Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 13 - Chapter 11

Chapter 13 - Chapter 11

Halo pembaca! Silahkan berbuat kebaikan dengan klik vote di bawah, terimakasih. Selamat membaca!

_______________________________________

"AKAN KUBUNUH SEMUA NAGA SEPERTI MEREKA MEMBUNUH SELURUH KELUARGAKU!!!"

Seorang pemuda, entah siapa, mengarahkan magic wand di tangannya kepada kami, sambil meneriakkan hal-hal yang aku tidak mengerti.

***

15 tahun yang lalu, lahirlah seorang anak laki-laki di sebuah keluarga bangsawan kelas bawah, di wilayah Kerajaan Goliath yang menguasai seluruh bagian Utara planet ini. Anak itu tumbuh dengan damai dan bahagia, serba berkecukupan, dan kedua orangtuanya sangat menyayanginya. Dari kecil, memang anak ini terlihat sangat berbakat dalam magic.

Saat masih balita, dia sudah mampu mengeluarkan magic tingkat dasar seluruh elemen natural dengan sempurna, dimana orang biasa baru bisa mengeluarkan magic di usia sekitar 9 hingga 11 tahun, itupun setelah belajar magic selama setahun, dan hanya terfokus di satu elemen saja.

Di usia 10 tahun, dia sudah mampu menghabisi segerombolan Orc, sendirian. Dan di usianya saat ini, 15 tahun, dia sudah memiliki kekuatan setara petualang plat Diamond, tanpa ada yang melatihnya secara khusus. Sekilas, memang dia hanya terlihat seperti manusia biasa yang mempunyai bakat spesial dalam magic.

Tapi yang tak diketahui semua orang, bahkan sampai saat ini adalah, dia, Alexander Zardona, adalah seorang reinkarnator yang diberi blessing oleh Dewi Gaea. Dan dia masih memiliki memori dari kehidupannya yang lalu. Blessing yang membuatnya memiliki bakat spesial dalam natural magic adalah, Soul of Great Archmage. Membuatnya memiliki afinitas yang tinggi terhadap magic dari elemen natural yaitu air, api, tanah, dan angin. Juga memiliki kapasitas mana yang sangat banyak. Sehari-harinya, dia dipanggil dengan Alex.

Hingga pada suatu hari...

"Alex, sayang sekali kamu tidak bisa ikut ke undangan acaranya Walikota Dranz karena kamu sedang dalam masa ujian kelulusan akademi magic ya Nak..."

"Tidak apa-apa, Bu. Ibu, Ayah, dan Cindy tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diriku, aku kan kuat, hehehe..."

"Hahaha... Dasar kamu... Baiklah, kalau begitu, kami pergi dulu ya..."

"Jangan bawa perempuan ke rumah kalau kamu belum siap menikahinya!"

"Wa-! Ayah jangan bercanda seperti itu ah!"

"Hahahaha... Tapi, kalau di penginapan, terserah kamu saja, Lex." Kata Ayahnya sambil berbisik di telinga Alex.

"Ayah pasti mengajari Alex yang tidak baik lagi..."

"Udaaah kalian pergi saja sanaaa!" Teriak Alex dengan wajah memerah.

"Selamat tinggal, Anakku. Kami pergi dulu ya... Mau titip oleh-oleh apa?"

"Titip tolong Ayah dijaga baik-baik ya Bu! Hahaha..."

"Dasar anak tidak sopan! Hahaha..."

"Dadah Kak Alex~"

Satu hal yang diketahui Alex di kemudian hari, bahwa perpisahan di hari itu adalah perpisahan mereka untuk selamanya. Alex tidak akan bisa lagi bertemu Ibu, Ayah, dan Cindy, adik perempuannya yang masih berumur 10 tahun.

Karena sebulan kemudian, sesampainya di Kota Dranz, pada hari kedua mereka berada di sana, terjadilah tragedi serangan dari segerombolan naga. Dan seluruh keluarga Zardona selain Alex, meninggal dunia dalam tragedi itu. Bahkan, jasad mereka hangus dan hampir tak dapat dikenali lagi.

Dan yang lebih miris lagi, Alex baru mendapatkan berita ini setelah sebulan kemudian karena jarak tempuh antara tempat tinggalnya dan Kota Dranz memakan waktu sebulan perjalanan darat. Alex langsung menyusul ke Kota Dranz, dengan membawa dendam yang mendalam terhadap makhluk penyebab kematian seluruh anggota keluarganya, yaitu NAGA.

Tidak lama setelah di sampai di Kota Dranz, menemui Walikota untuk meminta informasi dimana keluarganya dikebumikan, kemudian langsung pergi berziarah ke kuburan keluarganya. Dia menangis sejadi-jadinya, dan Walikota yang menemaninya berusaha menenangkan Alex. Tapi Alex meminta agar Walikota dan seluruh ajudannya untuk meninggalkannya sendiri di situ.

Setelah selama satu jam meratapi kuburan keluarganya, Alex menghapus air matanya, dan berikrar di dalam hatinya, bahwa seluruh hidupnya akan dipersembahkan untuk membunuh semua naga. Lalu dia kembali ke kota untuk mempersiapkan segala keperluannya, karena yang dia butuhkan untuk menenangkan jiwanya saat ini adalah, bermandikan darah naga. Dia harus memburu seluruh naga yang tersisa di dunia ini.

