***
sepulang dari rumah mewah nan megah itu, aku terdiam terpaku duduk di atas tempat tidur. semua yang tadi aku alami ditempat itu, terus menghantuiku. cara laki-laki itu yang mendesak ku agar menikah dengannya, membuat ku takut dan terancam.
2 jam yang lalu....
hembusan nafasnya menerpa wajahku, begitu dekat dan intim. kedua bola mata nya terus menghunus tajam menatap ku yang masih berada di bawah kuasa nya. tanpa bisa berkutik aku hanya bisa menatap matanya sayu. begitu takut jika dia akan berbuat hal yang lebih. setiap ku lihat pergerakan nya yang terus mencengkeram kedua tangan ku di kiri dan kanan membuatku terus menatap nya awas. hingga sepersekian detik, ia baru membuka suara tepat di depan wajahku.
"apa susah nya menerima pinangan saya?" tanya nya masih menatapku tajam, suaranya begitu berat dan datar.
aku hanya bisa mendengus, membiarkan ia menunggu.
"jawab sekarang juga atau saya akan membuat kamu kehilangan kehormatan mu!" serunya mulai beringas. aku mulai sedikit menurunkan arogansi ku karena ancaman nya itu. namun sebisa mungkin air wajahku tetap ku pertahankan agar tidak takut menghadapi nya.
"apa sebetulnya mau kamu? kenapa kamu ingin menikahi saya?" tanya ku sambil menatap langsung ke arah bola mata nya. di antara kami, tak satupun ada yang berkedip. suasana yang awalnya mencekam kini makin terkesan menakutkan. kamar yang hanya di isi sebuah lemari besar, meja rias, sofa di sudut kamar, dan terakhir tempat tidur berukuran besar yang sedang menjadi arena pertempuran kami, ternyata semuanya masih baru. di kamar ini, belum di pasang AC. sehingga menyebabkan keringat kami keluar begitu saja, terutama laki-laki yang masih berada di atas tubuhku. ia bermandikan keringat, yang menyebabkan tubuh nya mengilap dan setetes demi setetes keringat keluar dari pori-pori di wajahnya yang rupawan itu, membuat keringatnya meluncur jatuh tepat di wajah ku. risih, ya itu yang saat ini aku rasakan. apalagi diriku juga ikut bermandikan keringat, membuat ku tak nyaman dan ingin segera pergi dari sini.
"alasan saya ingin menikahi kamu, karena kamu memang pantas menjadi ibu bagi anak-anak saya." setelah sekian lama menunggu jawaban yang ku tunggu, akhir nya ia pun menjawab nya dengan mimik wajah yang serius. tak ada keraguan yang ku lihat di balik sorot matanya. namun, ketika ku selami. ada berjuta makna yang tersirat di balik mata nya yang selalu menatap ku tajam dan datar. yah, ia begitu tulus dan jujur ketika mengatakan nya. dan itu membuat ku sedikit melemah. tidak, alasan yang kurang masuk akal untukku. tolak ku tegas dalam hati.
"saya bisa saja membuat kamu hamil sekarang juga, tapi saya masih punya akal untuk melakukan itu." aku mulai mengernyitkan dahi tanda tak mengerti dengan maksud ucapannya.
ia seperti nya tahu jika aku tak mengerti, dengan bijak ia pun menjelaskan nya.
"saya ingin kamu halal untuk saya, dan saya ingin kamu menjadi pendamping hidup saya." entah mengapa saat ia mengatakan itu, ada sisi romantis yang ia ciptakan diantara suasana yang menakutkan ini.
"jika saya menerima kamu, apa yang akan saya dapat kan?" tanyaku mulai memancing. ia pun lantas tersenyum dengan bibir yang tertutup rapat, senyumnya begitu tipis.
"saya akan setia dan akan menyerahkan seluruh hidup saya kepada kamu." kata nya terdengar tulus dan tanpa syarat. hati ku mendadak mulai meluluh. dan pandangan mata ku yang tadi nya awas dan takut tiba-tiba saja melemah. namun, ia mulai melanjutkan lagi ucapan nya, "tapi, jika kamu pergi meninggalkan saya. saya tidak akan melepaskan kamu." kata-kata yang menyiratkan sebuah ancaman dan di iringi dengan tatapan wajah yang serius.