Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 11 - Chapter 9

Chapter 11 - Chapter 9

Halo pembaca! Silahkan berbuat kebaikan dengan cara vote cerita ini, terimakasih. Selamat membaca!

_______________________________________

"Arkaaaa... Peluuuukk... Recharge tenagakuuuu..."

"Sini..."

Kali ini aku ikhlas memberikan hadiah pelukan untuk Syla. Ya, dia sudah bekerja keras seharian. Dan sebenarnya, akhir-akhir ini, aku juga merasa kalau hatiku sudah mulai terbuka untuk Syla. Bukan sekedar nafsu birahi. Tapi lebih kepada perasaan sayang, perasaan saling membutuhkan, dan perasaan saling merindukan.

Soal Erazor, dia memegang kata-katanya. Urusan terkait siapa yang mengklaim kejayaan atas kemenangan terhadap serangan para naga, dia menyelamatkanku dari segala permasalahan dan urusan formalitas dengan menerima dan menangani semuanya. Dia mendapat promosi khusus kenaikan tingkat plat petualang menjadi Diamond atas jasa kepahlawanannya menyelamatkan Kota Dranz dari kehancuran akibat serangan segerombolan kadal terbang raksasa.

Setelah selesai dengan segala urusan formalitas, Erazor datang menemuiku ke kamarku, salah satu kamar di love hotel murah Kota Dranz. Dia memberikanku koin emas, sekantong besar penuh. Katanya, ini separuh dari bayaran atas jasanya, karena dia juga butuh uang untuk membeli equipment baru yang merupakan tuntutan bagi plat Diamond, jadi dia menggunakan separuhnya lagi.

Tentu saja aku terima. Aku bukan orang yang segan ataupun malu untuk menerima pemberian dari orang. Karena prinsip hidupku, selain 'enjoy life', juga 'aku tidak boleh menolak rezeki karena rezeki itu sudah dibagi secara adil oleh Yang Maha Kuasa'.

Hari sudah menuju senja. Aku, Syla, dan Ren sedang duduk di pinggiran sungai di luar pagar kota sambil meminum bekal minuman yang kami bawa. Seharian ini, kami sibuk menyelesaikan misi untuk membantu perbaikan pagar kota yang sebelumnya dihancurkan oleh naga-naga yang menyerang Kota Dranz.

Walikota mengalokasikan dana simpanan kota untuk perbaikan dan pembangunan. Sisa-sisa dari bangkai naga yang tidak kami ambil, kuserahkan kepada Erazor, dan setelah dia mengambil yang dibutuhkannya, sisanya disumbangkan untuk biaya perbaikan dan pembangunan kota.

Naga, dari dakinya sampai jantungnya, semuanya berharga. Jika semua dijual ke kota lain, atau ke kerajaan lain, uang yang dihasilkan dari penjualan bagian-bagian tubuh naga itu jumlahnya bisa sampai dua kali dana yang dibutuhkan untuk memperbaiki kerusakan di Kota Dranz. Oleh karena itu, walikota memanfaatkan momen ini untuk perbaikan kerusakan, sekaligus pembangunan untuk menambah kualitas dan kuantitas fasilitas di kota ini.

Sebagian dana dialokasikan untuk guild, agar guild bisa mengatur misi harian yang berkaitan dengan perbaikan dan pembangunan kota, supaya para petualang mau membantu untuk membangun kembali Kota Dranz yang sudah dihancurleburkan oleh segerombolan naga.

Petualang tidak punya kewajiban untuk membantu perbaikan kota, karena mereka tidak terikat hanya di satu kota saja. Mereka bebas untuk pergi meninggalkan Kota Dranz lalu mencari misi di kota lain. Karena itu, langkah yang diambil oleh Walikota untuk mengkomersilkan pekerjaan perbaikan kepada petualang, merupakan langkah yang terbaik untuk mempercepat segala proses perbaikan bangunan di kota Dranz.

Sudah sebulan proses perbaikan ini berlangsung. Setiap hari kami mengambil misi perbaikan dan pembangunan. Dan sekarang, plat kami sudah berubah menjadi berwarna kecoklatan. Yap, plat Copper. Tapi dalam waktu dekat ini sepertinya kami belum bisa naik ke plat Silver karena semua misi yang ada di guild adalah misi perbaikan bangunan, dan itu masuk dalam kategori misi Iron,

"Arka, aku boleh nyender nggak?"

Ren sekarang sudah bisa bersikap santai kepadaku. Tingkat keimutannya naik 100 level!

