Chereads / ANGGITA and HER STORIES / Chapter 18 - Delapan Belas

Chapter 18 - Delapan Belas

Kira-kira pas baca part ini masih banyak gak yang muji Alfa ๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป

Jangan lupa tinggalin jejak kayak biasa yaa..

Sekalian Vote dan Komennya

๐ŸŒธ Happy Reading All ๐ŸŒธ

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Baru saja, Gita ingin melangkahkan kakinya namun, tubuhnya sedikit oleng ketika Venus tiba-tiba menabrak tubuhnya dan sedikit berlari. Lebih mengejutkan Gita bukan tabrakan Venus melainkan pemandangan yang kini dilihatnya.

Venus memeluk erat Alfa, menyandarkan kepalanya di dada Alfa di depan mata kepala Anggita. Amel dan Anggun yang turut menyaksikan hal itu, ikut terkejut akan aksi Venus tersebut.

Gita bergeming, hanya berdiri kaku di tempat. Debaran jantungnya berdetak cepat, hatinya seperti diremas kuat. Seakan terbang melayang lalu terhempas begitu saja melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Alfa bahkan tidak menoleh ke arah Gita namun, menunduk menatap gadis yang tengah memeluknya dengan erat.

Gita menggenggam erat tali tasnya, air matanya jatuh begitu saja. Gita berlari sekuatnya tanpa sengaja menabrak Venus yang sedang memeluk Alfa. Alfa menoleh dan menyadari jika Gita berlari ke luar kelas namun, Alfa hanya diam, otaknya untuk saat ini begitu lamban mencerna. Dalam pelukannya kini adalah seseorang masa lalunya. Alfa merindukan Venus. Itu fakta yang ada untuk saat ini.

Gita memberhentikan beberapa taksi namun, tidak ada yang yang berhenti untuknya. Begitu berartinya Venus untuk Alfa sampai dirinya pergi pun Alfa sama sekali tidak mengejarnya.

Anggita berjongkok sambil menangis di depan gerbang sekolah menutupi mukanya yang kini telah basah oleh airmata, sekolah sudah sepi hanya ada satpam yang kebingungan atas tingkah Gita.

"Mbak Gita kenapa? Jangan nangis, nanti mang Suep bantui cari taksi ya. Taksi tadi ada penumpang semua Mbak, mangkanya ga mau berenti," kata mang Suep, satpam sekolah Gita.

Tiba-tiba seorang cowok dengan motor ninja merah berhenti di dekat Gita dan Mang Suep.

" Ini kenapa, Mang?" tanya cowok itu yang juga salah satu murid sekolah Gita.

"Ini loh Mas, Mbaknya berentiin taksi dari tadi, tapi ga ada yang mau berenti. Ada penumpang semua, mangkanya Mbaknya nangis. Mungkin karena kesel," jelas Mang Sueb sok tahu.

"Ya udah, yuk, gue anterin aja pulangnya," cowok itu memberi tawaran.

Gita tetap diam menangis tersedu, "Mbak Git, ayo berdiri. Mas nya udah mau nganterin tuh, Mbak. Jangan nangis lagi," bujuk mang Suep.

Gita mengangkat kepalanya dan seketika cowok itu sedikit tersentak kaget menyadari jika itu Anggita. Gita berdiri sambil mengelap kedua matanya dengan punggung telapak tangannya seperti anak kecil.

"Nih, bersih kok. Gak gue pake," Cowok itu menyodorkan saputangan hitam pada Gita dan Gita mengambilnya tanpa rasa sungkan lantas segera membersihkan wajahnya dari airmata.

"Lo mau pulang?" tanya cowok itu pada Gita dan Gita mengangguk tanpa ragu.

"Ya udah, gue anterin lo pulang. Ayo naik!" kata cowok bermotor ninja merah pada Gita, Gita menuruti tanpa banyak bicara dan Mang Sueb tersenyum melihatnya.

