Chereads / ANGGITA and HER STORIES / Chapter 24 - Dua puluh Empat

Chapter 24 - Dua puluh Empat

Happy Reading โค๏ธ

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Venus masuk ke dalam kelas dengan wajah murung, Amel segera menyikut Gita dan mengedikkan dagunya menunjuk Venus.

"Gak tau kenapa, gue kok jadi bete kalo liat muka dia," bisik Amel.

Gita mengedikkan bahu tak acuh.

"Mukanya kalem, lemah lembut kayak ager, tapi hatinya mak lampir. Tukang tikung, nyebelin banget astaga!" sewot Amel.

Gita menopang kepalanya miring dengan sebelah telapak tangannya menghadap Amel.

"Gue yang ditikung, tapi kok elo yang dendam banget kayaknya ya. Heran juga gue," kata Gita santai.

Amel menggeleng. "Enggak tau deh. Tapi beneran gue bete tiap kali liat muka dia. Eh- by the way, dia ke sini!"

Gita melotot sambil mengerutkan dahi mendengar ucapan Amel.

"Git..." sapa Venus.

Gita menoleh pelan tanpa ekspresi saat namanya dipanggil.

"Kenapa?" tanya Gita sekenanya.

Venus memilin jari tangannya sambil menatap Gita.

"Nanti istirahat, aku minta waktu kamu sebentar ya. Aku butuh bicara sama kamu. Aku mohon," pinta Venus dengan wajah yang memelas.

Alis Gita menyatu, gadis itu melemparkan tatapan bingung mendengar permintaan Venus padanya. Amel menyenggol kakinya dan mengkode Gita untuk menolak ajakan tersebut.

"Oh, ya udah. Oke!" Gita akhirnya mengiyakan ajakan Venus.

Venus tersenyum tertahan namun, terlihat mengembuskan napas lega mendengar jawaban Gita. Venus pamit untuk kembali ke tempat duduknya. Amel menyikut lengan Gita.

"Aduh! Lo kenapa dah, Mel. Dari tadi nyenggol-nyenggol terus sekarang nyikut-nyikut gue?" tanya Gita bingung.

"Errrr... Kok elo mau aja sih ngikutin kemauan TTPO itu?" gusar Amel.

Gita menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Apaan TTPO itu?" tanya Gita polos.

"Ck! TTPO itu Tukang Tikung Pacar Orang. Ya elah, lo kudet banget sih, Git. Eh- udah lupain singkatan itu,"

"Elo kenapa mau-mau aja diajakin sama si planet itu? Lo gak takut dia ngapa-ngapain lo?" gerutu Amel.

Gita menaruh kepalanya tiduran di atas meja.

"Ya kali dia mau bunuh gue. Ini tuh sekolah, terus rame pula. Lo ngaco amat sih. Kebanyakan nonton sinetron azab sih," ejek Gita.

"Anjirr! Elo diingetin malah ngejek gue. Kita tuh harus waspada, akibat elo lengah itu tuh kak Alfa jadi ditikung dia," omel Amel.

"Apa sih, Mel. Gue udah ada Afkan kalo lo lupa," Gita mengingatkan.

Amel mencebikkan bibirnya kesal. Gita kadang kala suka gegabah dan mengambil keputusan sendiri. Amel hanya khawatir sahabatnya itu disakiti lagi oleh Venus, yang notabene adalah pacar mantan tunangannya eh mantan calon suaminya Gita.

"Terserah elo deh kalo gitu," ucap Amel akhirnya.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Beberapa minggu lagi, siswa kelas XII akan melaksanakan Ujian Nasional. Tidak terasa juga hubungan Afkan dan Gita sudah hampir berjalan dua bulan. Selama berpacaran, hampir tidak ada masalah yang timbul diantara mereka berdua.

Afkan cukup mengerti bagaimana Gita. Begitu pun Gita yang mulai terbiasa dengan kehadiran Afkan di hidupnya. Perasaannya yang tadinya biasa-biasa saja kini sudah mulai berubah menjadi suka.

