"Yeee Sampeee!"
Kami berempat berjalan melintasi gerbang Kota Dranz yang sangat familiar ini, seperti gerbang masuk pekarangan rumah sendiri. Penjaga gerbang memeriksa plat petualang kami sebentar, lalu mengizinkan kami lewat.
Mereka sudah sering melihat kami karena sering keluar masuk gerbang selama dua bulan ini, untuk mengerjakan misi perbaikan pagar kota. Jadi, bisa dikatakan pemeriksaan itu hanya formalitas.
Kami melangkah menuju penginapan untuk segera beristirahat karena hari sudah malam. Tidak banyak yang terjadi malam itu.
Kami mandi, makan, lalu tidur. Dan kasur sempitku di penginapan ini sudah bukan milikku lagi sejak lama. Aku mulai berpikir untuk mencari rumah kontrakan saja daripada sempit-sempitan seperti ini. Tapi sebelum itu, kami harus menjadi petualang plat Silver dulu supaya bisa membayar uang sewanya tanpa memberatkan kami.
Sementara ini, aku nikmati saja kesederhanaan ini. Kami pun tertidur pulas tanpa ada banyak drama.
***
"Hah.. hah.. hah.. hah... Nafasku... Beratt... Hah..."
Aku tahu, setiap pagi memang nafasku selalu terasa berat karena ditindih dua gadis yang tidak tahu diri itu. Tapi kali ini, lebih berat lagi daripada yang pernah kurasakan selama ini.
Apa berat badan Syla dan Ren sudah bertambah ya? Hm? Jangan-jangan mereka hamil? Tapi, menurut pengetahuanku tentang hal seperti ini dari novel dan anime, biasanya kasus perkawinan antara dark elf dengan manusia atau manusia rubah dengan manusia itu, biasanya sangat sangat sangat sulit untuk bisa hamil karena ada sedikit perbedaan genetik.
Dan terakhir kali kugerayangi tubuh mereka, hehe, sepertinya tidak ada penambahan berat badan sampai seberat ini. Lantas, apa yang menyebabkan aku sampai sesak seperti ini?
"Tabir rahasia semesta, terbukalah di hadapanku." Ucapku sambil berbisik.
Kubuka selimutku, perlahan, agar tidak membangunkan dua gadis cantik yang sedang terlelap di kedua sisiku, dan membuka tabir di hadapanku.
"Eh?"
Tunggu, tunggu. Syla, rambutnya silver sedikit pink. Ren, coklat muda. Sejak kapan ada perempuan berambut merah di kamar ini? Kuntilanak?! Sundel bolong?!?!
'...Hm?'
"Eh?!"
Gadis kecil di hadapanku terbangun, lalu menatapku. Tak lama, kudengar suara telepati dari Ruby.
Ruby... Dimana naga itu? Kulihat ke tempat tidur khusus miliknya, tidak ada. Kulihat ke sekeliling kamar, bahkan tidak terlihat ujung ekornya.
'Arka, kenapa?' kata gadis kecil berambut merah yang sedang menindih perut dan dadaku ini, sambil bergerak mendekatkan wajahnya ke wajahku, sampai pada jarak dimana kami nyaris berciuman.
"EEEH !?!?"
"Uuu... Berisik Arkaa..."
"Arka... Kenapa..."
Mendengar teriakanku, Syla dan Ren terbangun. Mereka mengusap-usap mata, lalu...
"Heee!?"
"Si-siapa kamu!?"
Bukan hanya aku, tapi kami bertiga tanpa terkecuali, seperti baru saja disiram dengan seember air ditambah es batu, benar-benar terkejut melihat ada seorang gadis kecil berambut merah ikut tidur di kasur yang kami tempati.
"Aaa... Ahem... Aaaa..." Gadis kecil itu mengeluarkan suaranya yang sedikit serak, seperti sedang check sound.
Tak lama kemudian,
"Aaa! Aku Ruby! Ehehee..."
"""RUBY???"""
***
Pagi yang sangat cerah. Angin sepoi bertiup menggoyangkan dedaunan. Suara burung berkicau bagai nyanyian penyemangat di pagi hari. Aku, Ren, dan Syla duduk bertiga. Di hadapan kami, seorang (seekor?) gadis naga sedang duduk menghadap kami bertiga sambil cengengesan. Fitur yang masih tersisa dari wujud naganya hanyalah tanduk dan ekornya.
"Ruby, udah dari kapan kamu bisa berubah jadi kayak manusia gini?"
"Ruby baru bisa gini sejak kemaren kok! Hehee..."
"Ruby, bisa nggak berubah jadi naga lagi?" Syla bertanya dengan penasaran.
"Bisa! Gini nih! Uuhmmmmh! ..... Kraaarr!"
Seorang gadis berambut merah itu, melakukan transformasi dengan cepat. Sayap tumbuh dari punggungnya, lalu kulitnya yang putih bersih itu perlahan berubah menjadi sisik berwarna merah. Bentuk tengkoraknya, berubah memanjang dan perlahan-lahan kembali ke bentuk sebelumnya.
Lengan dan tungkainya yang sangat ramping dan terlihat rapuh itu, berubah membesar dan berotot. Yang tidak berubah, hanya ekor dan tanduknya.
"Waaaw! Ruby kereeeen!"
"Ruby hebat!"
"Ehehehee..."
