Akankah part kali ini penuh dengan hujatan?
Apa penuh dengan puji pujian ๐๐๐
Gak ada yang mau muji2 Shin gitu? ๐ฅบ๐ฅบ
wkwkwkwk
Happy Reading!!
Gaspoll keun dong, jangan lupa vote, komen dan share!!
Muaaah muaaahh
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Tidak perlu berusaha untuk melupakan, yang penting adalah terbiasa dengan ketidakhadirannya
- Bebbyshin -
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Alfa berhasil mengharumkan nama sekolahnya dengan memenangkan Lomba Cerdas Cermat yang selama 2 hari diikutinya. Bukan hal sulit bagi Alfa jika itu menyangkut pelajaran, toh sedari dulu memang dirinya terkenal sebagai anak yang berprestasi.
Alfa sudah menyumbangkan belasan piala untuk sekolahnya di bidang Akademis maupun olahraga. Sempurna, itulah yang selalu dikatakan setiap orang jika melihat Alfa secara umum. Namun, Alfa akan sangat bodoh jika menyangkut kisah percintaan. Dia tidak begitu paham bagaimana menyenangkan hati wanita dan mengerti perasaannya sendiri.
Kini pikirannya terpecah burai. Sejak kemarin dirinya baru menyadari bahwa kini dia sudah memiliki Gita. Beberapa hari yang lalu bahkan Alfa secara berani mengatakan tidak ingin Gita dekat dengan cowok lain. Tapi sekarang, dia sendiri yang dekat dengan cewek lain. Hal yang sangat tidak disukai Gita tentunya. Dia bertekat akan meminta maaf segera pada Gita. Cewek ceroboh itu pasti sangat marah padanya.
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Alfa berjalan menuju ke arah kelas Gita. Tadi pagi dia mampir ke rumah Gita namun, ternyata Gita sudah pergi duluan dan Bi Isa bilang Gita sudah dijemput temannya.
'Siapa yang ngejemput Gita? Amel? atau si brengsek Andrew?' Alfa membatin.
Alfa berdiri di depan pintu kelas Gita, matanya menelisik satu per satu orang di sana. Gita terlihat sedang berbincang dengan Amel. Baru saja Alfa ingin memanggil Gita, lengannya sudah ditempeli oleh tangan halus yang sangat dikenalinya, Venus.
"Kak Alfa ngapain ke sini? Cari aku ya?" tanya Venus dengan mata berbinar serta senyum sumringah pada Alfa.
Amel memberi kode pada Gita agar menoleh ke arah depan pintu kelasnya. Seketika Gita mendengkus kasar dan menoleh ke arah lain. Dirinya mencoba tidak memperdulikan keberadaan Alfa lagi. Alfa sama saja dengan cowok lainnya dimata Gita. Brengsek.
"Masih pagi aja udah gelendotan kayak nyemot tuh planet!" gumam Amel kesal dengan pemandangan paginya itu.
"Gue bahkan ga peduli dia mau apa! Dia bukan siapa-siapa gue lagi" ketus Gita sambil membuka buku catatannya.
"Hah? Lo serius putus sama Kak Alfa?" desis Amel kepo.
"Iya. Semalem gue udah bilang ke nyokap bokap gue.
Mereka ga ngeizinin, tapi gue ga peduli" cerita Gita.
"Kenapa ga coba lo bilang aja sih ke Planet itu, kalo sebenernya kak Alfa itu pacar lo," kata Amel menasehati.
"Kak Alfanya aja ga ada niatan buat konfirmasi hubungan gue sama dia ke Venus. Ngapain gue keganjenan bilang ke Venus kalo kak Alfa pacar gue. Yang ada ntar gue dibilang tergila-gila sama Kak Alfa. Ogah!" jelas Gita ketus.
Amel mengangguk. "Bener juga sih, Git. Ya udahlah, lo ikutin aja gimana maunya Kak Alfa," kata Amel pasrah.
"By the way, tadi lo pergi sama siapa? Gue ngeliat lo dibonceng sama cowok pake ninja merah? Apa mata gue yang salah liat?" Amel mengkonfirmasi pada Gita.