Gita pikir, sosok Afkan adalah sosok yang Gita cari selama ini. Dan Afkan juga merupakan pacar Gita yang terbaik diantara yang lainnya. Tidak ada manusia yang sempurna hanya saja, Afkan terlihat begitu sempurna di mata Gita untuk saat ini.

"Lo mau ke mana, Nggi?" tanya Afkan saat berpapasan dengan Gita di koridor kelasnya.

"Mau ke taman belakang sebentar," jawab Gita jujur.

"Oh- lo mau ketemuan sama mantan ya?" canda Afkan.

Gita memukul lengan Afkan sembari mencebikkan bibirnya.

"Apa sih lo. Gue mau ketemuan sama Venus di sana. Dia ngajakin gue ngobrol. Gak apa kan? Lo ngasih izin gak?" tanya Gita.

Afkan mencubit pipi Gita gemas.

"Lo kayak apa aja. Ya bolehlah, ngapain gue larang elo ngobrol sama orang," kata Afkan santai.

Gita tersenyum mendengar ucapan Afkan dan gadis itu pamit untuk ke Taman sebentar.

"Balikan sama mantan aja, gue izinin kok, Nggi," gumam Afkan yang tidak lagi di dengar oleh Anggita.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

"Lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Gita to the point pada Venus.

Venus yang duduk di salah satu kursi di sana menoleh dan tersenyum tertahan pada Gita. Venus tau, Gita sedikit banyak pasti masih menyimpan rasa kesal padanya.

"Duduk dulu, Git. Kita ngobrol sambil duduk aja," Venus menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Gita berjalan mendekat Venus dan duduk di tempat yang ditunjuk oleh Venus tadi.

"Maaf ya, Git, aku mengganggu waktu kamu," ucap Venus lirih.

Belum memulai obrolannya, mata Venus sudah terlihat berair, gadis itu menggigit bibirnya kuat menahan tangisnya agar tidak tumpah di depan Gita saat itu.

"Lo kenapa? Kok malah nangis?" tanya Gita panik.

Venus menghapus airmatanya dengan cepat.

"Aku minta maaf, Git. Aku benar-benar minta maaf," lirih Venus.

"Lo kayak lebaran aja minta maaf terus ke gue. Lo ngerasa banyak banget ya salah ke gue?" tanya Gita blak-blakan.

Gita tidak benci pada Venus hanya saja, ia sekarang sulit untuk berbasa-basi pada teman sekelasnya itu.

Venus mengangguk berkali-kali.

"Aku putus dengan kak Alfa."

Sebaris kalimat yang keluar dari mulut Venus membuat Gita bergeming.

"Kak Alfa mutusin aku," lanjut Venus.

"Aku pikir dengan menjalani hubungan yang belum kelar kemarin bisa memperbaiki bahkan makin memperbesar rasa diantara kami. Tapi ternyata aku salah, Git." Venus memulai ceritanya sedangkan Gita hanya diam mendengar dan menyimak dengan baik perkataan Venus.

"Makin lama hubungan kami makin hambar. Semakin ke sini kak Alfa makin jadi pendiam. Sekalinya bicara, dia selalu salah sebut nama," lanjut Venus.

Gita tidak tahan untuk menyela cerita Venus.

"Salah sebut nama? Maksud lo nyebut nama cewek lain? Atau nama maminya?" tanya Gita polos.

Venus menatap Gita lekat.

"Dia selalu panggil aku dengan nama kamu, Gita." kata Venus dan Gita menggeleng terkejut.

"Lo becanda pasti," elak Gita dan Venus menggeleng cepat.

"Demi Tuhan aku bersumpah, Git," kata Venus meyakinkan.

"Posisi aku semakin lama semakin aneh. Hati kak Alfa bukan lagi milikku ternyata," ungkap Venus.

"Kak Alfa sebenarnya suka bahkan mungkin sayang sama kamu, Git. Hanya saja dia tidak bisa mengungkapkan atau lambat menyadari perasaannya itu," Gita tertawa sumbang mendengar ucapan Venus.