"Ati-ati Mas, jangan ngebut ya. Semoga sampe di rumah dengan selamat," teriak Mang Sueb ketika motor mulai melaju meninggalkan gerbang sekolah.

Afkan Angelo, cowok yang tengah membonceng Anggita. Masuk dalam jajaran cowok ganteng namun, tidak begitu populer karena bukan anggota OSIS atau pun Ketua Ekskul. Afkan murid yang biasa-biasa saja sekolah.

Afkan mengenal Anggita, begitu juga Anggita mengenal Afkan. Tidak dekat, hanya sekedar kenal dan sangat jarang berinteraksi karena mereka tidak sekelas dan juga berbeda jurusan, hanya saja waktu pelajaran seni budaya, kelas mereka sempat berkolaborasi menampilkan drama, saat Gita dan Afkan duduk di kelas X. Afkan kini duduk di kelas XI Ips 1.

"Anggi, rumah lo di mana?" tanya Afkan memecah keheningan diantara mereka.

"Di Komplek Bunga Wangi," jawab Gita singkat.

Pikiran Gita masih tertinggal di sekolah. Dia masih tidak habis pikir, Alfanya sama sekali tidak memerdulikan dia.

Siapa sosok Venus sebenarnya? Mengapa tatapan Kak Alfa tidak bisa lepas pada Venus? Semua ini sangat mengusik pikiran Gita.

"Anggi? Anggita? Lo denger gue gak?" tanya Afkan dengan sedikit berteriak.

Gita tersentak, lamunannya terbuyar. Tiba-tiba Afkan memberhentikan motornya di bawah pohon rindang di pinggir jalan. Afkan melihat Gita melalui kaca spion motornya dan tertegun saat Gita kembali menghapus airmatanya. Rasa penasaran timbul begitu saja di dalam diri Afkan.

"Maaf, lo tadi ngomong apa, Kan?" tanya Gita lirih.

"Lo udah makan?" Afkan malah bertanyaย  balik basa-basi.

Gita menggeleng lemah, "Gue mau pulang aja, Kan. Gue capek!"

"Gue tadi tanya, rumah lo di blok apa? Soalnya bentar lagi kita sampe," kata Afkan menanyakan pertanyaan yang sebenarnya pada Gita.

"Oh, maaf ya, Kan, gue ga denger. Rumah gue di blok Anggrek 1," jawab Gita sekenanya.

"Lo cengeng banget sih, gak dapet taksi aja nangis sampe sekarang. Bukannya sekarang lo udah gue anter pulang. Masa iya lo masih nangis," ucap Afkan mencoba mencairkan suasana.

"Mang Sueb ngarang, Kan. Gue bukan nangis gara-gara gak dapet taksi," jawab Gita.

"Terus kenapa lo masih nangis sampe sekarang? Lo terharu ya dianter pulang sama cowok keren kayak gue?" kata Afkan songong dan secara spontan Gita menabok punggung cowok itu pelan.

"Apaan sih lo, narsis banget," Gita akhirnya tersenyum mendengar ucapan Afkan barusan.

Ternyata Afkan orang yang cukup menyenangkan.

"Jadi, kenapa lo nangis? Ditinggal gebetan apa baru putus?" ledek Afkan dengan cengiran di wajahnya.

Gita terdiam mulutnya terbungkam dan raut wajahnya kembali suram. Afkan melirik dari kaca spion segera peka akan perubahan ekspresi wajah Gita.

"Ga usah cerita, Anggi, gue ga kepo-kepo amat. By the way, sudah di gerbang ini kita belok kanan apa kiri?" Afkan mengubah topik pembicaraan mereka.

"Kiri, Kan, nanti di depan ada rumah coklat belok kanan. Rumah gue yang warna item pagernya." terang Gita.

Afkan mengantar Gita dengan selamat sentosa sampai di rumah Gita. Gadis itu bergegas turun dan berdiri mengembalikan helm yang biasa Arkan bawa kemana-mana.

"Kok lo bawa helm dua. Buat pacar lo ya?" tanya Gita penasaran.