"Oh, iya. Lo gak salah liat kok, Mel. Gue emang tadi pergi sekolah bareng Afkan. Anak XI IPS 1," jawab Gita santai.
"Afkan? Anak Sepakbola itu ya? Kok lo bisa bareng dia?" Amel super penasaran.
"Dih, kepo banget sih lo!" ketus Gita.
"Anjir, Git! Gue inget mukanya Afkan yang mana. Anjaaay! Pantes aja elo selow gak digubris sama kak Alfa ternyata gebetan baru lo, juga ganteng gitu, si Afkan!" kata Amel antusias.
"Dih lo ini, nyebarin gosip banget," desis Gita.
Di depan pintu kelas, Alfa memperhatikan Gita dengan lekat. Lagi-lagi dirinya kehilangan fokusnya jika berada di dekat Venus dan Gita mengabaikannya.
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
"Lo pacaran ya, Ven sama Kak Alfa?" tanya Bella salah satu teman sekelas Venus dan juga Gita.
Gita sempat menguping pertanyaan Bella sebelum pergi ke kantin bersama Amel.
"Belum kok, tapi semoga aja dalam waktu dekat kami bisa balikan. Doakan saja ya, Bel," jawaban santai dari Venus membuat Gita kesal bukan main.
Gita menarik tangan Amel untuk segera pergi dari kelasnya itu menuju kantin.
"Anggita...!" panggil seseorang yang saat ini tidak ingin Gita temui.
Gita berjalan cepat tanpa menoleh ke belakang, sampai di depannya ada Afkan yang berdiri bersama teman-temannya. Gita memukul bahu Afkan pelan dan cowok itu sedikit terkejut lantas menoleh.
"Anggi, lo ngagetin aja!" kata Afkan dibalas dengan cengiran Gita. Amel yang berada di sampingnya memperhatikan Afkan dengan lekat dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"Ihiiiiwww... Afkan. Ini gebetan lo ya? Cieee, mantep bener sih pilihan lo," Goda teman-teman Afkan membuat Afkan salah tingkah dengan menggaruk tengkuk belakangnya.
"Ga usah di dengerin Nggi, mereka soplak. Lo mau ke mana?" tanya Afkan.
"Tadinya gue sama Amel mau ke kantin, tapi ga jadi. Eh iya, kenalin ini temen gue, namanya Amel. Ini Afkan yang barengan sama gue tadi pagi, Mel," jelas Gita.
Afkan dan Amel bersalaman sambil saling melempar senyum.
"Pacarnya kak Wijaya ya, lo? Siapa yang gak kenal sama elo, Mel," kata Afkan membuat Amel tersipu malu.
Akhirnya Gita dan Amel, ikut bercanda gurau dengan Afkan dan teman-teman kelasnya. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang memperhatikan dari kejauhan dengan tangan mengepal kuat.
'Git, aku ga cemburu. Tapi aku bener-bener ga suka kalo liat orang lain bikin kamu ketawa selain aku,' batin Alfa saat melihat Gita tertawa tanpa beban bersama orang lain.
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
"Kita harus bicara," ucap Alfa tiba-tiba pada Gita saat mereka berpapasan secara tidak sengaja di Perpustakaan.
Gita melengos begitu saja mengabaikan ucapan Alfa.
Cowok itu mencekal lengan Gita membuat Gita meronta.
"Lepasin! Apa sih mau lo!" desis Gita membuat Alfa seketika terkejut.
"Kamu. Udah berapa kali aku peringati jangan pake elo gue lagi kalo kita lagi bicara. Aku gak suka," ucap Alfa dengan nada menahan kesal.
"Terus? Apa peduli gue? Memangnya lo siapa, ngatur-ngatur hidup gue? Dan satu hal lagi, gue gak mau berurusan sama lo lagi, Kak Alfa yang terhormat," Gita menyentakkan lengannya yang dipegang Alfa sampai terlepas, lalu berlari begitu saja meninggalkan Alfa yang berdiri mematung mendengar ucapan Gita barusan.
Alfa tidak menyangka jika Anggita yang Alfa kenal akan jauh lebih keras kepala. Dia kecewa terhadap sikap Gita yang mengacuhkannya begitu saja. Semua hal bisa dibicarakan dengan kepala dingin.