Setelah kulihat lagi, ukuran tubuh naga kecil ini sudah bertambah besar dibanding kemaren. Dari seukuran kucing persia dewasa, kini sudah hampir sebesar tubuhku. Dalam semalam saja perubahannya bisa secepat ini.
Kalau diingat-ingat lagi, dua hari yang lalu, setiap Ruby membunuh Demon Mantis, muncul cahaya kuning di tubuhnya sesaat. Apa peristiwa hari ini berhubungan dengan yang kemarin? Sebelum itu, apa sebenarnya cahaya kuning yang bersinar di tubuh Ruby kemarin?
Seketika, aku terpikir untuk membuka status. Sudah lama memang aku tidak memeriksa statusku. Harapanku kali ini, semoga ada petunjuk baru tentang peristiwa perubahan pada fisik Ruby.
"Perlihatkan status."
******
Nama : Arkanava Kardia
Ras : Manusia
Kelas : Darkness Doctor (Hero)
Level : 70 (Copper)
Str : 72 +102
Int : 999 (Max) +25 +102
Dex : 70 +102
Agi : 69 +102
Vit : 71 +102
Blessings
1. Nyx's Blessing : Memiliki potensi dark magic yang sangat tinggi.
2. Multiverse Language : Dapat memahami dan berbicara dengan menggunakan semua bahasa yang ada di seluruh alam semesta.
3. Dark Heart : Kemampuan memanipulasi energi dark magic di dalam tubuh untuk menjadi apapun yang diinginkan.
4. Dark Alliance : Semua anggota party termasuk pemilik blessing ini dan pet-nya, mendapatkan tambahan seluruh status sebanyak 10% dari total magic power pemilik blessing.
Skills
1. Darkness Grip : Manipulasi dark magic untuk mencengkram target dari jarak hingga 10 meter.
2. Darkness Creation : Manipulasi dark magic untuk menciptakan sebuah benda.
3. Darkness Sense : Manipulasi dark magic untuk meneruskan panca indera pemiliknya.
4. Darkness Enhancement : Manipulasi dark magic menyelubungi seluruh tubuh dengan lapisan energi dark magic untuk meningkatkan Str, Agi, Dex, dan Vit sesuai dengan energi dark magic yang dimiliki.
5. Defective Natural Element Magic : Kemampuan natural magic yang rusak dan tak dapat dikembangkan.
6. Basic Swordplay - Katana
8. Advanced Medicine.
Pet
Nama : Ruby Cimot
Ras : Naga
Level : 11
Str : 32 +102
Int : 25 +5 +102
Dex : 24 +102
Agi : 27 +102
Vit : 31 +102
Skills :
1. Fire Breath : Menembakkan api dari mulut.
2. Human-Pet Transformation : Mengubah wujud dari naga berukuran kecil menjadi menyerupai manusia, dan sebaliknya.
3. Darkness Alliance (Pet).
******
"Hooo... Kayaknya aku mulai paham."
"Paham apanya, Ar?"
"Tentang kenapa Ruby bisa berubah ya?"
"Jadi, barusan aku liat statusku, nah ada tambahan di sana, info tentang Ruby."
"Gimana isinya?"
"Iya, jadi Ruby punya kekuatan untuk berubah bentuk jadi mirip manusia. Trus dia juga bisa nembakin api dari mulutnya. Ada tambahan juga dari dark magic-ku, makanya ruby kuat banget walopun masih kecil. Ruby sekarang level 11, kemungkinan levelnya naik karena dia bunuh lima ekor Demon Mantis waktu itu."
"Oh, skill 'Darkness Alliance (Party)' itu ya, Ar?"
"Oh ya, aku juga punya skill itu semenjak kita bikin party."
"Oh kalian ada tulisan (Party)-nya ya? Kalo Ruby tulisannya (Pet)."
Bicara tentang status, aku baru kali ini mengetahui pasti, bahwa Syla dan Ren juga bisa melihat status mereka sendiri. Sebelumnya aku memang tidak bertanya, dan tidak terlalu mempedulikannya juga.
Tapi, aku tidak dapat membuka status orang lain. Berarti, yang bisa melihat status itu hanya pemiliknya sendiri. Mungkin ada skill yang membuat orang bisa melihat status? Atau aku bisa menggunakan dark magic-ku untuk melihat status orang? Besok saja kucoba, kalau sudah tidak sibuk mencari nafkah.
"Ren, Syl, ngomong-ngomong, kalian level berapa sih?"
"Sekarang sih aku level 42, Ar."
"Ren level 39, levelku naik paling cepat itu waktu kasus serangan naga."
"Emang kamu level berapa, sayang?"
"Iya, aku belum tau levelnya Arka berapa?"
"Oh, 70."
"Wow!" Syla sambil tersenyum lebar dan memelukku. Dasar curi kesempatan.
"Eh, kok bisa setinggi itu, Arka?"
"Iya, dulu kan pas pertama ketemu Syla, aku ngebunuh Helvaran buat nyelametin dia."
"He-Helvaran yang itu?!"
"Emangnya yang punya nama Helvaran ada yang lain?"
"Ja-jadi, liontin bola mata Helvaran punya Syla itu-"
"Dikasih sama Arkaaa! Hihii..."
"Loh, jadi selama ini kamu belum tau, Ren?"
"... Belum. (Enaknya jadi istri pertama Arka...)"
Kalimat setelah kata 'belum' diucapkan dengan volume yang sangat kecil, sehingga tidak terdengar jelas olehku. Tapi aku tidak akan memperpanjang masalah ini. Aku kembali pada kasus Ruby sekarang.