Dan di saat itulah dia berpapasan dengan seseorang yang mengenakan pakaian berwarna hitam-hitam dengan syal yang warnanya cukup mencolok. Tapi, bukan seseorang itu yang menyulut amarahnya, melainkan naga yang sedang bersama orang itu.

Naga. Sumber dari amarah di hatinya. Penyebab dari segala kesedihan di benaknya. Dan darahnya, adalah satu-satunya yang dapat meredakan semua amarah dan kesedihannya.

***

"Oi... Apa ini?"

"Berikan seluruh darah dari naga itu kepadaku!"

'Arka, kenapa dia marah sama Cimot?'

'Aku juga nggak tau. Cimot, hati-hati.'

'Okay...'

"Semua naga harus mati! Charged Fire Bolt....."

Eh... Dia mengumpulkan energi api yang cukup besar di ujung magic wand miliknya, seperti magic staff atau tongkat sihir, tapi ukurannya kecil mirip tongkat sihir di film Ha*ry Po*ter. Setiap detiknya, energi api tersebut menjadi semakin besar.

Kalau seperti ini, semua kemungkinan hanya bermuara pada satu kesimpulan. Battle. Dan aku tidak bisa membahayakan penduduk sipil di sini. Pikiran anak ini sudah tidak logis dan tidak rasional lagi, menggunakan magic sekuat itu di tempat seperti ini.

Di sini sangat ramai, jadi aku harus membawanya ke tempat sepi sebelum dia melepaskan bola api yang ada di ujung magic wand-nya.

Dimana ya... Oh, aku akan membawanya ke lokasi yang lumayan jauh dari kota saja. Di sana ada tanah lapang yang tak berpenduduk.

'Ayo cimot, kita lari!'

'Siaaapp!'

Bisa-bisanya Cimot menirukan Syla dengan menjawab 'siap' di saat-saat seperti ini.

"Berhenti! Jangan lari!" Bola api di tangannya langsung terurai ke udara sekitar dan dia mulai mengejar kami.

Dia pikir aku akan mematuhinya dengan berhenti berlari lalu diam saja dibakar bola api sebesar itu? Dasar bodoh.

Kami berdua berlari secepatnya, tapi tidak dengan kecepatan maximumku. Aku harus menjaga dia supaya tetap berada di belakangku. Jika kecepatan penuh kugunakan, dalam sekejap dia sudah tidak akan bisa menemukanku lagi, dan semua barang dagangan orang bisa berhamburan. Kalau dia sampai kehilangan diriku, dia pasti akan terus mencari kami, dan masalah ini akan terus berlanjut.

Setelah berlari selama sekitar setengah jam, kami sampai di tanah lapang yang tidak terlalu jauh dari kota, tapi tidak terlalu dekat. Tidak ada orang lain di sekitar kami. Di sini, aku bebas, dan dia juga bebas. Jujur, aku penasaran dengan kekuatannya. Bahkan Fire Bolt miliknya saja bisa sebesar itu. Dibandingkan Fire Bolt milikku yang hanya sebesar api korek, miris.

Karena aku sampai duluan, dan dia masih terlihat agak jauh, kukeluarkan dulu rokokku dan kubakar. Kuhirup dulu untuk relaksasi. Satu menit kemudian, dia sampai di hadapanku.

"Hah.. hah.. hah.. kurang ajar.. kalian.. cepat sekali..." Kata bocah itu sambil terengah-engah.

"Fuuu hahhh... Ambil nafas dulu, kalau sudah, beritahu kami apa masalahmu? Kenapa kau mau membunuh nagaku?"

"Fire Bolt! Fire Bolt! Fire Bolt!"

"WA-! Hup! Heyah! Hah!"

Aku kaget dan refleks langsung mencabut Kuroshi. Tiga Fire Bolt beruntun ditembakkannya ke arah Cimot tanpa peringatan, dan langsung kutebas menggunakan Kuroshi sehingga bola api tersebut hancur menjadi percikan-percikan api kecil yang tak berarti sebelum mengenai Cimot. Beberapa percikan yang lumayan panas tetap masih mengenai Cimot, namun bukan masalah karena Cimot memiliki sedikit kekebalan terhadap api.

"Eh!? Siapa kau!?"

"Anjay... Nggak sopan ini bocah. Harusnya aku yang nanya, kau siapa? Kenapa datang-datang langsung ngamuk?"

"Akan kubunuh naga itu! Tempest!"

*Bzzzzttt*

"Kerrrrr..." Cimot bersuara menahan sakit karena terkena magic listrik dari bocah ingusan ini.

"Cimo- HEY!!!"

Melihat Cimot seperti itu, seketika emosiku meledak. Bagaimana rasanya jika anak sendiri yang dijaga dan dirawat sejak baru lahir, tiba-tiba dilukai orang yang tidak dikenal. Untungnya, Cimot merupakan seekor naga, walaupun masih bayi. Dia memiliki ketahanan fisik yang luar biasa sejak baru menetas, kalau kita bandingkan dengan manusia.

'Arka, Cimot nggak apa-apa kok. Cuman kayak 'zzzt' aja dikit.'

"Syukurlah... HEY KAU! KAU AKAN MENYESAL SUDAH MELUKAI NAGAKU!"

"DIAM KAU!!! KUBUNUH NAGA ITU!!!"

Teriakanku dibalas dengan teriakan yang lebih keras.

"Wind Jump!"

"Ha-"

"Blizzard!"