Afkan tersenyum mendengar pertanyaan Gita yang terlalu blak-blakan.

"Ga setiap hari sih gue bawa helm dua, cuma kebetulan tadi pagi gue abis nganterin kakak gue ke kampusnya. Jadi, ya gitu, gue bawa dua helm," jelas Afkan.

"Oh gitu! Makasih ya, lo udah mau nganterin gue pulang secara cuma-cuma gini. Maafin gue ya, Kan, gue jadi ngerepotin lo," ucap Gita tulus.

"Woles aja sih, Anggi. Selagi bisa gue bantu, ya gue bantu. Tapi inget, lo jangan nangis sembarangan lagi kayak tadi. Muka lo jelek banget, sumpah." Afkan mencoba mencairkan suasana diantara mereka berdua.

Gita hanya tersenyum menanggapi ucapan Afkan dan Afkan pamit untuk langsung pulang karena dia mau main Futsal.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Alfa dan Venus berjalan beriringan dengan Venus menyandar di lengan Alfa tanpa rasa canggung. Alfa merasa bodoh karena terlalu menikmati pelukan dari seorang Venus yang menyebabkan dirinya lupa akan kehadiran Gita.

"Aku seneng banget akhirnya bisa satu sekolah dengan Kak Alfa," kata Venus dengan nada manja.

Pikiran Alfa terbagi 2 , antara Anggita dan Venus. Venus merupakan mantan kekasihnya sewaktu di SMP. Saat itu Venus baru saja pindah dari Solo ke Jakarta. Alfa tertarik pada sosok Venus yang cukup elegan dan pendiam. Di sana Alfa mulai membuka diri untuk mendekati Venus yang notabene adalah adik kelasnya. Tentu saja Venus menerima siswa teladan seperti Alfa.

Hubungan mereka berlangsung sampai Alfa masuk ke SMA, 2 Tahun dan Tahun ke 2 itu Alfa harus rela melepaskan Venus, gadis itu pindah sekolah, ikut serta Ayahnya ke Jerman. Mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan karena Venus tidak menginginkan hubungan jarak jauh. Alfa berusaha keras melupakan Venus sampai akhirnya kedua orangtuanya memberi kabar jika dirinya telah dijodohkan dengan anak sahabat mamanya. Dan Alfa menerimanya begitu saja dengan harapan bisa melupakan Venus dari pikirannya dan ternyata sosok Anggita yang ceroboh, bawel, bisa mengubah hari-hari Alfa lebih berwarna. Gita berhasil mengalihkan pikirannya dari Venus.

Namun, saat ini tentu Alfa sangat sulit jika harus memilih antara Venus dan Anggita. Karena keduanya memiliki peran penting di hidup Alfa. Alfa bahagia bisa bersama lagi dengan Venus seperti saat ini. Tapi Alfa merasa marah pada dirinya sendiri karena membuat Gita menangis. Dirinya tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Dua hari Gita memutuskan untuk tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Berharap dengan ketidakhadiran Gita di sekolah membuat Alfa datang mengunjunginya dan meminta maaf padanya namun, ternyata nihil.

Alfa sama sekali tidak mencarinya dan menjenguknya. Pagi ini Gita masuk sekolah dengan diantar sopir pribadinya. Ketika kakinya menginjak lantai kelas, matanya langsung bersitatap dengan Venus. Venus tersenyum seolah tidak terjadi apapun diantara mereka berdua, atau memang Venus tidak tahu jika Alfa adalah kekasih Gita.

"Gita kamu sakit apa?" tanya Venus lembut.

Harus Gita akui, Venus dan dirinya bagaikan langit dan bumi. Venus yang feminim lemah lembut, sedangkan Gita yang urakan serta blak-blakan.

"Cuma demam biasa," jawab Gita sekenanya.

