***
Mimpi indah ku yang sedang ku gapai berakhir dengan ricuh saat satu persatu keluarga besar ku mulai mengusik masalah pernikahan.
Di mulai dari nenek ku tersayang, dilanjutkan oleh Tante dan om ku, dan yang terakhir... Kedua orangtuaku. Haa lelah rasanya aku menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang mereka berikan itu.
Seandainya usia tidak menuntut ku untuk menikah dan mencari seorang pria yang mau ku jadikan suami.
Masalahnya, aku belum siap dengan konsekuensi dan komitmen yang akan ku jalani jika berumah tangga.
Terlebih aku sangat mencintai pekerjaan ku sebagai manager di perusahaan besar.
Pikiran ku berkecamuk tak tentu arah, segera saja aku pergi untuk mencari kopi terenak yang berada di bawah lobi perusahaan ini.
Secangkir kopi Arabika membuatku hanyut dengan kepulan asap nya, menyesap sedikit kopi yang masih panas, ku telusuri lobi sepanjang mata memandang.
Ku lihat Elsa teman satu kantor ku sedang melambaikan tangan kearah ku, kenapa harus bertemu dia sih? Menyebalkan!
"Hai hai hai, sedang apa duduk cantik saat jam kerja? Kamu mau makan gaji buta ya?" Tuduh Elsa kejam, dengan sorot mata meneliti diriku yang diam saja ketika ia sudah duduk berhadapan dengan ku. Malas mendengar ocehannya, aku pun segera bangkit dari kursi dan menuju lift, meninggalkan Elsa yang berjalan mengikuti sambil berteriak keras.
"Ada apa sih dengan mu? Kenapa wajahmu menekuk begitu?" Cepat ku masuk kedalam lift saat pintu itu terbuka dan segera saja, Elsa terus mengikutiku dengan tergopoh-gopoh.
"CK! Susah ya ngomong sama batu!" Decaknya, aku hanya mengendikan bahu tampak acuh.
Ting
Pintu lift terbuka dan ku mulai melangkah keluar menyusuri seluk beluk ruangan ku dibagian manager, Elsa mulai sedikit kesal dengan sikapku, ah terserah aku tak ingin diganggu untuk saat ini.
Ku duduk di kursi kesayangan ku dan mulai menyusun laporan didepan laptop, sesekali aku mencatat hal penting di kertas memo. Ini sudah kebiasaan ku jika sudah bekerja. Aku mulai larut dengan beban kerja yang ku tangani tanpa terasa hari sudah sore dan jam menunjukkan pukul lima sore, waktunya untuk pulang.
***
"Rani, kamu sudah pulang nak?" Mama yang sedang duduk cantik sambil meminum teh hijau favorit tengah menatap ke arah ku saat aku melewati ruang keluarga.
Kemudian aku menghampiri Mama dan mencium tangannya, setelah itu duduk di sebelahnya.
"Iya ma, capek banget. aku pengen langsung tidur." keluh ku pada mama, mama hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"kamu tuh, kebiasaan. masa jam segini sudah mau tidur. apa gak gerah, kamu?"
"nanti aja aku mandinya, mata ku udah ngantuk berat ini." dan aku segera bangkit dari sofa. namun, sebelum langkah kaki ku menuju kamar ku. Mama langsung menahan ku dengan ucapannya.
"nak, ada yang mau mama kenalin sama kamu. mudah-mudahan kamu suka." kalimat mama barusan seketika membuat ku diam membisu, apa ini yang dimaksudkan bahwa aku harus segera menikah? dengan cara perjodohan?!