Seketika udara di sekitar kami terasa dingin. Udara di sekitar bocah itu seperti dipenuhi dengan serpihan-serpihan es tajam yang berputar-putar mengelilingi tubuhnya. Tak lama, semua serpihan es itu melesat dengan cepat ke arah kami. Kurang ajar, dia menggunakan kombinasi magic angin dan es untuk bertahan sekaligus menyerang!

"Cimot! Hupp!"

Kuangkat Cimot dengan kedua tanganku, lalu dengan kecepatan maksimal, aku berlari untuk keluar dari AoE (Area of Effect) magic es yang ditembakkan bocah tadi.

"Hahh!"

Aku memfokuskan tenaga di kaki kananku sambil berlari, lalu kuhentakkan kaki kananku ke tanah agar kami melompat dengan cepat keluar dari AoE, karena jika hanya berlari, pasti kami tidak akan bisa keluar dari AoE Blizzard tanpa terluka. Bocah ini lebih kuat dari perkiraanku!

Setelah keluar dari AoE Blizzard, aku langsung melompat lagi menjauhinya, menjaga jarak. Hingga berjarak sekitar 100 meter, aku berhenti dan meletakkan Cimot di tanah. Aku bisa saja mengalahkannya saat ini, tapi aku tidak mau mengambil resiko melukai Cimot karena magic liar yang lepas kendali akibat pertarungan kami.

Kemudian, kuputuskan untuk mengeluarkan Darkness Grip. Jarak kami 100 meter, mengapa kukeluarkan Darkness Grip yang hanya bisa menjangkau 10 meter? Simple. Bukan untuk menyerang, tapi untuk melindungi Cimot.

Dengan Darkness Grip, kuarahkan kabut hitam spiral itu untuk mengelilingi Cimot, melingkarinya dan membentuk bola hitam dengan Cimot berada di dalamnya. Lalu, langsung kuaktifkan Darkness Creation, lantas bola hitam itu menjadi keras dan kokoh, sebagai pelindung yang sangat kuat untuk melindungi Cimot dari serangan fisik maupun serangan magic, dari segala arah. Bentuknya yang aerodinamis memiliki efek membelokkan serangan ke arahnya.

'Cimot, tunggu di dalam situ dulu ya'

'Iyaa! Makasih, Arka! Hehehe...'

Masih bisa tertawa. Naga kecil ini...

"Hey bocah! Lawan aku dulu, baru kau bisa menyentuh naga itu!" Aku berkata sambil melompat 50 meter ke arah bocah itu, membuatku berada di tengah-tengah antara Cimot dan Si Bocah.

"Tempest! Ice Javelin! Hell Fire! Rock Fall!"

*Bzzztt* *fyuusssh* *bwooozzzzhh* *fuuuung*

Sambil melayang di udara menggunakan magic angin, dia menembakkan segala magic yang terlintas di pikirannya. Tapi aku yakin 1000% bahwa dark magic-ku yang melindungi Cimot, dapat dengan mudah menahan semua magic dari bocah itu.

"Darkness Creation... Kuroshi Darkness Illusion."

Dengan cepat, Kuroshi berubah jadi pedang yang sangat panjang dan besar. Ukuran panjangnya mencapai 5 meter. Proses pada Darkness Creation-ku semakin lama semakin cepat. Kali ini hanya butuh sekitar lima detik hingga Kuroshi Darkness Illusion terbentuk dengan sempurna. Mungkin karena sebelumnya sudah beberapa kali kugunakan, jadi menimbulkan efek seperti menghafal.

Bocah itu hanya fokus menyerang tanpa henti ke arah Cimot. Aku yang tadi sudah emosi, melihatnya menyerang Cimot secara membabi buta itu membuatku semakin marah. Tapi masih dalam taraf yang bisa kutahan. Jadi kutahan dulu sambil melihat sampai dimana kekuatannya. Karena aku tahu, dengan kudiamkan saja di saat dia tidak mampu menembus pertahanan bola hitam buatanku, pasti dia sakit hati.

"Dragon Thunder!!! Phoenix Flame!!! Sylph Tornado!!! Meteor Shower!!! Glacier Collapse!!! Sand Storm!!! Crimson Fire!!!"

"..."

Aku menyaksikan ekspresinya seperti sedang sangat kesal, sangat emosional, dari jarak 50 meter. Magic yang dikeluarkannya benar-benar tak beraturan, tak ada strategi, namun sangat kuat. Semakin lama, semakin kuat. Tapi aku bisa memastikan bola hitam yang menyelubungi Cimot tidak lecet sedikitpun.

'Arkaaa... Di luar itu bunyi apa ya?

Berisik banget...'

'Hahaha... Nggak apa-apa kok, Cimot... Bocah gila yang tadi makin gila.'

Setelah beberapa menit kutunggu, bocah itu akhirnya berhenti menyerang Cimot. Namun...

"KAU!!! JANGAN HALANGI AKU!!! DRAGON THUNDER!!!"

"Hupp!"

*BBZZZZTTT* *DHUAAARRR*

"Hoi! Kau gila ya? Kalau itu orang lain, mungkin dia sudah meninggal kau buat!"

***

Alex begitu marah. Awalnya, dia hanya marah karena keluarganya dibunuh oleh naga. Namun sekarang, dia bertambah marah karena keinginannya untuk membunuh naga di hadapannya malah dihalang-halangi.

Dan yang membuatnya lebih kesal lagi, magic-nya tidak bisa menembus pertahanan yang diberikan orang itu kepada naganya. Dia kemudian menembakkan magic tercepatnya, magic elemen angin tingkat tinggi, Dragon Thunder.