"Boleh, Ren..."

"Hah... Makasih, Arka..."

"Kalian berdua udah bekerja keras hari ini." Ucapku sambil mengelus kepala mereka berdua.

Ren tersenyum. Syla memejamkan mata di pelukanku, dia terlihat begitu menikmatinya.

"Arka..."

"Ya."

"Aku sayang kamu..."

"A-ahaha-ahaha..."

"Kayaknya aku cuman jadi pengganggu aja. Aku pergi dulu deh."

"Jangan! Ren! Sini aj-mmfh..."

Lagi-lagi, serangan mendadak dari Syla. Kali ini dia menyumpal bibirku... Dengan bibirnya. Kedua lengannya melingkar ke belakang leherku, membuatku tidak bisa menghindar ataupun melepaskannya. Syla, princess dark elf ini, sepertinya ada yang rusak di kepalanya. Ya sudah, aku ikuti saja, sampai dia yang lepas sendiri.

"Wa-wawawa..."

Ren langsung berbalik badan. Sepertinya, dia tidak terbiasa melihat adegan seperti ini.

"Woohoooo! Gas terus!"

"Asiik asiiiiiik!"

"Jangan kasih kendor kaka~"

Malunya aku. Semua orang di sekitar kami yang juga sedang beristirahat, menyoraki aku dan Syla. Tapi Syla sepertinya tidak mempedulikan mereka. Dia malah menjulurkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku hanya bisa mengikuti permainannya. Dan aku tidak mungkin menyakiti hatinya atau mempermalukannya dengan mencabut paksa ciuman ini.

Syla, melakukannya sampai sekitar lima menit. Bahkan yang menyoraki kami tadi sudah bosan dan tidak tertarik lagi untuk berkomentar. Dan Ren, sudah pergi entah kemana.

Syla mengeluarkan lidahnya dari mulutku, melepasnya dari lidahku secara perlahan. Dan liur kami yang sudah bercampur aduk itu, memanjang hingga setipis benang, seolah-olah tidak ingin lidah kami terlepas.  Syla menatap mataku sejenak, lalu memberikan kecupan kecil sekali lagi sebelum akhirnya melepaskan pelukannya dan kemudian duduk di sampingku, bersandar di bahuku. Aku melihat setitik air mata tergenang di kelopak matanya.

Kurangkul bahu Syla. Kami duduk berdua di tempat itu, sambil melihat langit senja, sambil memperhatikan orang berjalan pulang ke tempat tinggalnya masing-masing. Kami menikmati senja berdua, hingga malam menjelang.

"Syla, yuk kita balik ke penginapan."

Syla menjawabnya hanya dengan mengangguk. Syla hanya diam. Sejak dia menciumku, hingga kami sampai di penginapan, dia hanya diam saja. Aku tidak mengerti apa yang ada di pikirannya. Aku juga tidak paham apa yang seharusnya kulakukan di situasi seperti ini. Mungkin Syla hanya perlu istirahat dan menenangkan pikiran, begitu pikirku.

Sampai kamar, aku langsung mandi, lalu makan malam, kemudian tidur. Badanku sudah terlalu lelah. Aku butuh istirahat yang cukup untuk kembali bekerja lagi besok. Kedua gadis itu masih belum masuk kamar. Ya sudahlah, aku tidur duluan.

***

Di lobby penginapan, Ren sedang duduk menikmati sup kacang yang dibelinya tadi untuk makan malam. Ketika itu, Syla tiba-tiba datang menghampirinya.

"Reeeen!" Syla merengek memanggil Ren.

"Ada apa, Syla? Kamu kenapa?"

"Arka... Arka..."

"Kenapa dengan Arka?"

"Aku udah ungkapin perasaanku ke dia tadi, tapi dia nggak jawab dengan jelas. Kamu denger sendiri kaaaan..."

"Eeeeh... Sebenernya, aku juga bukan ahlinya masalah begini... Tapi mungkin Arka masih kaget atau malu? Atau dia memang belum menetapkan perasaannya?"

"Harusnya sebagai cowok, dia harus tegas dong... Masa hubungan kami masih gini-gini aja terus nggak ada kemajuan..." Syla berkata sambil memainkan liontin kesayangannya, yang terbuat dari bola mata Helvaran.

"Mungkin, next time kamu bisa coba lagi. Tapi nanti harus di momen yang tepat. Ciptakan nuansa romantis dulu, bangun mood yang baik dulu, baru kalian bicarakan empat mata. Jangan di depan umum kayak tadi..."