"Jadi, soal Ruby, kemungkinan sih dia baru dapet skill berubah bentuk gini pas udah mencapai level segini. Dan ada kemungkinan juga kalo besok-besok Ruby bisa dapet skill baru lagi setelah naikin levelnya sampai batas tertentu. Tapi, aku belum yakin soal pertumbuhannya ukurannya ini gimana. "
"Tumben omonganmu masuk akal, Ar! Hahaha..."
"Sana jauh-jauh. Nggak usah peluk-peluk lagi."
"Diiih ngambekkk! Arka imut kalo lagi ngambek! Hihihi..."
"Apaan sih, sana sana."
"Hahaha..." Ren ikut menertawaiku.
"Ruby, coba balik lagi jadi bentuk manusia."
'Okaaay! Ummmmmh!"
Beberapa detik kemudian, Ruby sudah kembali ke bentuk menyerupai manusia. Tapi tanduknya masih ada, dan ekornya juga tidak lenyap. Di hadapanku, ada Transf*rmer versi darah dan daging.
Jika kita abaikan tanduk dan ekor naganya, Ruby adalah gadis kecil yang sangat cantik. Kulitnya putih, bahkan salju pun iri jika melihat kulitnya. Rambut merah darah, dengan iris berwarna biru langit, pupil berbentuk elips. Oh, berarti selain tanduk dan ekor, pupilnya juga masih pupil mata naga. Taringnya, sedikit terlihat, tapi masih dalam batas wajar.
Tubuh manusianya, terlihat seperti gadis kecil berusia 10 tahun, dengan payudara yang belum tumbuh, hanya ada sedikit elevasi pada areola-nya. Belum ada faktor sensualitas seorang wanita pada tubuh Ruby, bisa jadi karena dia masih level rendah sehingga tubuhnya belum dewasa. Tapi ini belum bisa dipastikan.
"Arka, bisa buatkan Ruby baju yang bisa menyesuaikan wujud naga maupun manusia nggak?"
Ah... Ren benar. Karena setelah berubah wujud dari naga ke manusia, Ruby hanya telanjang saja. Tidak memakai pakaian apapun. Tapi, aku bingung. Model seperti apa? Jumpsuit? Atau T-shirt dan celana pendek?
Ha! Bagaimana kalau kubuatkan dia yang serupa pakaian menyelam lengan pendek? Dengan bahan yang super elastis hingga bisa melebar 10x ukuran normalnya? Dengan begitu, Ruby tidak perlu melepas dan memakai pakaian setiap ingin transformasi.
"Iya, Ren, kamu bener. Kayaknya aku harus bikin sekarang, karena hari ini kita bakal ngambil misi baru."
"Eh, sekalian janjinya kemaren mau bikinin kami pakaian juga loooh..."
"Oh, iya... Kalian mau dibikinin yang model apa?"
"Aku mau long dress yang ngepas di badan! Belahan di bawahnya sampai ke paha biar gampang gerak. Bahannya yang ngaret banget yaa!"
"Ok. Ren mau yang gimana?"
"Aku... Mau rompi dan celana pendek..."
"Ok. Sana kalian cari sarapan sambil nunggu kubikinin."
"Siap bos!"
"Ruby, ini pakai dulu bajuku, mungkin pas buat Ruby."
"Okay!"
Tiga orang gadis bukan manusia itu pergi mencari sarapan. Aku juga menitip untuk sarapanku, tapi aku tidak menentukan makanan apa, terserah mereka saja.
"Baiklaaah... Kita mulai dengan pakaian buat Ruby. Darkness Creation."
Konsentrasi, manipulasi dark magic yang ada di dalam tubuhku untuk dapat kubentuk menjadi pakaian. Modelnya, pakaian menyelam, lengan pendek sampai di atas siku, bagian bawahnya sekitar setinggi di atas lutut. Resleting di bagian punggung. Bahan spandex sintetis, kemampuan melar hingga 10x. Ukuran sesuai tubuh manusia Ruby.
"Jadi satu. Sekarang, dress panjang buat Syla. Hmmm... Dengan tubuh Syla yang sexy itu, modelnya gimana ya... Ok, coba gini aja. Darkness Creation."
Kubuat sebuah dress panjang, dengan bahan sintetis yang tipis dan lembut menyerupai sutera. Bagian atasnya menggantung di bahu. Bagian badan fit, lalu dari paha ke bawah sedikit longgar terjatuh. Belahan bawah ada di samping kedua paha, hingga setinggi setengah paha, untuk memudahkan manuver dalam pertarungan. Bahan di bagian dada kubuat sangat elastis, agar menonjolkan bentuk payudara Syla yang hyper ero.
Dress ini, apa ya namanya? Kalau tidak salah, sebutannya adalah 'shoulder dress'. Huh... Pengetahuanku tentang fashion memang sangat buruk.
"Ok, dress Syla udah jadi. Next, rompi dan celana... Ah, aku kurang suka ngeliat Ren pake rompi dan celana terus. Bodo ah. Kubuatin coat aja. Darkness Creation."
Jadilah sebuah coat biasa, dengan lapel notched yang lebar. Bahannya tidak tipis, tapi tidak gerah untuk dipakai di cuaca panas, harapanku.