Tapi ternyata dapat dengan mudah dihindari oleh musuhnya. Target serangannya, seorang pria berpakaian serba hitam, seperti menari-nari di taman bunga -bunga dari ledakan akibat serangan magic Alex- dia menghindari setiap serangan magic dari Alex dengan kelincahannya yang tidak masuk di akal sehat Alex.

"Berhenti melakukan ini atau kau akan menyesal, Bocah!"

Mendengar perkataan orang itu, amarah Alex semakin memuncak hingga ke ubun-ubunnya. Seperti seluruh darah yang ada di tubuhnya mengalir deras ke kepalanya hingga kepalanya terasa mau meledak. Lalu Alex menurunkan ketinggian terbangnya agar lebih dekat dengan musuhnya, tapi masih dalam jarak aman.

"Fffuuuuuu..... CONTINUOUS FIRE BOLT!!!" Dia meneriakkan salah satu magic terkuatnya setelah menghirup udara dalam-dalam.

Fire Bolt berukuran standar ditembakkan dari tongkat sihir kecilnya, ke arah musuhnya.

*Zzzzap* *Boom*

Fire Bolt itu ditebas dengan mudah oleh musuhnya. Terbuat dari apa pedang itu, pikirnya. Tapi yang membuat Fire Bolt milik Alex berbeda dari Fire Bolt pada umumnya adalah, frekuensi keluarnya. Skill unik yang diandalkan Alex ini, dapat menembakkan Fire Bolt dengan frekuensi yang sangat tinggi, hingga lima kali per detik. Padahal, guru besar di akademi magic saja maksimal hanya bisa mengeluarkan satu Fire Bolt setiap detik.

Fire Bolt memang magic elemen api tingkat bawah. Tapi dengan frekuensi setinggi itu, damage total yang bisa dihasilkannya menjadi jauh lebih besar.

*Boom boom boom boom boom boom boom boom boom ~~~*

Dengan begini, sehebat apapun musuhnya, tetap saja setiap tiga Fire Bolt yang ditembakkan ke musuhnya, salah satunya akan mengenai target. Musuhnya tampak kuwalahan berusaha menebas Fire Bolt yang ditembakkan Alex. Dalam durasi beberapa detik saja, lokasi tempat musuhnya berdiri tadi sudah dipenuhi dengan ledakan dan api yang semakin dan semakin bertambah besar akibat Fire Bolt non stop yang ditembakkan Alex.

*Brruuufff*

Dari dalam keindahan bunga raksasa yang terbentuk dari ledakan puluhan Fire Bolt, tampak sekelebat sosok hitam bergerak cepat keluar dari ledakan itu. Wajahnya terlihat kotor karena semua ledakan itu. Dia berlari dengan sangat cepat mendekati Alex. Alex tidak tinggal diam. Alex masih terus menembakkan puluhan Fire Bolt sambil menjauh dari musuhnya menggunakan magic Wind Jump yang telah dimodifikasi.

Normalnya, Wind Jump hanya muncul sesaat saja untuk men-support lompatan seseorang agar menjadi lebih tinggi. Tapi oleh Alex, magic elemen angin itu dibuatnya menjadi permanen, sehingga menyebabkan Alex menjadi bisa melayang di udara.

*Boom boom boom boom boom ~ *

Musuhnya masih berusaha mendekat ke Alex, sambil berlari zigzag diselingi lompatan-lompatan kecil agar terhindar dari tembakan Continuous Fire Bolt Alex. Alex tidak menunjukkan ekspresi tenang ataupun marah. Ekspresi Alex saat ini adalah bingung dan panik. Kenapa Alex bisa panik? Padahal dia berada tinggi di udara sambil menembaki musuhnya dengan sesuka hati.

"Bocah! Ini kesempatan terakhirmu untuk berhenti dan meminta maaf!"

Yang membuat Alex menjadi bingung dan panik adalah musuhnya sendiri. Menurut Alex, musuhnya merupakan Magic Swordsman. Tapi, normalnya Magic Swordsman tidak memiliki kecepatan yang di luar logika seperti itu. Alex sudah terbang dengan kecepatan maksimal, tapi musuhnya tetap bisa mendekatinya terus.

Selama 15 tahun dia hidup di dunia ini semenjak direinkarnasikan, baru kali ini Alex merasakan bahwa blessing yang dimilikinya terlihat begitu lemah tidak berguna. Seperti seekor tikus di hadapan singa. Sebanyak apapun mana yang dimilikinya, sekuat apapun magic yang ditembakkannya, terlihat musuhnya masih bisa menghindar dengan tenang dan masih tersenyum keji.

"UGH...! CONTINUOUS LIGHTNING BOLT!!!"

Alex mengganti magic yang digunakannya. Kali ini magic yang memiliki kecepatan sangat tinggi, hampir instan, ditembakkan ke arah pria berpakaian hitam. Musuhnya berlari zigzag, listrik yang ditembakkan Alex menghancurkan apapun yang ditabraknya. Batu, tanah, pohon, semua hancur terkena sambaran listrik dari magic wand Alex, kecuali targetnya.

Magic wand milik Alex merupakan hadiah ulang tahunnya yang ke 15 dari orangtuanya, yang mendukung anaknya karena mengetahui bahwa anaknya memiliki bakat magic yang sangat luar biasa, koin emas dalam jumlah besar pun rela mereka tukarkan dengan magic wand itu.