Semalam, ada hal yang mengusik pikiran Alfa. Maminya mengatakan hal yang sangat menghantam dadanya keras, perihal Gita bersikeras untuk membatalkan perjodohan mereka berdua. Alfa tentunya sangat terkejut atas apa yang dikatakan maminya itu. Alfa ingin tahu dengan pasti, alasan apa yang memicu Gita sampai berucap hal keramat itu pada orangtuanya.
Alfa berpikir, apakah tindakannya saat ini sangat mengecewakan Gita sampai Gita ingin membatalkan pertunangan mereka atau Gita sudah punya cowok lain? Yang berarti Gita berselingkuh di belakangnya. Pertanyaan itu semakin berputar-putar di kepala Alfa.
Sepulang sekolah, Alfa akan menghindari Venus dan berusaha agar bisa bicara empat mata dengan Gita. Sungguh, kali ini Alfa merasa sangat bodoh dalam memecahkan masalah mengenai percintaan.
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Alfa mengendap-endap dan menghindari Venus, bukan karena dirinya membenci Venus namun, dirinya butuh bicara berdua dengan Anggita. Jika bertemu Venus tentu dirinya tidak akan bisa berbicara empat mata dengan Gita.
Venus terlihat berdiri di dekat gerbang sambil menoleh ke sana kemari sambil memegang ponselnya dan tentu ponsel Alfa yang bergetar karena Venus mencari keberadaannya. Alfa memasukan ponselnya kembali ke kantung celananya, mengabaikan panggilan Venus.
Alfa kembali lagi fokus pada Gita, matanya terus berjelajah mencari keberadaan Gita namun, tak kunjung ditemukan. Alfa berjalan menyusuri lapangan olahraga dan juga tetap tidak menemukan keberadaan cewek yang dicarinya.
Pada akhirnya, Alfa menemukan sosok yang menjadi targetnya sedang berdiri di pinggir ruang ganti dan memegang tas yang tidak familiar dimata Alfa. Itu bukan tas Gita bahkan bukan tas Amel namun, itu seperti tas cowok.
Belum sempat Alfa memanggil Gita,ย tiba-tiba sosok cowok yang Alfa lihat tadi siang berbincang dengan Gita kini muncul ke luar dari ruang ganti baju. Tangan Alfa terkepal kuat melihat keduanya saling berbincang santai dan terlihat akrab.
"Shit!" umpat Alfa saat melihat keduanya berjalan bersisian.
Alfa berjalan cepat dengan wajah datarnya menuju Anggita dan juga cowok itu yang sama sekali tidak Alfa kenal.
"Lo pilih mana? Es Kepal milo apa Kepal tangan ini, terus kita jalani bersama?" ucap Afkan pada Gita dengan cengiran lebarnya.
"Dih si anjay! Afkan receh banget. Lo udah pinter gombal ya?" balas Gita malu-malu.
"Receh-receh, tapi lo suka kan?" Goda Afkan sambil menunjuk-nunjuk wajah Gita yang bersemu merah merona.
"Ih, apaan sih Afkan. Enggak ih. Afkan lo nyebelin ih," Gita menunduk sambil mendorong-dorong tubuh Afkan agar menjauh namun, Afkan hanya tertawa-tawa.
"Cie, Anggi malu. Tuh mukanya kayak tomat merah merona." Afkan terus menggodanya.
Gita mencebikkan bibirnya dan berpura-pura merajuk pada Afkan dengan berjalan pelan sambil bersedekap tangan di depan dada. Sedangkan Afkan berjalan sambil menertawai ekspresi wajah Gita.
Afkan menoleh ke arah Gita yang tertinggal di belakangnya, lantas berjalan lagi mendekati Gita. Afkan menarik tangan Gita yang sedang bersedekap lantas menggenggamnya sambil tersenyum.
"Becanda doang Anggi, abisnya ditanyai mau es kepal milo apa kepal tangan gue, elo gak jawab sih," kata Afkan sambil menggandeng tangan Gita.
Afkan memanggil Anggita dengan sebutan Anggi bukan Gita karena Afkan beralasan pada Anggita jika lidahnya lebih terampil memanggil Anggita dengan nama Anggi ketimbang Gita. Alasan yang gak masuk akal, tapi Anggita suka.