"Emangnya aku salah ya?"

"Aku nggak bilang kamu salah, cuman kamu kurang tepat dalam memilih momen."

"Oh gitu ya... Emang, gimana sih momen yang tepat itu?"

"Mungkin, nanti tunggu saat-saat di mana mood Arka sedang stabil, nggak terlalu bad mood, tapi nggak terlalu good mood. Biasanya mood stabil itu kalo sedang nggak banyak peristiwa yang terjadi, sedang nggak ada masalah, atau sedang nggak ada kesuksesan besar."

"Trus, kalo moodnya lagi stabil, aku harus gimana?"

"Hehehe... Sebenernya, aku taunya cuman sampe disitu aja. Aku nggak punya ilmu atau pengalaman kayak gitu..."

"Hmm... Oke deh. Aku coba pikirin sendiri. Yang penting aku ciptain suasana romantis, bangun mood yang bagus, lalu ajak Arka bicara empat mata dimana hanya ada kami berdua. Ok aku ngerti."

"E-eehh... Iya gitu deh pokoknya... He-hehehe..."

Ini, semua saran dari Renia Misha kepada Sylaria Wyndia Acresta, yang sebenarnya tidak paham tentang hal ini, akan memunculkan malapetaka bagi kesucian Hercules Junior-nya Arka di masa yang akan datang.

"Ren. Aku mau tanya."

"Apa, Syl?"

"Kamu, ada orang yang kamu sukai?"

"Loh kok jadi aku, Syl? Ah-ahahaa... Eh ini sup kacangnya enak loh, Syl! Mau coba?"

"Ren, kita partner. Jawab, jangan boong. Jangan coba mengalihkan topik pembicaraan. Jangan cari alesan untuk pergi."

"Eee...hehe... Aduh semua jalan keluarku udah ditutup ya..."

"Jadi, ada kan?"

"A-ada..." Jawab Ren sambil tertunduk malu.

"Waaa... Siapa namanya, Ren?"

"Nggak usah lah Syl..."

"Ren..."

"Uuu..."

"Ren."

"Iya iya aku jawab tapi kamu jangan marah ya...."

"Siapa?"

"Ark-"

"Haa??? Jadi Ren naksir sama Arka juga? Sejak kapan, Ren?"

"Aku mulai merasakannya ketika lenganku tertusuk duri dan Arka membantu menyembuhkan lenganku. Selama ini, tidak pernah ada orang yang sebaik itu kepadaku. Karena itu..."

"Ooohh... Itu... Iya iya aku inget. Aku yang bikinin bola es-nya waktu itu kan..."

"Tapi tenang aja, Syl! Aku nggak akan jadi pengganggu di antara kalian berdua! Aku akan kubur perasaan ini dalam-dalam!"

"Renia Misha... Aku malah seneng, kamu jujur. Dan aku juga nggak masalah, kalau suatu saat kita berdua menikahi Arka, berarti kita jadi adik dan kakak dong? Ya nggak?"

"He-hehe... I-iya, Syl. Be-berarti... Nggak apa-apa nih kalo aku juga menunjukkan pe-pe-perasaanku ke Arka?"

"Iyaaa nggak masalah kok! Kita bukan musuh, tapi kita partner sekaligus rival!" Syla bicara menggebu-gebu.

"Ba-baiklah... Hehee..."

"Yuk, Ren, kita tidur. Arka udah nungguin tuh di atas hihi..."

Dan ini, obrolan dua orang gadis belia yang sedang dimabuk cinta kepada orang yang sama ini, akan berdampak sangat besar bagi kehidupan Arka di masa depan.

***

Pagi, suara burung berkicau, suara gemuruh roda gerobak, suara orang-orang yang sudah mulai bekerja untuk perbaikan kota, membangunkanku. Melihat isi dalam selimutku, aku sudah tidak kaget lagi. Di kananku, Syla. Di kiriku, Ren. Ok, aku coba bangun perlahan agar tidak membangunkan mereka. Kami memang berencana untuk istirahat hari ini, alias tidak mengambil misi.

Aku berjalan kaki menuju coffee shop terdekat yang sudah buka, memesan secangkir kopi hitam manis, lalu duduk sambil memperhatikan semua orang berlalu-lalang. Tiba-tiba terpikir olehku, pasti nikmat kalau ada rokok. Kenapa tidak ada rokok di dunia ini? Mungkin ini cara Yang Maha Kuasa untuk memaksaku berhenti merokok.