Magic wand yang satu itu termasuk kategori magic wand kelas atas, yang menggunakan batu permata Sapphire dengan efek meningkatkan kekuatan magic 3 kali lipat. Dengan magic power Alex yang sudah sangat tinggi, seharusnya dia bisa dengan mudah menghancurkan musuh di hadapannya. Tapi faktanya?

"Jadi itu jawabanmu, Bocah!?"

Keringat dingin mengucur di dahi Alex. Entah dari kelelahan akibat menggunakan terlalu banyak magic atau rasa cemas dan takut, keringat dingin terus mengucur, sesekali membuat perih matanya dan menghalangi pandangannya. Tapi dia terus menembakkan listrik. Diarahkan dengan cepat, ke kanan, kiri, maju mundur, mengikuti pergerakan musuhnya. Tapi percuma. Musuhnya sangat lincah, terlalu lincah, dan pergerakannya tidak dapat diprediksi.

"Bersiaplah!"

*Bhuuuffffff*

Alex panik! Tiba-tiba musuhnya melompat sangat tinggi, ke arahnya! Tiba-tiba putaran waktu serasa melambat, seperti semuanya bergerak dalam slow motion. Sosok pria berpakaian serba hitam kelam, warna hitam yang tidak terpengaruh jilatan cahaya matahari yang sangat cerah di siang itu, mengayunkan pedang hitamnya yang sangat panjang ke arah badan Alex! Alex harus merespon dengan cepat!

"Wind Dash!"

Beberapa saat sebelum pedang panjang itu mengenai perutnya dari arah diagonal depan-bawahnya, Alex sudah lebih dulu melepaskan magic elemen angin yang membuat tubuhnya terdorong mundur dengan cepat oleh angin yang sangat kencang. Tubuh Alex berhasil menghindar dari tebasan maut sang malaikat pencabut nyawa, dengan jarak setipis helai rambut antara perutnya dan ujung pedang hitam musuhnya.

*Wuuuussss* *whiiiing*

Alex selamat dari tebasan pedang musuhnya yang sangat cepat itu! Dan di saat Alex melihat wajah musuhnya, dia melihat sedikit senyuman tersungging di wajah itu. Bukan senyuman ramah, tapi senyuman dengan hasrat ingin membunuh!

"Blizzard!!!"

Alex mengeluarkan Blizzard di saat efek Wind Dash masih ada. Sulit menghindari magic AoE dari jarak sedekat ini, apalagi musuhnya hanya melompat, dan momentum lompatannya tidak dapat diubah sendiri olehnya. Musuhnya juga tidak memiliki tameng untuk melindungi dirinya, apalagi sayap untuk bergerak menghindar.

Serpihan-serpihan es tajam melesat dengan cepat ke tubuh pria berpakaian hitam itu. Merobek baju dan celana hitam yang dikenakannya menjadi potongan-potongan kain perca tak berbentuk. Menyayat kulit dan daging musuhnya sehingga darahnya bercipratan di udara.

Itu yang seharusnya terjadi. Namun, yang tak diduga oleh Alex sebelumnya, musuhnya mengeluarkan sesuatu seperti kabut terkondensasi berwarna hitam pekat dan berbentuk seperti tornado dari tangan kirinya, bergerak cepat menghalangi vektor Blizzard yang dikeluarkan Alex sehingga tak ada satupun serpihan es tajam yang mengenai tubuhnya.

"A-apa itu!?"

"Hehe..." Musuhnya tertawa pelan sambil turun ke tanah lagi, sepertinya gaya dorongan lompatannya sudah kalah dengan gaya gravitasi.

Alex memanfaatkan kesempatan ini dengan membombardir musuhnya menggunakan skill magic terkuatnya.

"Sylph Tornado!!!"

*Sssshhhhhuuuuu*

Pria berpakaian hitam itu mengayunkan pedang besarnya dengan tenang.

*Fahhh*

Memecah magic tornado yang ditembakkan oleh Alex seakan-akan tornado itu hanya tiupan angin sepoi-sepoi. Namun alex tak berhenti di situ. Sebelum musuhnya mendarat di tanah, dikeluarkannya magic tingkat tinggi yang lain.

"Phoenix Flame!!!"

Dari magic wand di tangannya, terkumpul energi magic yang sangat padat, panas berpijar, dan sesaat kemudian, berubah menjadi seekor burung api dengan bentangan sayap sekitar 5 meter. Burung api itu terbang menukik tajam dengan kecepatan tinggi ke arah seorang pria yang berpakaian serba hitam, dimana ia sedang terjun bebas menuju daratan.

*Whhoooozzzzhhh*

"HA!!!"

Alex berteriak setelah akhirnya bisa melihat magicnya berhasil mengenai pria itu. Burung api dari magic-nya berhasil menjepit tubuh mangsanya dengan sesuatu yang terlihat seperti paruhnya, lalu terus mendorongnya dengan sangat cepat ke daratan.

*Blegaaaarrrr*

Pria berbaju hitam itu menghantam daratan dengan keras, membuat tanah di sekitar lokasi benturannya menjadi berhamburan dengan debu tebal yang menutupi pandangan. Burung api tersebut meledak sesaat setelah terjadi benturan, membumihanguskan area dimana benturan keras tadi terjadi.

"Hahh... Hah... Hahh... Hahh... Heheh... Mampus kau... Hahhh..."