Panjangnya hanya sampai sejengkal di atas lutut. Jadi dia bisa kombinasikan dengan celana-celana miliknya. Atau, Ren juga bisa hanya mengenakan bra dan celana dalam di bawah coat itu. Otakku memang berlendir...
"Arkaaa sarapannya udah datenggg~"
"Kami pulang..."
"Arka! Tadi Ruby dikasih permen sama Om di sana!"
"Ruby suka permen ya?"
"Um! Enaaak!"
"... Itu aku yang bayar." Kata Syla berbisik kepadaku.
"Masukin ke pengeluaran buat kebutuhan party aja ya Ren."
"Arka tenang aja..."
"Makasih... Oh iya nih kalian cobain." Kataku sambil memberikan pakaian hasil Dark Creation yang kubuat.
"Waaa udah selesai! Makasih Arkaaa!"
"Ini baju Ruby! Yaaay!"
"Um, Arka... Ini bukan rompi..."
"Ren, setelah aku pikir-pikir, aku pengen penampilanmu keliatan sedikit lebih menarik. Jadi kubuatin coat aja."
"Ka-kalau Arka suka aku pakai ini, aku akan memakainya terus... Aku senang." Kata Ren sambil menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Sana kalian cobain gih!"
Seperti tak ada aku di ruangan ini, mereka dengan santai melucuti pakaian mereka hingga hanya mengenakan bra dan celana dalam. Aku? Diam saja menikmati pemandangan surgawi ini. Memangnya apa alasanku untuk komplen dan menyuruh mereka ganti baju di kamar mandi?
***
Pemandangan indah telah usai, tirai sudah diturunkan untuk mengakhiri penampilan panggung yang terakhir. Syla, Ren, dan Ruby sudah mengenakan pakaian yang kubuatkan, tidak lupa mengenakan Sunset Aura.
Kali ini, Syla mengenakan Sunset Aura sebagai 'stole' yang menutup punggung, bahu, dan sedikit dadanya. Lekukan payudaranya jadi tertutup sebagian. Ren hanya melingkarkannya dengan longgar di lehernya. Aku juga. Ruby melingkarkannya di pinggang menjadi seperti rok. Gadis kecilku imut sekali.
Syla terlihat anggun, Ren terlihat keren, dan Ruby terlihat energetic setelah mereka bertiga mengenakan pakaian yang kubuatkan dari dark magic. Aku? Tidak berubah, tetap menggunakan scrubs hitam.
Kami selesaikan sarapan bubur daging giling yang tadi sudah dibeli, lalu berangkat meninggalkan penginapan.
"Yuk kita berangkat ke guild."
"""Yuuuuk"""
Dengan perlengkapan berpetualang penuh, kami mulai hari ini dengan semangat 45. Misi Silver kedua kami. Setelah ini, masih ada 18 lagi. Aaa aku bersemangat sekali!
Namun, seakan-akan tidak ikhlas melihat kami bahagia walaupun sesaat, dari arah bangunan guild kami dengar ada suara lonceng, yang artinya adalah panggilan segera agar semua petualang yang berada di area Kota Dranz segera berkumpul di depan guild.
"Kedengarannya kayak ada masalah..."
"Itu memang masalah, Arka."
"Masalah... Masalah... Arka, peluk!"
"Apa hubungannya dengan peluk??"
"Udah nggak usah bawel, enak kan dipeluk sama aku?"
"He-hehe..."
"Masalah itu apa?"
"Masalah itu, semua yang nyusahin hidup kita." Jawabku dengan datar.
"Ruby nggak suka sama masalah! Ayo Ruby gigit masalah itu!"
"Ya.. Yaa.. Bagus Ruby."
***
Dan akhirnya setelah beberapa menit, hampir semua petualang yang ada di wilayah Kota Dranz telah berkumpul di depan gedung guild. Termasuk super hero idaman sejuta umat, Si Bocah Gila yang bernama Alex.
Aku menghindari kerumunan di sekitar Alex. Lalu kami berempat berhenti di sebuah pojokan, menunggu yang akan terjadi berikutnya. Tak berapa lama, Pak Walikota maju ke hadapan semua petualang, dan mulai berbicara.
"Terimakasih Saya ucapkan kepada semua petualang yang telah hadir. Sebelumnya, perkenalkan, Saya Ernefo, Walikota Dranz. Saya mengumpulkan semua petualang karena telah terjadi kondisi gawat darurat yang membutuhkan bantuan seluruh petualang yang ada di sini."
Walikota kemudian berhenti sejenak, mengambil nafas, lalu melanjutkan.
"Mungkin beberapa dari petualang di sini sudah mendengar desas-desus tentang ini. Tapi di sini saya menegaskan, bahwa sekitar seratus ribu tentara undead sedang dalam perjalanan ke arah Kota Dranz, sambil menghancurkan seluruh pemukiman penduduk yang mereka lalui."
Keributan mulai terdengar di antara para petualang. Diantara mereka juga ada yang menyuarakan 'ssst' agar semua kembali tenang. Walikota menunggu semuanya kembali tenang, baru melanjutkan lagi.