Sambil menikmati secangkir kopi, kuperiksa statusku. Lupa terus mau cek dari kemarin-kemarin. Eh, bagaimana dengan Ren dan Syla, apa mereka juga bisa melihat status sepertiku? Aku belum pernah menanyakan ini ke mereka.

"Perlihatkan status."

******

Nama : Arkanava Kardia

Ras : Manusia

Kelas : Darkness Doctor (Hero)

Level : 69 (Copper)

Str : 75 +101

Int : 999 (Max) +20 +101

Dex : 70 +101

Agi : 64 +101

Vit : 69 +101

Blessings

1. Nyx's Blessing : Memiliki potensi dark magic yang sangat tinggi.

2. Multiverse Language : Dapat memahami dan berbicara dengan menggunakan semua bahasa yang ada di seluruh alam semesta.

3. Dark Heart : Kemampuan memanipulasi energi dark magic di dalam tubuh untuk menjadi apapun yang diinginkan.

4. Dark Alliance : Semua anggota party termasuk pemilik blessing ini, mendapatkan tambahan seluruh status sebanyak 10% dari total magic power pemilik blessing.

Skills

1. Darkness Grip : Manipulasi dark magic untuk mencengkram target dari jarak hingga 10 meter.

2. Darkness Creation : Manipulasi dark magic untuk menciptakan sebuah benda.

3. Darkness Sense : Manipulasi dark magic untuk meneruskan panca indera pemiliknya.

4. Darkness Enhancement : Manipulasi dark magic menyelubungi seluruh tubuh dengan lapisan energi dark magic untuk meningkatkan Str, Agi, Dex, dan Vit secara sangat drastis sesuai dengan kekuatan dark magic yang dimiliki.

5. Defective Natural Element Magic : Kemampuan natural magic yang rusak dan tak dapat dikembangkan.

6. Basic Swordplay - Katana

7. Advanced Medicine.

******

Hmm... Levelku meningkat dari 54 ke 69 berarti 15 poin. Membunuh puluhan naga memberikan Exp yang lumayan besar. Bisa langsung naik 15 level dalam satu hari, ditambah lagi level awalnya sudah di atas 50. Mantap!

Di samping level, tulisan Iron sudah berubah menjadi Copper. Berarti confirmed, ini adalah tingkatan plat petualang. Aku berpikir, berbicara dalam pikiranku, sambil menyeruput kopi hitam yang baru dihidangkan. Rasanya mirip kopi di duniaku sebelumnya, tapi tidak sama. Ada yang berbeda. Seperti ada tambahan aroma buah atau bunga. Bagiku tak masalah, karena aku bukan peminum kopi sejati.

Skills dan blessings di statusku tidak ada yang berubah. Lucifer Mode hanyalah nama yang kuciptakan sendiri untuk mempermudah mengingat blueprint exoskeleton itu jika sewaktu-waktu ingin kuciptakan ulang. By the way, exoskeleton yang sebelumnya itu sudah kumusnahkan sesaat setelah kulepas. Karena terlalu beresiko jika membawanya kemana-mana. Salah-salah, jika kelihatan orang awam, aku malah akan dikira sebagai jelmaan raja iblis.

"Ahh... Ngopi emang enaknya sambil ngerokok."

Seketika, terpikir olehku, untuk mencoba membuat rokok dari dark magic. Hahaha... Konyol. Tapi worth it untuk dicoba. Toh tidak merugikanku dalam bentuk apapun. Hanya konsumsi sedikiiiiit dark magic yang tak lama juga akan bertambah lagi karena regenerasi magic-ku sangat tinggi.

"Hehehe... Kayaknya kucoba di toilet aja deh biar nggak keliatan orang... Permisi, toiletnya dimana ya?"

"Toiletnya ada di belakang, Tuan. Silahkan jalan ke arah belakang kasir, lalu belok kiri, ada tulisan toilet di sana."

"Thanks ya..."

"Sama-sama, Tuan..."

Masuk ke dalam toilet, langsung kukerahkan energi dark magic di tanganku dan mulai berkonsentrasi. Aku harus membuat tabung dengan bahan yang persis kertas, ukurannya kecil saja, sekitar ukuran diameter 1 centimeter dan panjang 10 centimeter. Lalu di salah satu ujungnya, kubuatkan bahan seperti serat-serat yang sedikit padat, tidak terlalu mudah terbakar, dan dibungkus kertas yang telah dilumuri pemanis.