Gita dan Afkan terus berjalan dan hampir saja Gita terjungkal jika saja tangannya tidak sedang berpegangan pada Afkan. Gita menginjak tali sepatunya yang terlepas, kebiasaan ceroboh Gita memang tidak bisa dihilangkan.
"Ck! Kebiasaan lo, Nggi. Udah gue bilangi dari kemarin, kalo ngiket tali sepatu tuh kenceng-kenceng jangan kendor biar ga lepas. Sama nih kayak hubungan, lo harus jaga erat-erat orang yang lo sayang, biar ga lepas diambil orang." omel Afkan sambil mengikat tali sepatu Gita.
Gita menunduk menatap Afkan yang dengan spontannya mengikat tali sepatunya, hal yang tidak pernah terpikirkan dibenak Gita sama sekali. Dia merasa hal yang seperti ini hanya ada dalam sinetron atau drama korea namun, sekarang Afkan melakukan untuknya tanpa diminta atau dikode sama sekali.
Alfa bahkan tidak pernah melakukannya untuk Gita. Gita mulai membandingkan Alfa dan Afkan. Afkan berdiri sambil menepuk-nepuk lutut celananya dan memperlihatkan cengirannya pada Gita sambil mengacak pucuk kepala Gita dengan santai. Gita terpesona dan terdiam mematung.
Afkan meraih telapak tangan Gita lagi untuk ia genggam. Baru saja akan melangkah, kaki mereka seperti memiliki rem tersendiri secara refleks berhenti. Alfa berdiri di hadapan Gita dan Afkan dengan wajah datarnya, tanpa ekspresi apapun seperti biasa. Alfa menatap genggaman tangan Afkan dan Gita. Gita memejamkan matanya lantas mengembuskan napas berat.
"Jadi kalian pacaran?" tanya Alfa pada Afkan dan Gita.
Belum sempat, Afkan bersuara, Gita sudah menyelanya terlebih dahulu.
"Apa urusan elo, mau kita pacaran apa enggak, gue rasa elo gak ada hak nanya kayak gitu. Itu privasi orang lain dan elo ga berhak mencampurinya." ucap Gita tegas dan lugas.
Alfa menarik napasnya dan menghelanya dengan berat, mengontrol emosi yang menyesakkan dadanya.
"Kita butuh bicara empat mata, Git," kata Alfa datar.
"Gue rasa gak ada yang perlu dibicarain jadi, gue ga mau bicara lagi sama lo," elak Gita ketus.
"Banyak hal yang harus kita bicarain, Git!" kata Alfa tegas.
"Lo budek ya? Gue bilang gue gak mau bicara lagi sama elo." bentak Gita marah.
"Yuk, Kan, pergi dari sini. Gue males lama-lama di sini," Gita menarik tangan Afkan untuk pergi namun, Afkan malah menarik balik tangan Gita membuat Gita terkejut lantas melotot atas tindakan Afkan barusan.
"Lo gak boleh lari dari masalah, Nggi. Lo harus bicara berdua sama kak Alfa, biar lo tau duduk permasalahannya. Setidaknya lo kasih kak Alfa kesempatan buat ngejelasin semuanya ke elo. Setelah mendengar penjelasannya baru lo bisa ambil keputusan." ucapan Afkan yang bijak membuat Gita tertegun.
"Lo mau nungguin gue kan?" tanya Gita pada Afkan, Afkan tersenyum dan mengangguk sambil mengacak pucuk kepala Gita.
"Iya bawel, gue di sini, bakal nungguin elo. Sudah sana ngobrol dulu sama kak Alfa," Afkan mendorong bahu Gita dengan kedua tangannya.
Alfa memperhatikan interaksi keduanya dalam diam, dadanya berdetak kencang, hatinya memanas melihat perlakuan Afkan pada pacarnya itu. Ya, Gita pacar Alfa, Gita calon istri Alfa, seharusnya begitu.
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Setelah seseorang menyakitimu
Kamu tidak akan sama lagi
๐ป๐ป๐ป๐ป๐ป
Keluarin unek2 kalian wkwkwkwk