"Aku sangat kecewa dengan apa yang terjadi saat ini," keluh Venus.

"Cerita lo ini, terlalu mengada-ada, Ve. Dari dulu juga kak Alfa gak pernah punya perasaan buat gue. Gue juga yakin, dia pacaran sama gue waktu itu karena terpaksa," sanggah Gita.

"Maaf ya, Ve, gue gak percaya sama omongan elo ini. Gue ngerasa ada di sini jadinya sia-sia aja kalo cuma omong kosong kayak gini yang elo kasih ke gue," ketus Gita.

"Ini bukan omong kosong, Anggita. Ini kenyataannya, semua yang aku ceritain ini fakta," bentak Venus frustasi.

"Terus kalo itu fakta, elo mau nyalahi gue? Gara-gara gue elo diputusin kak Alfa? Lo mau gue ngebujuk kak Alfa buat balikan sama elo, begitu?" kata Gita geram.

Untung saja posisi taman ini cukup terbelakang. Jarang di datangi oleh siswa sekolahannya, jadi percakapan Venus dan Gita tidak mengganggu orang lain di sekitar mereka.

Venus memandang Gita dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku cuma pengen kamu tahu kalau semua itu bikin hati aku sakit. Aku kecewa, aku marah," kata Venus dan dengan cepat disela oleh Gita.

"Lalu lo pikir pas gue putus sama kak Alfa, gue gak sakit hati? Gue gak kecewa? Gue gak marah? Gue pengen banget maki-maki elo, tau gak? Kehadiran elo bikin hubungan seumur jagung gue bubar begitu aja. Dan sekarang elo nyeritain seolah-olah semua salah gue," ucap Gita emosi.

"Lo egois banget, Ve. Lo cuma mikirin diri elo sendiri tanpa mau peduli diri orang lain. Otak lo sinting yah?" sindir Gita kesal secara terang-terangan.

"Aku tidak egois, Git. Hanya saja aku merasa semua ini tidak adil. Kenapa cepat sekali kak Alfa berpaling perasaan denganmu. Aku selalu berusaha ada di sampingnya, tapi sekarang tidak dianggap dan dicampakkan," kata Venus panjang lebar.

"Jawaban atas curhatan elo itu semua ada di kak Alfa. Lo bisa tanyai langsung ke dia. Gue rasa cukup sampe di sini pembicaraan kita. Gue cabut!" Gita melenggang tanpa mempedulikan Venus yang berdiri menangis dengan kedua telapak tangan terkepal.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

"Aku mau bicara empat mata sama kamu," Alfa mencekal lengan Gita ketika berpapasan di dekat taman belakang sekolahnya.

"Lepas!" Gita meronta mencoba melepaskan cekalan di lengannya.

"Tidak, sampai kamu mengiyakan permintaanku tadi," kata Alfa tegas dan dingin.

Gita mendelik tidak suka. Ia berdecak kesal.

"Lepas! Nanti pacar gue liat terus salah paham," gerutu Gita.

"Jawab dulu, ya, baru aku lepaskan," perintah Alfa.

Mau tak mau Gita menuruti permintaan Alfa dengan terpaksa.

"Iya!"

"Gak pacar! Gakย  elo, semuanya sama aja," desis Anggita.

Alfa melepaskan cekalannya.

"Besok jam satu, kita bicara empat mata di perpustakaan. Aku tunggu di sana," Setelah mengucapkan itu Alfa kembali berjalan santai menuju kelasnya.

Sedangkan Gita menggerutu pada Alfa yang sudah pergi menghilang dari pandangannya.

"Dasar sialan! Dua-duanya orang gila yang nyebelin. Semua bikin kacau hati gue!" gerutu Gita.

Tanpa Gita sadari, di balik dedaunan itu ada sepasang mata dan telinga yang mengamati serta mendengarkan semua pembicaraan Gita.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Dua part menuju ending ๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป

Komen yang banyak ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ

PS juga KASIH DONG ๐Ÿ”ช๐Ÿ”ช๐Ÿ”ช