Amel melihat Venus dan Gita bergantian. Amel tidak tahu harus bagaimana memulai cerita dengan Gita mengenai perihal hubungan Alfa dan juga Venus. Amel sudah mengorek informasi dari Venus langsung, mengkonfirmasi mengenai hubungannya dengan Alfa. Amel yakin, Gita akan kecewa untuk kesekian kalinya. Kisah cinta remaja yang berliku.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Lagi-lagi Anggita menangis namun, kali ini bukan di gerbang sekolah melainkan di belakang ruang ganti. Setelah Amel menceritakan apa yang diketahuinya tentang masa lalu Alfa dan Venus, Gita memilih untuk melarikan diri dan bolos di jam terakhir pelajaran. Gita benar-benar sudah tidak tahan, dia akan bicara pada kedua orangtuanya untuk membatalkan pertunangan bahkan pernikahan antara dirinya dan Alfa.

Alfa hari ini tidak masuk sekolah dikarenakan sedang mengikuti lomba cerdas cermat yang mewakili sekolah mereka.

"Anggita?" panggil seseorang membuat Gita buru-buru menghapus airmatanya.

Langkah kakinya semakin dekat dan Gita tidak berani menoleh. Jelas yang memanggilnya itu suara cowok, tapi bukan suara Alfa.

"Nangis lagi? Doyan amat sih nangis?" sindir Afkan namun, tidak ditanggapi oleh Gita.

"Lo bolos ya? Demi nangis di sini? Bau kali, Anggi, di sini. Cari tempat yang agak enakan dikit kek kalo mau lama-lama nangis," kata Afkan berjongkok di sebelah Gita.

"Ngapain lo di sini, Kan?" tanya Gita.

"Gue? Gue abis ganti baju terus gue denger kayak ada suara nangis termehek-mehek gitu, mangkanya gue cari dan gue sebenernya udah bisa nebak kalo itu suara elo. Khas banget suara nangis lo soalnya," jelas Afkan.

Gita melirik Afkan yang berjongkok di sampingnya.

"Lo bolos juga ya?" tanya Gita lagi.

Arkan tersenyum, "Gak ada guru!"ย 

"Kenapa lo nangis lagi? Elo pacarnya kak Alfa kan? Tapi kenapa kak Alfa lengketnya sama anak pindahan itu?" tanya Afkan to the point.

Gita mengamati ujung sepatunya, lantas mendengkus mendengar ucapan Arkan barusan.

"Sekarang gue bukan pacar Alfa lagi. Dia bebas mau jalan dengan siapa pun. Bukan urusan gue lagi dan gue juga ga mau peduli lagi," ungkap Gita dengan penuh rasa kecewa.

"Jangan bilang gitu, Nggi. Ntar lo nyesel lagi keilangan cowok most wanted sekolah ini. Jangan kemakan api cemburu. Dipikirin dulu baik-baik. Kalo kamu memang sayang dia, diperjuangi bukannya nyerah," nasehat Afkan bijak.

"Gue udah bisa memahami ini semua, Kan. Yang gue perjuangin dengan sepenuh hati ternyata ga menjamin dia akan selalu ada di sisi gue," curhat Gita.

"Nggi, Tuhan selalu punya rencana terbaik. Dia lagi nyiapin sesuatu yang lebih baik buat elo. Ambil hikmahnya aja. Lo jangan nangis lagi. Lo jelek kalo nangis," ucapan bijak Afkan sukses membuat Gita tersenyum.

Afkan berbincang cuma karena mengantar pulang Gita secara gak sengaja, tapi sekarang Afkan berbaik hati menemani Gita duduk di situ dan memberikan kata-kata bijak yang menyemangati Gita. Afkan baik.

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Terkadang waktu begitu kejam,

Begitu cepat dia mengubah perasaan seseorang

- BebbyShin -

๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป๐ŸŒป

Gimana dengan Part ini?

Kejawab siapa Venus??

Nah ada sosok baru lagi nih namanya Afkan ๐Ÿ˜Œ๐Ÿ˜Œ

Sukak gak??

Komen dong jangan jadi Silent Readers biar Shin makin semangat nulisnya