***
"sedang apa anda disini?" tanya ku mulai sewot, jelas sewot lah orang ternyata laki-laki yang mengagetkan ku adalah laki-laki yang sedang jadi beban dalam hidup ku.
"bukan urusan kamu harus tahu saya sedang apa disini." jawabnya angkuh sambil melipat kedua tangannya di dada. sok berkuasa sekali ya, cowok satu ini!
tak mau berlama-lama di satu ruangan yang sama dengan objek yang membuatku bad mood seharian, lebih baik aku pergi sekarang juga. ku ambil tas selempang yang tadi ku letakkan di atas meja, lalu segera saja aku berjalan menuju pintu. namun seribu sayang, laki-laki itu tepat di daun pintu. untuk melewati nya saja membuatku muak!
"mohon maaf, saya ingin lewat permisi.." tak ada jalan lain, lebih baik secepatnya harus pergi. namun, sebelum langkah kaki ku bergerak.
"ada yang harus kita diskusikan." katanya lugas dengan nada suara yang amat datar, aku memutar tubuhku untuk berhadapan langsung dengannya. dan saat ku tatap wajahnya yang tampan itu, namun membuatku kesal dengan sikapnya, justru laki-laki itu hanya menatapku dingin.
"kita perlu tempat yang lebih privat." tanpa ku duga, ia langsung menarik tanganku dan membawa ku pergi menuju tempat parkir.
***
masih tidak percaya dengan apa yang terjadi barusan, aku hanya bisa merespon dengan diam dan tampak kaku. bagaimana tidak, dalam perjalanan menuju ketempat yang dia bilang privat itu, tak satupun dari mulutnya keluar ucapan atau kata-kata. seakan ia memang sengaja tidak ingin berbicara dengan ku.
kini, kami telah sampai di arena yang akan menjadi saksi bisu atas hidup dan mati. ini memang terdengar berlebih, tapi aku yang merasakan memang seperti itu adanya.
tempat yang ia pilih untuk dijadikan tempat diskusi privat kami adalah, sebuah rumah besar dan megah berdiri kokoh menantang.
"jangan melamun lagi, cepat masuk!'' serunya membuat ku kaget, ia telah meninggalkan terlebih dahulu untuk masuk kedalam rumah itu. pandangan ku bergidik ngeri melihat suasana rumah ini yang sama sekali belum terdapat furniture dan gelap gulita karena pencahayaan yang agak redup. kosong melompong.
"cepat sedikit!" kembali ia berseru keras membuatku bergumam kesal. ku sabar kan hati dan ku ikuti langkah kaki nya yang lebar itu menuju anak tangga. tepatnya lantai dua di rumah ini, ia berhenti didepan pintu, lalu membuka pintu itu dan masuk kedalam nya. beberapa menit kemudian, ia memanggil ku dan menyuruh ku untuk masuk kedalam. tapi, aku tersadar. di rumah ini hanya ada aku dan dia. hanya ada kami berdua. dan entah kenapa, aku begitu bodoh tidak menyadari nya sedari awal masuk kedalam rumah ini.
"jangan membuat saya lama menunggu, atau saya seret kamu secara paksa." kembali suara yang sama namun terselip nada ancaman didalamnya. ingin maju, tapi ragu. ingin mundur, tapi tak bisa. situasi ini begitu sulit untuk ku ambil sebuah keputusan. tak lama, laki-laki itu muncul di depan pintu kamar yang memang tidak di tutup pintunya. ia Shirtless, oh my God! nampak terlihat bahu nya yang tegap, dada nya yang bidang yang lapang itu, dan satu hal yang membuat diriku tak bisa mengalihkan tatapan ku adalah perut nya yang eight pack! oh please, he is so sexy.
"kalau kamu ingin cara kekerasan akan aku lakukan dengan senang hati!" senyum di bibirnya tampak iblis yang ingin berbuat jahat kepada ku. dan tak berselang lama, ia langsung berjalan menuju kearah ku dan ia menggendongku seperti ia mengangkat karung beras.
"lepasin saya! saya mohon!!!" dan permintaan mohonku itu, tak di indahkan oleh nya, dibantingnya tubuhku di atas ranjang yang empuk lalu ia mulai menindih ku.