"Untuk itu, Saya, sebagai Walikota Dranz, menyatakan status darurat militer bagi Kota Dranz. Semua tentara, petualang, dan penduduk sipil laki-laki dewasa yang memiliki potensi perang, harus menyiapkan diri untuk ikut berperang. Bagi seluruh petualang, diberikan hadiah untuk setiap kepala monster yang dibunuh, sesuai dengan kelas monsternya. Untuk informasi yang sudah kami kumpulkan, sebagian besar monster adalah monster undead kelas E dan kelas D, tapi tidak menutup kemungkinan adanya monster yang sangat kuat. Namun, kami masih belum mendapatkan informasi tentang awal mula dan penyebab dari serangan para undead ini. Seperti yang kita ketahui bersama, undead menjadi lebih aktif di malam hari, sehingga kemungkinan akan terjadi pertempuran adalah sekitar tengah malam."
Suara berisik di antara petualang yang berkumpul kembali terdengar. Mereka membahas tentang upah di antara mereka, dan membahas tentang persiapan untuk menghadapi serangan undead dan membahas keselamatan semua orang.
Mereka juga membahas permasalahan apakah mereka akan mempertaruhkan nyawa untuk pertempuran ini atau pergi menjauh dari masalah. Karena perang kali ini adalah perang dengan jumlah kekuatan yang sangat tidak seimbang.
Petualang memang bebas untuk tidak menetap di suatu kota. Tapi, jika Walikota atau pemimpin yang lebih tinggi telah menetapkan status darurat militer, semua petualang di lingkungan kota itu harus ikut berperang. Jika mereka tidak mematuhinya alias desersi, status petualang mereka akan dicabut oleh guild dan di-blacklist sehingga tidak bisa mendaftar lagi menjadi petualang di guild kota manapun.
"Untuk sistem pertahanan Kota Dranz, semua plat Silver berada di barisan depan untuk menghadapi serangan undead, lalu plat Copper menjadi pelapis dengan menjaga di perimeter sekitar pagarĀ kota untuk menghadang monster yang berhasil lolos dari hadangan plat Silver.
Sementara plat Iron berjaga di dalam kota untuk melindungi penduduk sipil yang tidak ikut berperang jika masih ada monster yang berhasil menyusup. Militan dari penduduk sipil, ikut berjaga di perimeter pagar kota.
Walikota menempatkan tentara di seluruh lapisan pasukan. Beberapa pleton ditempatkan di dalam kota, beberapa di perimeter pagar, dan sebagian besar mendampingi petualang plat silver di barisan depan.
Petualang plat Silver memiliki rata-rata kekuatan yang lumayan jauh di atas plat Copper, jadi memang sengaja ditempatkan di barisan depan karena mereka tidak akan mati dengan mudah. Dan seandainya plat Iron dan Copper yang dijadikan barisan depan, hampir dipastikan mereka akan mati sia-sia tanpa perlawanan yang berarti. Oleh karena itu mereka ditempatkan di barisan tengah dan belakang.
"Kita tidak memiliki waktu untuk meminta bantuan petualang plat Gold maupun Diamond dari kota terdekat yang jaraknya memerlukan waktu dua minggu perjalanan darat, paling cepat. Tapi untungnya, kali ini ada seorang pahlawan dari Kerajaan Goliath yang kebetulan sedang berkunjung dan dia bersedia membantu. Saya yakin, semua orang pasti sudah mengenal nama ini, atau sekedar mendengar ceritanya. Walaupun umurnya sangat belia, tapi kekuatannya dan pencapaiannya sudah menandingi petualang plat Diamond. Ya, dia adalah Tuan Alex!"
"""Whooaaaaa!!!"""
"""Oooohhh!!!"""
"""Kita pasti menaaaang!!!"""
Ternyata, Bocah Gila itu sangat terkenal di benua ini. Baguslah, ini sangat meningkatkan semangat juang semua orang di sini. Dan aku tidak perlu terlalu banyak berkeringat, cukup hanya menjaga perimeter pagar kota. Yang penting, aku akan melindungi semua orang di sekitarku, dan semua penduduk sipil di dalam kota, dengan semaksimal yang kubisa.
***
Hari sudah gelap. Setelah pernyataan dari Walikota tadi, dan sedikit basa basi omong kosong dari Alex yang tak perlu kusebutkan apa isinya karena hanya berisi kata-kata formalitas yang dibumbui patriotisme naif, kini semua petualang langsung bubar untuk mempersiapkan segala kebutuhan sebelum berperang.
Dalam waktu beberapa jam, semua penjual potion dan equipment sudah menutup dagangannya. Karena dagangannya sudah laku semua atau hanya bersiap-siap mengungsi ke tempat-tempat yang sudah disiapkan oleh Walikota sebagai tempat berlindung.
Kami, sebagai petualang plat Copper, sudah standby di perimeter pagar kota. Banyak yang sibuk menyiapkan parit-parit dan tombak kayu tajam di sekeliling kota sebagai tempat perlindungan sekaligus jebakan bagi para indead. Semua Archer sudah dari tadi berjaga-jaga di atas pagar kota siap dengan anak panah yang sudah dilumuri minyak, kecuali Syla. Syla tidak mau melepas lenganku.
Sebagian besar dari undead memiliki kelemahan terhadap api. Tentunya, bagi mereka yang masih memiliki fisik. Karena sebagian undead tidak memiliki fisik, hanya berupa roh spiritual yang menyerang dengan magic. Untuk undead yang tidak memiliki fisik ini, otomatis serangan fisik tidak akan berpengaruh terhadap mereka. Hanya serangan magic yang dapat melukainya.
Kami berempat, tidak ikut melakukan pembuatan apapun untuk persiapan perang. Hanya duduk-duduk menonton semua orang, karena aku malas. Dan juga tidak ada yang berani menegur kami karena kami hanya bermalasan, mereka semua sepertinya takut dan menghindari kami. Lumayan, haha...