Setelah satu menit kemudian, debu dan asap yang tadinya menutupi pandangan sudah mulai menipis, sebagian tertiup angin. Alex, yang masih melayang di udara dengan skill Wind Jump yang sudah dimodifikasi, tersenyum puas melihat kehancuran di bawahnya. Samar-samar dari kejauhan mulai terlihat tubuh seorang pria yang terbalut aura kegelapan tipis sedang terbaring dengan posisi tangan terbentang dan kaki lurus terbuka, tanpa ada pergerakan.

Sekitar satu menit, Alex hanya menatap ke kawah berukuran diameter sekitar 20 meter di bawahnya. Senyuman masih terlukis di wajahnya. Namun, sebelum dia sempat mengembalikan perhatiannya kepada bola hitam dimana naga yang diincar sebelumnya berada, pria berbaju hitam itu bersuara...

"Hei! Magic power-mu lumayan kuat sampai bisa membuat kulitku terkena luka bakar derajat satu!"

"Apa!? Bagaimana bisa!? Siapa kau sebenarnya!?!?"

Tidak ada satupun jawaban dari pertanyaan Alex. Alex masih waspada, dia masih sangat berhati-hati memperhatikan kawah yang masih terbakar di bawahnya.

***

Bocah ini, memiliki magic power yang lumayan kuat. Umurnya paling hanya sekitar 14 atau 15 tahun saja. Untuk umur segitu, dia luar biasa. Memang, aku sengaja mau menguji sekuat apa magic powernya di hadapan magic power 'max' milikku. Melihat hasilnya, bahkan aku sendiri terkejut. Sampai dia bisa membuat kulitku mengalami luka bakar derajat satu.

Padahal, aku sudah menggunakan Darkness Enhancement sehingga meningkatkan magic defense-ku sekitar 1.000 poin dan physical defense sebesar 1.000 poin. Poin sebanyak itu, walaupun aku telanjang, hanya dilapisi dengan aura dark magic tipis di sekujur tubuhku, maka defense-ku jauh lebih kuat daripada defense pada armor yang dikenakan petualang plat Diamond pada umumnya.

Mungkin karena radiasi panasnya itu di luar dari serangannya, hanya berupa efek samping saja. Seperti kulit yang terbakar matahari. Matahari bukan serangan fisik maupun magic, tapi radiasi panasnya dapat menyebabkan kulit jadi terbakar. Entahlah, sebenarnya aku kurang paham tentang masalah magic dan magic defense serta implementasi aktulnya.

Dan sekarang, Lucifer Mode-ku sudah terbentuk sempurna. Kuroshi Darkness Illusion yang sebelumnya sudah kutumpulkan untuk memukulnya tanpa membunuhnya, walaupun ujung-ujungnya tidak kena, kini kukembalikan ke ukuran normal, dan kumasukkan ke dalam sarungnya.

Sebenarnya aku bisa mengalahkannya dengan mudah, tapi karena dia bisa bermanuver dengan bebas di udara, sangat sulit untuk menjangkaunya hanya dengan lompatan-lompatan. Dan sekarang...

Saatnya pembalasan.

*Dhuuuuussssss*

Aku melesat ke udara dengan dorongan dari keempat sayap pada exoskeleton-ku. Dalam sekejap, aku sudah berada 1 meter di hadapannya. Dan bocah ini, tentu saja dia syok dan seluruh darah di wajahnya seakan-akan diperas dan dikuras habis, wajahnya terlihat pucat pasi.

"Ap-!"

"Hai. Kayaknya batas kekuatanmu cuman sampai di situ ya. Kalo gitu, masih terlalu pagi..."

*Bhuggg*

"Khhokk!"

Lebih cepat dari kilatan petir, kupukulkan kepalan tanganku ke perutnya. Aku tak peduli apakah usus di dalam perutnya menjadi berantakan atau malah menjadi lebur. Dia langsung membungkuk dan tidak mampu lagi untuk mengontrol magic elemen angin yang membuatnya dapat melayang di udara sejak tadi.

"Itu karena kau sudah kurang ajar, berani menyakiti nagaku."

Karena dia terlihat akan jatuh, kucengkram kerah bajunya di bagian depan dengan tangan kiriku agar dia tidak jatuh. Kepalanya menengadah setelah kutarik kerahnya.

"Ini karena kau membahayakan penduduk sipil di tengah pusat perdagangan tadi..."

*Dhagg dhagg*

"Khu-hakkk!"

Kupukul ke arah costae 6-7 sinistra sebanyak dua kali. Pelan saja. Setidaknya, pelan bagiku. Mungkin ada costae yang patah karena dia memang lemah. Dan dia tampak seperti sulit bernafas karena nyeri.

"Dan ini... Karena sudah merepotkanku."

*Cetaak*

"Ghaak!"

Aku sentil jidatnya dengan cukup kuat hingga menghasilkan bunyi yang lumayan keras. Kulit di jidat yang kusentil juga robek dan berdarah. Mage memang memiliki fisik yang lemah ya. Untung aku sedikit berbeda hahaha...

Kesadarannya mulai menurun. Mungkin karena ada sedikit cerebral concussion akibat sentilan di jidatnya. Hei hei... Kau tidak boleh pingsan dulu...

*Plak plak plak plak*

"Bangun bangun! Jangan pingsan dulu!"

Kedua pipinya kutampar secara bergantian. Aneh, kenapa bibir dan hidungnya jadi berdarah-darah seperti itu, padahal hanya kutampar pelan. Menurutku itu pelan.

"Bffgrrrffbbbrrrhh..."

