Dulu aku pernah membuat sebuah drama yang berjudul " DADANG dan DUDUNG ". Drama ini menceritakan tentang persahabatan antara Penjajah dan yang dijajah. Dadang adalah anak dari masyarakat Indonesia yang terlahir dengan ekonomi yang pas-pasan, sedangkan Dudung adalah anak dari bangsa Belanda yang kaya raya. Persahabatan mereka kandas karena bagaimana pun mereka itu terlahir dua bangsa yang berbeda, antara Penjajah(Belanda) dan yang dijajah(Indonesia).
Suatu hari Dadang sedang bermain di depan rumahnya. Tiba-tiba datanglah dua orang dari kalangan Belanda, mereka adalah Dudung dan ibunya. Dudung ditinggalkan oleh ibunya karena ibunya mempunyai tugas yang sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Awalnya mereka bermain dengan mainannya masing-masing, tetapi setelah mereka berkenalan dan menjadi teman dekat, mereka saling bertukar mainan dan mereka pun asyik bermain. Dadang mengajarkan mainan-mainan tradisional yang dimilikinya kepada Dudung sedangkan Dudung memperkenalkan mainan canggihnya kepada Dadang. Hari sudah sore dan matahari pun mulai tenggelam, awan mulai menggelap dan tentu saja ibunda Dudung telah selesai dengan pekerjaannya. Ibunda Dudung datang untuk menjemput pulang begitu juga dengan ayah Dadang yang menyuruh anaknya untuk pulang ke rumah. Baru juga mereka bertemu dan menjadi teman dekat, tapi sayangnya sejak saat itu mereka terpisahkan kembali oleh jarak dan waktu.
BEBERAPA TAHUN KEMUDIAN
Kondisi Indonesia sedang tidak baik-baik saja dan bahkan sampai sekarang masih dijajah oleh Belanda. Kali ini pasukan Indonesia dipimpin langsung oleh Dadang. Dadang melatih pasukannya dengan rutin agar saat Belanda datang mereka sudah siap untuk berperang.
" Ayo! yang semangat latihannya agar kita bisa menang melawan Belanda! " seru Dadang dengan sangat semangat dan optimis
" Tapi kan kita cuman bertiga " ucap salh satu anggotanya
" Tenang! walaupun kita cuman bertiga, tapi ingat kata pepatah " mati satu tumbuh seribu " maka dari itu jika kita bertiga mati. berarti nanti akan tumbuh tiga ribu " jawab Dadang
Mereka terus berlatih dengan serius dan giat sampai waktu peperangan pun tiba. Semua warga berlarian kesana-kemari sampai Dadang menunjukkan tempat pengungsian kepada masyarakat Indonesia. masyarakat ditunjukkan ke tempat pengungsian agar tidak banyak korban yang berjatuhan saat peperangan. Dari kejauhan sudah terdengar suara-suara tembaakan yang menandakan bahwa pasukan Belanda sudah tiba. Dadang dan pasukannya bersiap-siap memegang senjatanya masing-masing. Terlihat dari wajah Dadang ekspresi kecemasan, tetapi di sisi lain dia juga harus terus berjuang untuk Indonesia sampai titik darah penghabisan. Dari jauh sudah terlihat segerombolan pasukan Belanda yang telah membawa senjata yang canggih di setiap pasukannya. Pasukan Belanda mulai menyerang pasukan Indonesia , banyak korban yang berjatuhan di Medan perang. Walaupun pasukan Indonesia kalah banyak dengan pasukan Belanda, tetapi pasukan Indonesia mempunyai strategi yang hebat dan menakjubkan. satu persatu pasukan Belanda dan Indonesia gugur sampai akhirnya hanya tersisa panglima perang dari kedua belah pihak. mereka berdua maju dan saling berhadapan untuk duel 1 vs 1. Tetapi setelah berhadapan mereka pun terkejut.
" Dadang!!! "
" Dudung!!! "
Dan ternyata mereka adalah Dadang dan Dudung, dan mereka pun saling mengobrol tentang masa lalu mereka.
" Dadang! sekarang kamu jadi panglima tempur! hebat ya kamu "
" iya Alhamdulillah! aku sekarang bisa jadi panglima tempur di Indonesia, tapi... kamu juga jadi panglima tempur di Belanda? "
" iya dang ! "
" hebat euy! "
" aku disuruh sama ayah aku buat jadi panglima tempur di Belanda, akhirnya cita-cita kita tercapai juga yah ! "
" tapi dung ! "
" Tapi kenapa ? "
" walaupun seperti itu kita tidak akan pernah bisa bersama lagi. jangankan bersahabat, untuk berteman seperti dulu aja itu mustahil, soalnya kita dari kedua pihak yang berbeda. aku harus memperjuangkan negaraku Indonesia sedangkan kamu juga harus memperjuangkan negaramu Belanda "
" jadi menurut kamu dang! kita harus tetap berperang ? "
" mau gimana lagi? hanya itu satu-satunya cara "
" ya sudah kalau begitu "
Mereka berdua pun saling menodongkan pistol kepada satu sama lain. dan kata-kata terakhir mereka adalah:
" Selamat tinggal Dadang! "
" selamat tinggal Dudung! "
Suara tembakan pun telah terdengar dan keduanya pun terjatuh tiada berdaya. sebelum menghembuskan nafas terakhirnya mereka sempat meminta maaf dan berpegangan tangan. Keduanya pun gugur di medan perang. ========== TAMAT===========
Jadi begitulah alur cerita drama yang pernah aku buat, lebih tepatnya aku hanya terinspirasi dari sebuah drama yang aku tonton dan aku mengembangkan alurnya dengan gayaku sendiri. Tetapi... sayangnya drama ini gagal di tampilkan. Ada beberapa hal yang menyebabkan drama ini gagal ditampilkan. Pertama, drama ini gagal karena personil. maksudnya adalah jadi pada saat hari pertama latihan semua personil hadir semua, tetapi seiring berjalannya waktu hari demi hari personil untuk drama terus berkurang sampai sampai hanya tersisa lima orang. Kedua, saat aku menanyakan tentang pembagian rapot kepada ibu kepala sekolah ternyata nanti saat pembagian rapot tidak akan ada panggung untuk penampilan dikarenakan waktu pembagian rapot jatuh pada bulan ramadhan dan takutnya jika memaksakan untuk ada panggung nantinya terlalu kecapean, jadi sudah fix drama ini tidak akan ditampilkan. Bukan hanya drama ini yang tidak jadi ditampilkan, banyak drama yang telah aku buat dan tidak jadi ditampilkan dan rata-rata masalah yang aku hadapi sama seperti masalah-masalah sebelumnya. Drama yang pernah aku buat dan gagal ditampilkan adalah Lutung Kasarung, si Kabayan, kerajaan Arthur dan yang terakhir Dadang dan Dudung. Awalnya aku akan menyerah dan putus asa, karena pasti selalu ada aja masalah yang datang saat aku membuat sebuah drama. Tetapi aku ingat dengan pepatah yang katanya " Pada setiap kegagalan pasti akan ada keberhasilan yang akan kita dapatkan ". Kekalahan adalah keberhasilan yang tertunda. Dan benar saja, setelah aku melewati banyak kegagalan akhirnya ada keberhasilan yang aku dapatkan. Akhirnya aku berhasil membuat sebuah drama yang berjudul " BAHASA SUNDA BADE PUNAH "