Ok, selongsong dan filternya selesai. Sekarang tinggal sintesis benda yang menyerupai rajangan tembakau kering dengan kandungan nikotin, yang jika dibakar maka nikotinnya akan ikut terbawa dengan asapnya. Kuingat-ingat rasa tembakau dari rokok favoritku dulu, Dj*rum S*per, lalu aku mulai berkonsentrasi. Perlahan terbentuklah serpihan-serpihan seperti rajangan tembakau yang sudah diberi rasa dan aroma khas seperti rokokku dulu. Dengan magic, aku berkonsentrasi lagi untuk memasukkannya ke dalam selongsong yang sudah kubuat sebelumnya.

Ok, jadilah sebuah rokok, yang berwarna hitam pekat di bagian luar dan dalam. Oh, iya. Karena aku kurang menyukai rasa rokok jika sudah terbakar sampai mendekati filternya, kali ini kusintesis sedemikian rupa agar 'tembakau' dan 'kertas' yang terbakar hanyalah di bagian ujungnya saja, dan apabila sudah terbakar maka bara apinya tidak akan mati kecuali kumatikan.

Rokok sempurna. Hahaha... Eh, jangan senang dulu. Aku belum mencobanya. Baiklah, rokok ini kuletakkan di mulutku, lalu...

"...Fire Bolt." Dengan berbisik.

Rokok kujepit dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiriku, lalu dengan pose seperti sedang menutupi korek agar tak tertiup angin, kukeluarkan Fire Bolt 'cacat' andalanku. Pas sekali ukuran apinya karena memang seukuran api dari korek api kayu. Sambil kubakar ujungnya, kuhirup dari filternya.

"Fuuuuu... Haaahhhh..."

Asap rokok mengepul keluar dari mulut dan hidungku. Setelah dua tiga kali hirup, nikotin pun terasa di kepalaku, membuat aku menjadi teler dan sedikit pusing untuk sesaat. Efeknya persis seperti orang yang baru merokok lagi setelah sekian lama berhenti merokok.

Pembuatan Rokok... SUKSES!

Sementara ini, kumatikan dulu. Aku keluar dari toilet dan kembali ke tempat dudukku tadi. Baru duduk sebentar, dari arah penginapan, ada dua orang gadis yang memanggil namaku sambil buru-buru jalan ke mejaku.

"Arkaaaa kok pergi nggak bilang-bilang siiiih!" Syla ngambek sambil segera menarik kursi di dan duduk di sebelahku.

"Tadi aku sempat pikir kalau Arka diculik naga yang ingin membalas dendam karena keluarganya dibantai Arka, terus menyiksa arka dengan menusukkan tongkat besi panas ke dalam pantat Arka. Mengerikan."

"OTAKMU ITU YANG MENGERIKAN!!!"

"Jangan gitu lagi. Jangan bikin kami cemas."

"He? 'Kami'? Emang Ren juga cemas?"

"Ya iyalah... Kamu tau nggak, Ren itu sebenernya su-mmffmmmfhhff!"

"Nggak, Ar, nggak ada apa-apa! Nggak usah dengerin Syla!" Ren berbicara dengan panik sambil menutup mulut Syla, wajahnya memerah.

"Ren kenapa?"

"Mmfff! Mmmhhhmmm!"

"Nggak ada apa-apa! Nggak ada apa-apaaa!!!" Ren berteriak sambil menutup mulut Syla dan menyeretnya pergi dari sini.

Dasar, dua orang gadis yang nggak jelas. Ya sudah, kubiarkan saja mereka mau apa. Orang-orang di sekitar melihat ke arahku. Tapi aku cuek saja, melanjutkan yang tadi terhenti.

Kukeluarkan rokok dark magic yang kubuat tadi. Dengan Fire Bolt cacat, kubakar lagi ujungnya. Lalu kuhirup dalam-dalam, dan kutiupkan perlahan asapnya keluar dari mulut dan hidungku, sambil menikmati aliran darah yang bercampur nikotin membanjiri otakku. Orang-orang di sekitar melihatku yang sedang asyik menikmati rokok. Dari ekspresi mereka, aku menyimpulkan kalau mereka kebingungan dengan yang kulakukan. Aku tak peduli dan terus merokok sambil sesekali menyeruput kopi.

***

Setelah kembali ke penginapan, resepsionisnya memanggilku.

"Permisi, Tuan Arkanava!"

Aku lantas berhenti dan menoleh ke arah sumber suara.

"Ya?"

"Ini ada surat untuk Tuan Arkanava, dari Tuan Erazor."

"Oh? Ok terimakasih..."

Kuambil surat itu dan kubawa ke kamar.