Sepertinya dia berusaha mengatakan sesuatu. Tapi dia kesulitan berbicara. Bisa jadi karena tamparanku barusan membuatnya jadi berkumur darah. Eh, dia meludahkan satu giginya yang patah. Gigi incisivus sepertinya. Hahaha dia akan mengingat ini selamanya setiap kali tersenyum di cermin.

*Klotak* kujitak parietal-nya sambil menurunkan altitude.

"Makanya..."

*Klotak* kujitak lagi parietalnya, masih menurunkan ketinggian terbang.

"Jangan kurang ajar sama orang yang tidak kau kenal..."

*Klotak* lagi, kujitak parietalnya, dan kali ini sudah sampai daratan.

"Ini akibatnya..."

*Plak plak plak plak*

"Dengar ini baik-baik. Siapapun kau, jika kau melukai orang-orang yang kusayangi, termasuk nagaku, maka kau akan menjadi bangkai."

Kututup dengan tamparan pelan lagi. Setelah tamparan terakhir, lehernya terkulai lemas. Kuperiksa arteri carotisnya, masih ada denyut nadi yang kuat dan stabil. Nafasnya memang sedikit cepat tapi masih dalam batas aman, sepertinya. Intinya, masih hidup, hanya pingsan. No problem.

"Huh..." Sambil kulempar dia ke samping.

*Brukk* bocah itu terkapar di tanah menghadap ke samping, hampir seperti posisi recovery.

"Hmhm... Aku memang memiliki bakat alami sebagai calon dokter."

Kutinggalkan dia terkapar di sana, lalu melangkah ke lokasi bola hitam yang melindungi Cimot. Setelah sampai, kulenyapkan Dark Creation yang menyelubungi Cimot.

'Arkaaaa~'

"Aw aw pelan-pelan aw!"

Cimot langsung melompat ke badanku lalu memanjat kepalaku, dan bersantai di atasnya.

"Beneran kan Cimot nggak apa-apa?"

'Iya! Kan Cimot udah bilang, cuman rasanya kayak *zzzt* aja! Hehehe...'

"Baguslah. Bocah kurang ajar tadi udah kunasehatin baik-baik. Kayaknya dia udah ngerti dan nggak akan ngulangin kesalahannya lagi. Sekarang dia sedang istirahat tiduran di sana."

'Ooo... Okay!'

"Yuk balik."

'Ayuk, Arkaa!'

Kami berdua kembali ke kota dan segera menuju penginapan. Sampai di penginapan aku akan meminum HP Potion. Untuk luka bakar derajat satu, pasti langsung sembuh dengan HP Potion. Bocah itu kubaringkan di pinggir jalan, biar diangkut oleh orang yang lewat nanti.

***

"Syukurlah udah mulai muncul misi-misi yang seperti biasa di guild, bukan cuman misi perbaikan dan pembangunan kota aja."

"Iya, Ren. Udah dua bulan juga, dan kondisi perbaikan kota ini udah 90% kayaknya."

"Berarti kita bisa mulai ngambil misi untuk meningkatkan tingkatan plat kita ya Syl..."

"Bener, Ren! Dan kayaknya, Cimot udah bisa diajak ikut juga kalo cuman misi Copper kayaknya nggak akan ngebahayain Cimot. Yaa kalo Cimot capek, kita suruh Arka aja yang gendong hahaha..."

"Hihihi... Bener juga ya... Kalau cuman kita berdua gini, nggak ada Arka, rasanya seperti ada yang kurang."

"Iya... Aaah, kata-kata Ren bikin aku jadi kangen sama Arka...

Kedua gadis yang cantik dan menawan itu sedang dalam perjalanan pulang dari misi membunuh kawanan Orc yang meresahkan salah satu desa di sekitar Kota Dranz. Gerobak Syla berisi potongan daun telinga yang diambil dari mayat Orc yang telah mereka bunuh. Selain itu juga ada beberapa magic crystal ukuran kecil yang dikumpulkan oleh Ren.

"Syl... Itu mayat orang?"

"Hm? Eh, iya ya? Mayat apa bukan ya? Kok tergeletak di pinggir jalan?"

Mereka berdua langsung berlari menghampiri manusia yang tergeletak di pinggir jalan itu. Syla menggoyang-goyangkan tubuh pria itu, tapi tidak ada respon. Dia masih bernafas. Hanya saja, wajahnya babak belur. Mulut, hidung, dan telinganya mengeluarkan darah. Kepalanya benjol-benjol, kelopak mata bengkak membiru, bibir juga bengkak membiru, pipinya merah gelap. Jidatnya mengalami luka robek kecil.

"Ren ren, ini masih hidup! Kayaknya korban sergapan bandit deh!"

"Bisa jadi, Syl. Tapi anehnya, kantong uang milik orang ini kenapa tidak diambil ya?"

"Eh, iya! Ini juga, magic wand ini kayaknya mahal deh. Kalo dia korban perampokan bandit, pasti barang-barang berharganya udah diambil."

"Ya sudah, coba kita kasih HP Potion dulu, Syl. Ini." Kata Ren sambil menyerahkan HP Potion kepada Syla yang berada di samping lelaki yang pingsan itu.

Syla membuka mulut lelaki yang babak belur itu, lalu menuangkan HP Potion ke mulut orang itu. Korban babak belur itu menelannya dengan perlahan. Dan tidak lama, sesikit demi sedikit, matanya terbuka.

"A-ahhh... Aku... Sepertinya aku sudah di surga..."

"Dia bangun, Ren!"

"Tuan, siapa namamu?"

"Wahh cantiknya... Kalian... Pasti bidadari yang menemaniku di surga ini..."