Tengah malam telah tiba. Semua orang semakin tegang. Tidak ada yang mengantuk.
"Oi kuping lancip! Sampe kapan kamu mau gelendotan?"
"Sampai waktu memisahkan kita."
"Arka, Ruby mencium bau kentut."
"Arka kentut ya? Hihi..."
"Ruby, coba terbang, liat dari atas le arah sana." Kataku sambil menunjuk arah lokasi dimana para undead diperkirakan akan datang.
"Okaaay! Ummmmh!"
*Brrrg~ brrrrg~ brrrg~*
Ruby, mengeluarkan kedua sayapnya tanpa mengubah wujudnya menjadi naga sepenuhnya. Lalu dia terbang dalam wujud manusia bersayap. Aku baru tahu kalau dia bisa seperti ini. Naga kecil ini memang favoritku.
'Arka Arka... Di sana banyak banget orang-orang jelek dan bau kentut yang lagi jalan kesini.'
Cimot memiliki mata naga yang berkemampuan untuk melihat dari kejauhan, jauh melebihi kemampuan mata manusia. Dan mata naga juga bisa merasakan kekuatan energi dari lawannya hanya dengan melirik saja.
'Ok makasi ya Cimot pinter... Sini turun lagi.'
'Ehehe... Okay!'
Kami berbicara via telepati karena Ruby berada jauh di atas. Setelah itu Ruby segera turun dan bergabung lagi bersama kami.
"Ren, Syl, mereka udah deket. Jadi nanti kalo ada yang lolos dari barisan depan, Syla dan Ruby tembakin aja dari sini ya. Ren udah bawa banyak magic scroll kan? Dipake kalo terdesak aja ya. Tugas utama Ren ngumpulin bagian dari monster yang udah ditembak mati sama Ruby dan Syla. Lumayan tuh duitnya."
"""Okeee!"""
Dengan demikian, pertempuran dimulai dan kami hanya duduk manis menunggu sisa-sisa dari barisan depan. Sambil menonton dan mengawasi perkembangan pertempuran di depan kami.
***
"Mereka dataaaang!!!"
*Toweeeet*
Barisan depan pasukan pertahanan Kota Dranz sudah melihat massa berjalan mendekat dari kejauhan. Terompet perang pun ditiupkan, sebagai pertanda datangnya musuh.
Semua wajah terlihat tegang menatap ke arah kejauhan. Di sela-sela hitam dan biru malam yang terlihat oleh mata, tampak adanya pergerakan massif di horizon yang semakin lama semakin jelas. Tidak heran jika Walikota memperkirakan sekitar seratus ribu pasukan undead sedang mendekati Dranz untuk menyerang.
Keringat dingin mulai menggumpal di dahi para petualang dan tentara yang ada di barisan depan. Sesekali, keringat dingin yang sudah sebesar biji jagung itu tak kuat lagi menahan gaya gravitasi, dan akhirnya mengalir berjatuhan membasahi seluruh wajah. Keringat dingin juga mengalir menyusuri punggung, memberikan sensasi yang membuat bulu kuduk merinding.
Dalam waktu sekitar setengah jam, pasukan Dranz sudah berjarak seratus meter dari tentara undead yang menyerang. Tentara undead bergerak dengan sangat cepat di malam hari. Berlari terus tanpa henti, tanpa ada rasa lelah.
Setelah semakin dekat, semakin jelas pula terlihat wujud-wujud dari monster yang ada di dalam tentara undead. Dari yang kecil sampai yang sangat besar. Ini adalah pasukan undead yang sangat besar, dalam jumlah dan kekuatan seluruhnya. Untuk itu, Alex harus meningkatkan semangat juang seluruh pasukan yang dipimpinnya.
"SEMUANYAAA !!! KITA AKAN HABISI MEREKA SEMUA !!!"
"""YEEEAAAAHHH !!!"""
"JANGAN GENTAR !!! KITA SEMUA ADA DALAM PERLINDUNGAN DEWI GAEA !!!"
"""UUUOOOOOHHHH !!!"""
"SEMUANYA BERSIAP !!! SEMUA ARCHER DAN MAGE DENGAR ABA-ABA DARIKU !!!"
"""SIAAAAP !!!"""
Kemudian semua hening. Hanya ada gemuruh langkah dari tentara undead yang terdengar semakin keras, dan semakin menyesakkan jiwa yang masih ragu, masih gentar, masih belum siap.
Tapi semua orang di barisan depan sudah siap. Apalagi dengan adanya seorang pahlawan yang memimpin pertahanan mereka. Seorang mage muda dengan kekuatan setingkat petualang plat Diamond, Alex!
"Archer!!! Mage!!! TEMBAAAAKKK !!!"
*Syuu syusyusyuu syuu*
*Buuufff bufbuf buff buuff*
Sebentar lagi, bentrokan keras akan terungkap di daerah pinggiran Kota Dranz. Gemuruh langkah tentara undead semakin memekakkan telinga. Alex, mencuri start dengan memimpin pasukannya melancarkan serangan jarak jauh menggunakan panah dan magic.
Korban mulai berjatuhan dari pihak tentara undead, namun jumlah yang berhasil ditunbangkan tidaklah signifikan. Mati seribu atau dua ribu pun masih sangat tidak signifikan, karena perbandingan tentara undead dengan pasukan pertahanan Dranz adalah seratus ribu banding sepuluh ribu.