Sesampainya di depan kamar, kucoba membuka pintu, ternyata terkunci. Berarti Syla dan Ren sedang keluar. Kemudian kubuka dengan kunci yang kubawa, lalu kudorong pintunya. Dan coba tebak apa yang kulihat. Yes... Kalian benar.

"Kyaaaaa!!!"

"Kyaaaaaaa Arkaaaa tutuuuupp!!!"

*Braakkk!*

Kubanting pintunya. Syok. Potongan-potongan gambar dari pemandangan singkat barusan... Ctrl+A, Ctrl+S. Tidak akan kulupakan seumur hidupku.

Apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar?

Yang kulihat tadi adalah, Syla hanya memakai bra dan celana dalam berwarna hitam, Ren hanya memakai bra dan celana dalam berwarna biru muda. Ren berdiri di belakang Syla, seperti sedang berusaha memasang pengait bra milik Syla.

Tubuh Syla begitu mulus dengan kulit yang berwarna eksotis. Hanya ada sedikit lemak di tubuhnya. Kulit sekujur tubuhnya membalut seluruh ototnya dengan kencang. Otot di tubuhnya terlatih, tapi tidak berlebihan, sehingga menggambarkan tubuh sexy seorang gadis muda yang sangat fit.

Gunung kembar Syla yang besar itu, tidak mampu ditampung seluruhnya oleh bra yang dipakainya. Seakan lemak di payudaranya bisa tumpah sewaktu-waktu karena bra yang dipakainya terlalu ketat. Pantat Syla yang hanya terbungkus celana dalam tipis, nyaris tembus pandang. memperlihatkan bentuknya yang bulat dan padat, dengan menerawangkan belahan yang begitu menggiurkan. Leher, lengan, perut, dan paha Syla, siapapun akan setuju jika ini kusebut 'perfect body'. Semuanya, setiap centimeter tubuhnya, terlihat kencang, mulus, dan feminine. Meledakkan birahi!

Di lain sisi, Ren, hanya memakai bra dan celana dalam biru muda yang simple. Kulit putihnya begitu mulus dan merona pink, terlihat sangat fresh. Dua buah gundukan di dadanya terlihat mulus, berlekuk indah di bagian atasnya, dan tampak kenyal. Tidak kecil, tapi tidak besar. Jika tanganku memegangnya, sepertinya akan pas di telapak tanganku.

Pantatnya lumayan ramping tapi terlihat lembut. Lehernya, lengannya, perutnya, dan kakinya, terlihat mungil dan rapuh. Membuat semua pria yang melihatnya pasti langsung berhasrat untuk melindungi wanita delicate ini. Ditambah kuping rubah dan ekor yang lebat... Luar biasa menggairahkan!

Aku bersandar membelakangi pintu agar dapat menopang berat tubuhku supaya tidak jatuh. Kakiku gemetar. Pemandangan surgawi barusan terlalu berat untuk jiwaku yang polos ini. Gambaran tubuh indah dari kedua wanita itu masih terproyeksi di lobus occipital otakku. Setelah selang beberapa detik...

*Jegrekk*

"E-"

Pintu dibuka mendadak, keseimbangan tubuhku goyah, aku jadi terjatuh ke belakang. Tapi sebelum aku sempat menyentuh lantai, bajuku dipegang dan ditarik masuk ke kamar secara paksa.

"E-e-e..."

"Arka! Apa aja yang kamu liat tadi!?"

"A-aku nggak liat apa-apa!"

"Bohoooong!"

"Arka pasti liat kan?"

"Um... Engg... I-iya... Tapi dikit aja kok!"

"..."

"..."

"... Gimana?" Syla bertanya dengan wajah yang berwarna merah padam.

"He? Apa maksudnya 'gimana'?"

"iiih Arka!"

"Ka-kamu udah liat kami kan... Jadi... Gimana?"

"O-oh... I-itu... Kalian cantik. Maaf aku nggak sengaja..."

"Uuu... Arka... Ya udah kali ini kumaafin!"

"Um."

"Terimakasih atas hidangannya!!!"

"Dasaaaarrr!!!"

"Arka, mesum."

Pagi itu, tubuhku habis, dicubit dan dipukuli dua orang gadis cantik ini. Tapi aku tetap berterimakasih dan bersyukur atas pemandangan surgawi yang telah dihadiahkan kepada kedua mataku yang hina ini.

***

Setelah makan siang, tak lama kemudian kami tidur siang. Indahnya jadi orang kaya yang tak perlu bekerja untuk dapat hidup santai. Tapi kami bukan orang kaya. Libur seperti ini sangatlah langka. Dan biasanya akan berlalu dengan sekejap mata.

