatiran karena sesuatu yang buruk sedang terjadi. Aku tidak mengerti, kenapa tiba-tiba dadaku terasa gerah di dalamnya. Lalu kuputuskan untuk mendatangi tenda tempat mereka beristirahat.
Tidak ada orang.
Aku tidak bisa menemukan satupun anggota party mereka di dalam kedua tenda milik mereka. Dan rasa gerah di dalam dadaku kini berbisik kepadaku untuk terus mencari mereka, karena sesuatu yang buruk bebar-benar sedang terjadi pada mereka.
Aku mengikuti instingku untuk terus mencari mereka. Tanpa sepengetahuan siapapun, aku menyisir area hutan di sekitar untuk mencari keberadaan mereka.
Tidak ada juga!
"Ah! Bodoh! Kenapa nggak aku pake Darkness Sense dari tadi!?"
Setelah Darkness Sense kukeluarkan semaksimal mungkin untuk menjangkau area terluas yang aku bisa... Ketemu!
Mereka tidak jauh ternyata. Aku bisa melihat ada lima sosok di dalam Undead Tower lantai lima. Empat sosok aku kenal. Dan satu sosok raksasa, kemungkinan monster penghuni Undead Tower.
Dari indera penglihatan menggunakan Darkness Sense, satu di antara mereka sudah dalam posisi terbaring di lantai. Dan melihat pergerakan mereka semua, tampaknya situasi mereka sangat tidak menguntungkan.
Dan yang kutahu, mendahului tim penjelajah untuk memasuki Undead Tower merupakan tindakan yang melanggar peraturan, yang dapat membahayakan jiwa mereka dan semua orang yang ada di sekitar sini. Peraturan itu dibuat atas kesepakatan antara Walikota dan Guild Leader. Mereka benar-benar dalam masalah.
Aku langsung berlari menuju tenda kami.
"Syla, Ruby, jangan banyak tanya dan pakai perlengkapan sekarang!"
"Kenap-... Baik."
"Okay!"
"Ketemu aku di depan Undead Tower ya!"
Aku tak menunggu jawaban mereka dan langsung bergegas ke tempat dimana Ren sedang berjaga.
"Ren!"
"Iya, Arka?"
"Aku, Syla, dan Ruby mau masuk ke dalam. Ada orang-orang yang sedang dalam bahaya di dalam sana. Aku ingin membawa mereka keluar. Ren tetap di sini dan tolong jelasin situasi ini ke semua orang, terutama Komandan Zerga. Bilang, jangan ada orang lain yang ikut masuk, karena hanya akan menjadi beban bagi kami. Ren ngerti?" Aku menjelaskan dengan cepat dan sesingkat mungkin.
"... Iya Ren ngerti." Setelah berpikir sejenak mencerna informasi yang diterimanya, Ren mengangguk.
"Arka! Kami udah siap!"
"Ayo ikut aku, cepat!"
Aku, dengan kecepatan tertinggi yang aku mampu, langsung sprint masuk ke dalam Undead Dungeon. Syla dan Ruby yang juga tidak kalah cepat, mengekor di belakangku.
Aku sudah pernah memeriksa tower ini menggunakan Darkness Sense dari jarak jauh beberapa hari yang lalu. Jadi, sedikit banyak aku sudah mengerti situasi dan kondisi di dalam sini, walaupun kurang jelas karena aku belum benar-benar menguasai skill itu. Mungkin aku harus sering berlatih menggunakannya besok-besok.
Seperti yang telah kuketahui sebelumnya, lantai satu kosong. Lantai dua hanya monster-monster serangga kecil. Lantai tiga berisi mayat hidup dari bangkai anjing kampung. Lantai empat, mayat hidup dari manusia biasa. Lantai lima, dengan kondisi menyerupai gua, dipenuhi seratusan Ghoul, di lantai inilah keempat orang itu berada.
"Syla, Ruby, apapun musuhnya nanti, bunuh dengan cepat. Kita nggak punya banyak waktu."
"Ok."
Aku dan Syla berlari secepatnya. Ruby melakukan Dragon Transformation dan berubah menjadi naga kecil, lalu terbang dengan lincah mengikuti kami berdua.
Menggunakan Kuroshi sambil bergerak dengan sangat cepat, semua monster undead yang ada kutebas dengan mudah. Semua instakill. Ruby menembak dengan bola api terkonsentrasi, membakar hangus semua yang ditembaknya.
Syla, menggunakan skill panah area yang memiliki daya hancur tinggi. Masing-masing lantai dapat kami selesaikan hanya dalam hitungan detik, tidak sampai semenit.
Akhirnya, lantai lima.
Ketika kami masuk ke dalam ruangan lantai lima, tidak ada satupun monster yang terlihat. Untuk mendeteksi mereka dengan cepat, kugunakan Darkness Sense lagi, dan langsung ketemu. Mereka berada di ujung lain dari ruangan ini.
"Syl, Ruby, mereka di ujung ruangan ini. Dua orang udah tumbang. Ayo, cepat!"
"Ya!"
'Wuhuuu~'
Naga kecil ini, tetap happy walaupun di situasi seperti ini.
Kami berlari dengan sangat, sangat cepat. Dan dari kejauhan, akhirnya terlihat salah satu sosok gadis yang kukenal. Si Alchemist.
Dan terlihat dari jauh, monster undead raksasa di hadapan gadis itu sudah mulai mengayunkan pentungan raksasa di tangannya. Aku tak akan sempat menjangkaunya dari jarak sejauh ini!
"Syla! Tem-"
*Syuuuu*
*Jleb*
*Ssshhrrriiiiiiiinnkkk*
"Aku tau, Arka."
Tembakan panah Syla lebih dulu mencapai badan monster itu sebelum pentungan raksasanya sempat menghancurkan tubuh gadis yang rapuh itu. Dan dengan imbuhan energi magic es yang sangat pekat, berhasil membekukan seluruh tubuh undead raksasa itu secara instan!
"Syla hebat."
"Cium dong!"
"Muahh!" Kucium pipi kiri Syla.
"A-!" Dengan ekspresi kaget, Syla menatapku sambil memegang pipinya yang kucium.
"Hadiah buat Syla."
"Ruby juga mau!" Ruby yang sudah berubah wujud menjadi manusia, tidak mau kalah.
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca! Chapter terpanjang yang pernah saya tulis. Saya kesulitan memotong ceritanya, jadi ya apa boleh buat.
Medical Terminology :
Fraktur Antebrachium Sinistra : patah tulang di bagian lengan bawah.
Medulla Spinalis : saraf pusat di tulang belakang.
Anestesi Topikal : bius lokal yang diaplikasikan pada kulit.