Fang Chixia tidak ingin mengakui kenyataan yang kejam ini. Namun, memang begitulah kenyataannya. Ia tidak ingin terus berbicara dengan pria itu. pun Ia menyentuh kalung yang ada di lehernya dengan ujung jarinya dan tetap terdiam selama beberapa saat. Setelah itu, ia perlahan mengangkat wajahnya.
"Antarkan aku untuk meninggalkan tempat ini dulu. Kamu boleh mengantarkanku ke manapun. Aku tahu bahwa uang yang bisa kubayar untukmu terlalu sedikit. Tapi, nanti aku akan pelan-pelan memberikannya kepadamu," kata Fang Chixia sambil menatap Luo Yibei dengan penuh memohon dan nyaris tanpa berkedip.
Saat Luo Yibei melihat Fang Chixia menyentuh kalungnya, ia mengira bahwa Fang Chixia akan menggadaikan kalungnya. Tak disangka, ternyata perempuan ini hanya berkata-kata. Ia diam sejenak, lalu menoleh ke arah supir di depannya dan berkata singkat, "Jalan."
Fang Chixia menghembuskan napas lega karena berhasil membujuk Luo Yibei, lalu mengalihkan pandangannya ke jendela. Saat mobil melintasi Fang Rong, ia segera memalingkan wajahnya. Kebetulan, Fang Rong yang sebelumnya terus menatap ke arah belakang juga memalingkan wajahnya. Fang Chixia merasa sangat senang karena akhirnya ia bisa melewati Fang Rong. Sementara di sisi lain, wajah Fang Rong berubah menjadi muram saat ia melihat bayangan orang di mobil yang baru meninggalkan tempat itu.
———
Luo Yibei langsung mengantarkan Fang Chixia ke kampusnya. Setelah perempuan itu turun dari mobil, Luo Yibei terus memandanginya sampai ia memasuki gerbang kampus. Luo Yibei tidak segera kembali dan malah beralih ke bodyguard-nya untuk berkata, "Setelah kembali, bantu aku selidiki kondisi keluarganya."
"Baik, Tuan," jawab bodyguard itu.
Mobil yang dikemudikan oleh bodyguard Luo Yibei terus melaju hingga melewati pemandangan indah, lalu akhirnya berhenti di depan sebuah vila yang tampak indah dan tenang. Pelayan yang berdiri di depan pintu segera melangkah maju dan membukakan pintu untuk Luo Yibei dengan hormat. "Tuan, Anda sudah kembali," sambut pelayan.
Saat Luo Yibei hendak turun dari mobil, tiba-tiba ia melihat mobil berplat nomor familier yang parkir di sebelah mobilnya sehingga ia mengerutkan kening. Ia pun turun dari mobil dan menutup pintu, lalu berjalan melalui jalan bebatuan di taman sebelum masuk ke vila.
"Paman Xichen, bagaimana bisa Nuo Ya seperti ini?" tanya seorang wanita yang bersuara imut. Suaranya sangat melengking karena ia sedang kesal dan bahkan terdengar hingga ke taman. Nuo Ya adalah nama panggilan yang diberikan oleh Nyonya Luo untuk Luo Yibei ketika ia masih kecil. Hanya orang-orang terdekat yang memanggilnya dengan nama itu.
Luo Yibei masuk ke ruangan dengan wajah yang tak menunjukkan ekspresi apapun. Ia melirik orang-orang yang sedang duduk di ruangan itu dengan tatapan samar. Akhirnya, ia menatap Ji Ai yang duduk di samping Luo Xichen. Ji Ai adalah wanita yang sangat cantik dengan fitur wajah yang begitu indah. Melihat wajahnya akan membuat orang lain ingin menyentuhnya. Namun, saat ini Ji Ai sedang mengerutkan keningnya.
"Kembalilah!" Luo Xichen memanggil Luo Yibei sambil menggosok pelipisnya. "Aku serahkan dia padamu," katanya, lalu berbalik dan berjalan ke lantai atas.
Saat Luo Xichen pergi, suasana hati Ji Ai rasanya semakin berantakan dan ia tak bisa menahan diri untuk bicara pada Luo Yibei. "Siapa wanita yang semalam bersamamu? Kenapa dia ada di sana? Nuo Ya, jangan-jangan kamu dan dia—"
Luo Yibei menyipitkan matanya. Ia tahu bahwa ia seharusnya menghibur Ji Ai di saat seperti ini. Namun, ia malah memberikan Ji Ai tatapan kosong sambil berkata, "Iya."
Luo Yibei hanya mengucapkan sebuah kata yang begitu sederhana, singkat, dan jelas. Ji Ai menatapnya dengan tatapan tak percaya dan wajahnya segera berlinang air mata.