Sore hari, aku terbangun. Syla masih tidur nyenyak sambil memelukku. Tapi Ren sudah tidak ada di kasur. Kudengar ada suara air mengalir di kamar mandi. Oh, sepertinya Ren sedang mandi. Aku tidak akan mempertaruhkan nyawaku untuk mengintip dia mandi. Jadi, kalian lupakan saja hal itu ya!

Oh! Aku baru ingat kalau aku menerima surat dari Erazor. Tadi kuletakkan dimana ya... Sepertinya di kantong scrubs ku. Kemudian kuraih scrubs ku dan kuperiksa kantongnya. Ada. Kuambil surat itu dan kubuka isinya. Ada dua, yang pertama lembaran kertas yang berisi tulisan-tulisan, yang kedua adalah surat yang dibungkus dengan amplop yang lebih kecil, tapi ada 'seal' di tutupnya.

Biar kubaca dulu isi lembaran suratnya.

================================

Dear Arkanava,

Bagaimana kabar partymu? Kudengar kau sudah naik tingkat menjadi plat Copper? Selamat atas promosinya! Untuk kerahasiaan kekuatanmu, aku tidak akan membicarakannya ke orang lain, jadi kau tak perlu khawatir soal itu.

Cukup basa-basinya. Kita langsung ke inti permasalahan kenapa aku mengirim surat ini kepadamu.

Seperti yang kau ketahui, aku sekarang adalah petualang plat Diamond, tingkatan tertinggi dari seorang petualang. Dan ternyata plat Diamond sangatlah dihargai dan disegani di manapun aku berada.

Karena itu, aku mengirimkanmu sepucuk surat kecil dengan 'seal' milikku pada amplopnya. Di dalam amplop itu, berisi surat rekomendasi dariku agar party-mu dapat langsung naik ke tingkat Gold tanpa perlu melaksanakan semua misi prasyaratnya ataupun ujian kenaikan tingkat.

Bawa surat ini ke guild pusat yang ada di ibukota Kerajaan Balvara atau Elysium, dan berikan kapada resepsionisnya. Kalian hanya perlu mengikuti prosedur selanjutnya dan kemudian kalian akan diberikan plat Gold dengan segala hak khusus yang menyertainya.

Tapi, tentu saja, semuanya terserah padamu. Aku mengerti bahwa kau tidak ingin terlihat terlalu mencolok, dan kau ingin menjalani hidupmu dengan santai. Aku hanya ingin membantumu sebagai teman, karena kau adalah orang yang baik. Aku ingin membantu mempermudah urusanmu. Dan satu hal yang tak akan kulupakan, aku masih berhutang nyawa kepadamu.

Itu saja inti dari surat ini. Berikutnya, aku ingin bertanya beberapa hal kepadamu. Dan kau bisa menjawab ini setelah bertemu denganku di masa yang akan datang, semoga umur kita panjang.

Pertanyaanku :

1. Pedang apa itu yang selalu kau bawa? Bagaimana pedang itu bisa begitu kuat?

2. Magic apa yang kau gunakan sehingga kau bisa terbang dengan sangat cepat dan membunuh semua naga yang terbang di langit?

3. Bagaimana bisa semua anggota party-mu memiliki kekuatan melebihi petualang kelas Gold padahal kalian baru saja mendaftarkan diri menjadi plat Iron?

4. Aku melihat seperti ada bola mata Helvaran yang tergantung di sarung pedangmu dan di leher wanita dark elf itu. Apakah itu benar? Atau aku salah lihat?

5. Bagaimana hubunganmu dengan kedua wanita cantik di party-mu? Apakah kau sudah meniduri keduanya? Hahahaha...

Demikian surat ini kutulis, apabila ada perkataanku yang salah, mohon dimaafkan. Kudoakan Dewi Gaea selalu memberi perlindungan kemanapun kalian melangkah.

Salam,

Erazor 'Dragon Spearman' Gerova"

================================

"Hahaha... Orang tua ini brengsek juga..." Gumamku dengan suara lirih.

"Um. Benar."

"Iya kan... Masa dia nanya apa aku udah nidur-"

Aku tersadar kalau ternyata ada orang di belakangku yang juga ikut membaca surat itu.

"EEEEHHHH!!! Sejak kapan kamu di belakangku, Ren? Dan... Kenapa kamu cuman handukan aja???"