"Sayang sekali, tapi Tuan masih hidup. Dan dunia ini, masih jauh dari surga."

"Tapi, kalian berdua... Sangat cantik... Seperti bidadari..."

"Syl, ayo kita naikkan ke gerobakku, nanti kita bawa ke gedung Gaean untuk mendapatkan heal di sana. Ada kemungkinan dia gegar otak, bicaranya nggak jelas."

"Yuk. Ren angkat kedua kakinya. Aku angkat bahu dan kepalanya. Satu, dua, tiga, angkat!"

"Uuhh..."

"Ugh!"

Singkat cerita, Syl dan Ren membawa orang itu ke gedung Gaean di Dranz dan meninggalkannya di sana untuk melaporkan misi mereka ke guild.

***

"Arkaaaaa~ Recharge tenagaku~"

"Walopun kutolak, kamu tetep bakal meluk aku kan..."

"Uggghhhh.... Khuuuhhhh capekku hilang rasanyaaa..."

Walaupun sikapku sok cool, tapi di dalam hati, aku sangat menikmati pelukan Syla. Dua buah payudaranya yang besar itu mengganjal di antara dada kami. Semakin Syla mengeratkan pelukannya, payudaranya semakin kuat menekan ke dadaku.

Payudara Syla terasa sangat lembut dan hangat. Badanku seolah-olah tenggelam dalam pemandian kembang tujuh rupa, rasanya aku semakin lama semakin tenggelam ke dalam belahan dadanya yang tak memiliki dasar, ditemani aroma tubuhnya yang manis bercampur sedikit aroma keringat yang membuatku semakin ingin menghirupnya dalam-dalam. Sepertinya pelukan Syla mulai membuatku kecanduan!

"Arka, numpang nyender."

"Sini, Ren..."

Cimot yang merasa dicuekin, langsung bersuara, via telepati.

'Selamat datang Syla, Ren!'

"Eh?"

"Ha?"

"Hahaha... Itu suara Cimot..."

"Apa?? Cimot??"

"Ci-Cimot bisa bicara?!"

'Iyaa! Ini suara Cimot! Hehehe...'

"Waaaaa! Imutnyaaa suara Cimot!"

"Cimot bisa bicara... Suara Cimot cantik..."

'Hehehee...'

Demikian, malam ini kami berempat mengobrol hingga larut. Aku juga menyampaikan tentang niatku untuk meminta Syla dan Ren supaya memberikan nama kepada Cimot, yang keren tapi tetap cantik dan anggun.

Mereka berdua memutuskan untuk memikirkan nama baru Cimot besok, karena hari ini mereka sudah lelah. Mereka tidak mau dipusingkan dengan berpikir mencari nama. Karena nama ini sangat penting. Nama naga kesayangan mereka.

Selain itu, Ren dan Syla juga bercerita bagaimana mereka menemukan seorang pria yang babak belur tergeletak di pinggir jalan. Lalu mereka menolongnya dan pria itu sepertinya jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Ren dan Syla.

Oh, shit. Dari semua orang yang lewat sana, kenapa harus Syla dan Ren yang menolongnya? Bau-baunya ini seperti masalah baru. Hahhh... Aku hanya ingin hidup santai...

***

Entah karena apa, malam ini aku tidak bisa tidur. Kulihat Ren juga sepertinya sedang tidak bisa tidur. Dia hanya duduk di kursi yang terletak di depan jendela kamar, sambil melamun menghadap jendela yang berhiaskan sinar rembulan.

Di mataku saat itu, Ren tampak begitu jelita. Aura wanita dewasa yang cantik jelita terproyeksi di pandanganku. Cahaya rembulan yang jatuh menyinari wajahnya, membuatnya terlihat seperti seorang malaikat yang turun ke bumi untuk memberikan sejuta karunia bagi setiap insan yang ditemuinya.

Malam itu, kami berbicara banyak hal. Tentang masa lalunya yang kelam, tentang keluarganya yang kini telah tiada, tentang getirnya perjalanan hidup Ren sebelum ia menemukan kami, sambil menitikkan air mata. Dan di malam itu, Ren mengungkapkan seluruh perasaannya kepadaku, sebagai seorang wanita dewasa, kepada seorang pria dewasa. Matanya berkaca-kaca, memantulkan setitik cahaya bulan.

Tanpa berpikir panjang, kupeluk dia. Karena hatiku berkata bahwa pelukanku lah yang dapat menenangkan perasaannya saat ini. Ren pun membalas pelukanku serta membenamkan wajah cantiknya di dadaku. Entah setan apa yang merasuki pikiran kami, hal berikutnya yang kami sadari adalah, kami berdua sudah bercinta di bawah cahaya biru rembulan, di saat yang lain sedang tertidur pulas.

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

WARNING !!!

Berikutnya adalah chapter 18+.

Bagi yang berumur di bawah 18 tahun, silahkan skip ke chapter sesudahnya.

Melewatkan chapter 18+ tidak akan mengganggu jalan cerita.

Terimakasih sudah membaca!

Nama-nama penting di chapter ini:

- Alexander Zardona, Soul of Great Archmage.

- Kerajaan Goliath

- Kuroshi Darkness Illusion

Medical Terminology

Costae : rusuk.

Cerebral concussion : cedera otak ringan.

Incisivus : gigi seri.

Parietal : tulang di bagian atas kepala.

Arteri carotis : nadi di leher, pada sisi kanan dan kiri dari jakun.