Waktu terasa melambat, bergerak dalam slow motion, membuat semua seperti bergerak sangat pelan, perlahan, hampir terasa seperti selamanya.
Sepuluh detik...
Pasukan skeleton dan ghoul berada di barisan paling depan, tanpa formasi, hanya insting membunuh. Ghoul bertubuh kecil dan lincah, skeleton adalah monster rangka yang ringan dan cukup gesit.
Lima detik...
Wraith, banshee, dan phantom melayang-layang di udara di atas gerombolan ghoul dan skeleton. Mereka adalah undead tanpa fisik, hanya berupa roh spiritual.
Tiga detik...
Zombi dan mumi menyusul di belakangnya, termasuk di dalamnya puluhan zombi dragon berukuran panjang 10-15 meter, dan ratusan death knight dengan tinggi 3 meter mengenakan armor hitam tebal tajam-tajam dengan pedang broadsword berkarat di tangan kanan dan shield setinggi badannya di tangan kiri.
Satu detik...
Tampak di belakang barisan semua tentara undead, sosok vampire yang sangat besar, setinggi 5 meter, melayang di udara sambil dikelilingi puluhan vampire seukuran manusia biasa. Vampire Lord dan familiar-nya !!!
Dan akhirnya, bentrokan pun terjadi...
"""AAAAARRRRRGGGHHH !!!"""
"""GGGRRRRRRAAAAAAA !!!"""
Battle cry (teriakan perang) menggema di udara, seolah-olah setiap pasukan Dranz membakar diri mereka sendiri hingga membara dalam api semangat perang. Tidak ada lagi wajah khawatir, wajah takut, maupun wajah ragu. Hanya ada wajah yang menyiratkan ledakan amarah dan amukan jiwa.
"Continuous Fire Bolt!"
Alex, berada paling depan, menembakkan Fire Bolt dengan frekuensi tinggi. Membakar skeleton dan ghoul yang ada di hadapannya, sambil mengawasi pergerakan monster non-fisik. Sesekali mengarahkan Fire Bolt ke udara untuk menembak wraith yang mendekatinya.
"Hell Fire!"
Area sekitar diameter 5 meter di depan Alex, terbakar secara spontan dengan jet api dari arah bawah tanah. Skeleton dan ghoul yang ada di AoE itu terbakar hangus hanya dalam beberapa detik. Beberapa wraith ikut terjebak di dalam AoE sehingga tubuh mereka yang non-fisik itu lenyap. Alex memang sangat jauh lebih kuat dibanding semua orang di sekitarnya.
Iya, dibandingkan semua orang di sekitarnya, yang tampak kesulitan menghadapi serbuan monster dengan jumlah yang jauh lebih besar daripada mereka. Menghadapi dua atau tiga sekaligus memang tidak begitu masalah. Tapi kalau harus menghadapi puluhan hingga ratusan sekaligus, seperti menghadang tsunami dengan menggunakan dinding kertas.
"""Uwaaahhh!!!"""
"""Gaaahhh!"""
"""Tidaaaakkkk!"""
Satu per satu petualang plat silver itu mulai tumbang. Padahal, mereka baru melawan lapisan kroco dari musuhnya. Ketika death knight dan zombi dragon memasuki area pertempuran, semakin banyak petualang yang berjatuhan.
Formasi awal mereka yang rapi itu, kini berantakan. Tapi, mereka harus terus berjuang. Mereka harus menjaga semangat juang agar tetap terbakar.
"Phoenix Flame!!! Ayo kalian semuanya! Kalian lebih kuat dari ituuu!!!" Kata Alex membakar kembali semangat para petualang plat Silver dan tentara yang mulai meredup sambil mengeluarkan magic berupa burung api.
Seketika, bagaikan bara yang ditiup angin, mereka yang sudah terjatuh kembali bangkit dan mengangkat senjatanya lagi.
"""Uurrrraaaaaaa!!!"""
"""Woooohhh!!!"""
Phoenix Flame membakar semua yang dilewatinya hingga akhirnya menghantam tameng dari salah satu death knight yang sudah dalam posisi siap menahan benturan. Ketika Phoenix Flame itu membentur tameng death knight, burung api itu langsung meledak dan menghancurkan death knight yang ditabraknya beserta puluhan zombi dan mumi yang ada di AoE ledakannya.
Saat ini, lumayan banyak tentara undead yang berhasil menembus formasi garis depan pertahanan Dranz, lalu bentrok dengan pasukan penjaga perimeter di sekitar pagar kota. Ghoul, skeleton, zombi, mumi, wraith, banshee, mereka menyerbu pasukan Copper dan tentara tanpa memperlihatkan sedikitpun rasa lelah atau penurunan performa pada mereka.
Undead memang memiliki kelebihan berupa stamina yang tak terbatas. Mereka bergerak dari energi kegelapan yang bersirkulasi di tubuh mereka. Mereka akan mati jika dihancurkan, dibakar, diberi light magic, atau kehabisan energi.
"Semua pasukaaan! Biarkan saja monster lemah yang sudah berhasil menembus formasi! Biarkan plat Copper yang membersihkan mereka! Fokus kepada death knight dan zombi dragon!"
"""Siaaapppp!!!"""