"Dari tadi. Aku juga udah membaca semuanya. Untuk pertanyaan kenapa aku cuman handukan, jawabannya, ya nggak masalah, toh Arka juga udah ngeliat lebih dari ini."

"Tapi- nnggg..." Aku tak bisa membalasnya, skakmat.

"Jadi Arka mau gimana? Mau manfaatin surat rekomendasi itu? Atau mau meniti karir dengan kekuatan kita sendiri?"

"Uhmmm... Sebenernya aku belum mikir sampe situ sih, Ren."

"Oh, gitu..."

"Engg... Kalo menurutmu, gimana, Ren?"

Ren tampak diam sebentar. Tatapannya menunduk, wajahnya serius. Untuk beberapa saat, Ren hanyut dalam pemikirannya yang dalam.

"Sebentar. Aku pake baju dulu. Dingin."

Setelah berkata seperti itu, Ren langsung berjalan ke arah lemari tempat dia menyimpan pakaiannya. Dia buka pintu lemarinya, lalu dia mengeluarkan pakaian santai, seperti daster, berwarna pink polos. Lalu dipakaikannya daster itu ke badannya. Setelah terpakai, dia melepaskan handuknya dengan menariknya dari bawah daster sambil sedikit membungkuk.

Aku yang dari tadi memperhatikan Ren ganti baju tanpa berkedip, tanpa sadar kepalaku semakin miring. Mencoba mengintip ke arah bawah dasternya. Sedikit lagi... Sedikiiiiiiittt lagi.... Tiba-tiba, Ren tegak lagi. Yahhh... Aku kecewa. Kemudian, Ren mengambil sehelai kain kecil, tipis, berwarna putih, berbentuk segitiga.

Lalu dia membungkuk lagi, memasukkan kakinya satu per satu ke dalam lubang di kain segitiga itu. Kepalaku refleks miring lagi. Berusaha keras untuk melihat serendah mungkin. Mataku, berakomodasi maksimal. Memfokuskan lensa mata ke suatu titik. Sedikiiiiit lagi mataku bisa melihatnya, Taman Eden milik Ren.

Ayo, Ren, lebih menunduk sedikit lagi... Ayo ayo ayo... Perlahan, Ren mengangkat kain segitiga itu. Naik ke betisnya, setinggi lutut, sampai paha, daster bagian bawahnya terangkat seiring kain segitiga itu naik... Tapi, ini memang benar-benar membuatku geregetan, karena selama proses itu, walaupun Ren sudah bergerak dengan sangat pelan, aku tetap tidak bisa melihat sedikitpun Taman Eden Renia Misha.

Sekarang celana dalamnya sudah terpasang. Dasternya turun lagi menutupi sampai lutut. Dan Ren sudah kembali ke posisi tegak. Lalu Ren menolehkan kepalanya ke arahku tanpa menggerakkan badannya.

"Tadi itu, service buat Arka."

"Wa-"

Damn! Ternyata, Ren sengaja melakukan itu semua di depanku! Dan dia pasti tahu kalau aku melihatnya tanpa berkedip, bahkan sampai miring-miring. Aduh malunya aku...

Kemudian, sambil memutar tubuhnya menghadap ke arahku secara perlahan, Ren berkata...

"Dan ini, service tambahan buat Arka."

"A-wa-wa-"

Kenapa aku berbicaranya menjadi seperti Ren??? Setelah tubuhnya menghadap ke arahku, aku bisa melihat puting susunya menonjol di balik dasternya yang tipis itu. Aku tak bisa melihatnya, tapi aku bisa melihatnya! Ren, Terimakasih!!!

Tunggu sebentar. Perempuan ini, ngeri juga. Syla mungkin memiliki sex appeal dari tubuhnya yang perfect, dan perilakunya yang manja tapi frontal. Namun, wanita di hadapanku ini, mempunyai sex appeal dan teknik memikat yang sama sekali berbeda. Untuk beberapa menit, dia membuatku tenggelam dalam permainannya! Gila gila...

"Arka... Suka?"

"A-ah... *Slurrrp* Su-suka!" Aku segera menelan dan mengelap liurku yang tak sengaja mengalir melihat semua service yang diberikan Ren.

"Hehehe... Jadi, untuk surat rekomendasi dari Paman Erazor..."

"Ah! Iya! Tadi kita ngomongin itu!"

"Menurutku..."

***BERSAMBUNG...***

_______________________________________

Terimakasih sudah membaca!

-Erazor Gerova a.k.a. Dragon Spearman (nama lengkap dan titel Erazor)