Sepuluh ribu pasukan yang terdiri dari tentara, petualang, dan militan sipil, menghadapi seratus ribu tentara undead. Manusia tidak akan mempedulikan fakta ini, terutama di saat mereka tidak bisa menghindar lagi, dan harus melindungi sesuatu yang sangat berharga di dalam hidup mereka, melebihi nilai dari nyawanya sendiri.
Alex, keringat mengucur deras, staminanya berkurang dengan cepat, bahkan dia sudah berkali-kali menenggak Stamina Potion dan MP Potion. Di dalam hatinya, jika bukan dia, siapa lagi yang harus melindungi kota ini?
"Apocalypse Meteor Shower!"
Alex mengeluarkan salah satu magic AoE terkuat yang dimilikinya. Magic dari elemen campuran antara tanah dan api. Dengan kekuatan benturan yang dihasilkan oleh batu, ditambah panasnya api yang mampu membakar segala hal yang disentuhnya.
Merupakan varian unik dari Meteor Shower yang hanya bisa dikeluarkan oleh makhluk yang memiliki kapasitas mana jauh di atas batas maksimal manusia biasa. Dengan kata lain, hanya manusia seperti Alex yang mampu mengeluarkannya.
*Bbbbrrrrrruuuufffffff*
*Blegarr blegarr blegaarr blegaaarrr!*
Hujan meteor yang membara, menghujani tentara undead. Area yang di-cover oleh skill magic ini sangat luas, hingga mencakup luas 4-5 hektar. Namun Alex tidak bisa membahayakan pasukannya sendiri, sehingga dia memposisikan AoE-nya sedemikian rupa sehingga tidak mengenai teman sendiri.
Magic sebesar ini memang sangat dahsyat, memiliki kekuatan penghancuran yang luar biasa besar. Namun sayangnya, ada dua kelemahan dari skill ini, membuatnya menjadi tidak omnipoten.
Yang pertama, konsumsi mana yang besar. Bahkan untuk kapasitas mana sekaliber Alex yang memiliki kapasitas mana seratus kali lipat dari mana yang dimiliki salah satu guru besar di akademi magic Kerajaan Goliath, sekali menggunakan skill ini, dia akan membakar 70% kapasitas mana yang dimilikinya.
Membuatnya langsung merasakan lelah di sekujur tubuhnya. Dia harus beristirahat sejenak untuk mengambil nafas sebelum bisa mengeluarkan magic lagi.
Yang kedua, meteor yang jatuh itu tidak begitu sulit untuk dihindari. Karena sebelum meteornya menghantam bumi, dari kejauhan kita sudah dapat melihat bongkahan-bongkahan batu panas yang jatuh dari langit, kemudian memperkiraan dimana posisi jatuhnya. Dengan begitu, monster yang memiliki kecerdasan sedang saja sudah bisa menghindarinya.
"Ugh... Huh... Hah... Hah..."
70% kapasitas mana Alex telah dibakar. Dia berhasil membunuh sekitar 20.000 undead dengan skill itu. Artinya, dia dapat mengurangi jumlah musuhnya sebanyak itu.
Saat ini, jumlah tentara undead sudah berkurang lumayan banyak, menjadi sekitar 75.000 monster. Di sisi lain, dari 10.000 pasukan Dranz, sudah menjadi sekitar 8.000 personil.
Sekilas, kelihatannya 10.000 pasukan Dranz memiliki kekuatan setara dengan 100.000 tentara undead. Tapi tunggu dulu. Sebagian besar monster yang mati adalah monster kelas E saja. Sementara monster kelas D dan C banyak yang belum mati.
Zombi dragon dan death knight termasuk kategori monster kelas D. Sedangkan segerombolan vampir biasa, yang masih belum menunjukkan keinginan untuk ikut turun ke medan pertempuran, berada di kategori monster kelas C khusus, karena kekuatan dan kecepatannya yang sangat tinggi walaupun ukuran tubuhnya hanya sebesar manusia biasa.
"Uhh... Hah.. Hahh.... Huwaaaahh!!!"
Alex memang kelelahan. Mana yang tersisa di tubuhnya hanya tersisa tidak lebih dari 20%. MP Potion tidak mampu mengisi kembali mana yang telah hilang karena kapasitas mana Alex yang begitu besar sehingga efek dari MP Potion sangat tidak signifikan.
Tapi dia tidak bisa tenang. Tubuhnya gelisah. Perasaannya geram. Genggaman tangan pada magic wand miliknya, gemetar.
Kenapa?
Karena sekarang, di hadapannya adalah seekor zombi dragon sepanjang 15 meter. Naga. Sumber kebencian yang ada di hatinya.
"Kau..."
Dia melihat ke sekitar zombi dragon itu, dan melihat puluhan zombi dragon lainnya.
"Kalian..."
Saat ini, mata Alex dihiasi semburat merah yang sama sekali tidak terlihat indah. Mata yang dimiliki oleh manusia yang sedang kerasukan akan kemurkaan. Dia tidak lagi memikirkan semua orang di sekitarnya, dalam hatinya hanya ada satu tujuan.
"KALIAN SEMUA HARUS MATI !!! UWAAAHHH !!!"
***BERSAMBUNG...***
_______________________________________
Terimakasih sudah membaca!
Sekarang sudah mendekati akhir bulan, mulai banyak laporan-laporan yang menumpuk dan harus saya kerjakan, sepertinya akan jarang update sampai awal bulan depan.
Nama penting di chapter ini :
- Ernefo, Walikota Dranz.