Indira berjalan menelusuri koridor. Dia menuju ruang Kepala Sekolah. Sangat mudah bagi Indira untuk mengenal lingkungan barunya. Dia pintar menganalisis dan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.
Kini Indira berada di depan ruang Kepala Sekolah. Dia berdiri di depan pintu tersebut.
Tok
Tok
"Masuk!" perintah Kepala Sekolah.
Indira langsung masuk. Dia melotot kaget saat tahu siapa Kepala Sekolah SMA Harapan.
"Sudah lama tidak bertemu Ira," sambut Kepala Sekolah.
"Sial! Pantas saja kakak memaksa ku untuk sekolah di sini. Awas saja nanti akan ku buat jadi peyek. Dan setelah itu ku remas sampai hancur," batin Indira sambil mengepalkan tangan nya.
"Jangan mengumpat dalam hati, tak baik," ucap Kepala Sekolah
"Kau selalu berkata seolah tahu, Jo. Ha..Ha..Ha.." indira tertawa sambil melipat tangan dan tertawa terpaksa.
Joshua Kandra adalah Kepala Sekolah SMA Harapan. Umurnya Joshua sangatlah muda. Dia berumur 25 tahun. Joshua merupakan teman kecil Sultan kakaknya Indira. Dia pindah saat Indira berumur 10 tahun. Hubungan Sultan dan Joshua sangatlah baik. Mereka bagaikan saudara sekandung.
Joshua sering sekali menjahili Indira. Indira sampai jengkel dibuatnya. Bahkan dalam hatinya dia menaruh dendam kepada Joshua.
"Kau tak berubah sama sekali. Tapi sepertinya pertumbuhan mu sangat baik. Semuanya terlihat sangat pas. Sangat sempurna," ucap Joshua.
"Jo, mesum sialan," batin Indira berteriak.
"Dasar kau mesum. Buang pikiran kotormu itu, Jo," ucap Indira.
"Ha...Ha.. Indira kecil ternyata sudah tumbuh jadi gadis remaja." Joshua berdiri. "Ikut aku!" perintah Joshua
Indira bergumam tak jelas sambil berjalan mengikuti langkah kaki orang menyebalkan di depan nya.
Tak lama kemudian dia berhenti di depan ruang kelas khusus.
"Kelas khusus," gumam Indira.
Mereka berdua pun masuk ke kelas khusus tersebut. Indira melotot kaget.
"Apa ini? Kok cuma ada 20 bangku. Aku tak mau di kelas ini. Seperti di karantina saja. Apa lagi ada orang gila menyebalkan itu?" batin Indira sambil menatap tajam Joe.
Indira sungguh tak mau berada di kelas ini. Kelas yang sepi seperti kuburan. Ini pasti ulah Joshua. Indira berpikir kalau Joshua sengaja melakukan ini.
Tanpa pikir panjang Indira berbalik arah. Dia harus pergi dari kelas ini. Namun langkahnya terhenti. Joshua memegang kerah baju Indira. Dan Indira pun berbalik.
"Pak. Sepertinya, kita salah masuk kelas."
Joe menatap gadis kuman yang dia temui tadi pagi. Dia sedikit kaget melihat wajah gadis itu. Karena tadi pagi wajahnya terlihat kusam. Sekarang jadi cerah dan bersih. Joe tersenyum devil, dia tahu kenapa gadis kuman itu berpenampilan seperti gelandangan.
"Kita tidak salah masuk kelas Ira. Di sini adalah kelas khusus. Kelas untuk siswa terpilih. Kau termasuk salah satu siswa itu."
"Aku harus bagaimana? Kak Sultan, awas saja! Dan kau Jo. Setelah ini, ku pastikan kau ku balas," batin Indira sambil melotot tajam ke arah Joshua.
"Perhatikan semua. Hari ini ada murid baru pindahan dari Bali. Namanya Indira Sasenta Mahlewi," ucap Joshua.
Para siswa yang ada di ruangan itu berbisik-bisik. Mereka tahu siapa keluarga Mahlewi itu. Mereka tak menyangka di kelas mereka ada dua sosok jenius yaitu Golden dan Mahlewi.
Joe melotot kaget mendengar gadis kuman di depan nya adalah keturunan Mahlewi. Dia tak menyangka gadis seperti dia menyandang nama Mahlewi.
"Jo sialan! Dia membongkar identitasku. Semua rencana ku rusak," batin Indira sambil melotot tajam ke arah Joshua.
Joshua hanya tersenyum lebar menatap Indira. Joshua tahu pasti Indira kesal kepadanya.
"Oke! Indira, perkenalkan dirimu."
"Bukankah kau tadi sudah memperkenalkan diriku. Joe menyebalkan!" batin Indira berteriak.
"Panggil aku Ira," ucap Indira singkat.
Semua siswa menatap Indira dengan tatapan melongo. Mereka heran cara berkenalan Indira.
"Indira, kau bisa duduk di dekat jendela pojok sana. Duduklah di sebelah kanan. Karena, di sebelah kiri sudah ada yang menempati," perintah Joshua.
Semua siswa berbisik-bisik
"Apa dia bisa bertahan duduk dengan si killer?" ucap Siswa 1.
"Si killer itu pasti akan melahapnya habis," ucap Siswa 2.
Masih banyak lagi perkataan mereka yang menyebutkan nama killer. Indira menoleh ke arah Joe. Joe duduk diam sambil melipat kedua tangan nya. Dia tersenyum devil.
"Akan ku pastikan, kuman sepertimu enyah dari sini. Nikmati harimu bersama Antonio, gadis kuman," batin Joe.
Antonio Harka adalah teman baik Joe. Dia juga tak kalah tampan dari Joe. Rambut panjang menghiasi wajahnya yang begitu tampan. Penampilan Antonio lebih menjurus ke badboy. Antonio adalah orang kepercayaan Joe. Mereka bersahabat sejak kedatangan Joe ke Indonesia. Antonio dan Joe bekerja sama mendirikan Golden Klub. Antonio menginfestasi kan seluruh uang warisan nya ke Klub tersebut. Dan sekarang mereka tinggal bersama.
Indira tak punya pilihan lain. Dia akhirnya duduk di bangku yang di pilih oleh Joshua.
"Dengar semua! Hari ini Mrs Lidia tidak masuk. Kalian diminta untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya," ucap Joshua." Dan kau Indira, besuk berpakaianlah yang pantas, bawa tas sekolah dan juga jangan memakai celana olah raga seperti itu. Kau seperti bukan pelajar," ucap Joshua sambil menunjuk Indira lalu pergi.
"Sialan Jo, dia sengaja melakukan itu. Dasar menyebalkan," gumam Indira.
Tiba-tiba ada seseorang yang masuk lewat jendela. Indira pun langsung kaget, seketika dia berdiri dan mengelus jantungnya.
Orang itu adalah Antonio. Antonio menatap tajam gadis di depan nya. Gadis ini sangat lancang duduk di bangku miliknya.
"Kau salah tempat, enyahlah!" Antonio mendorong kursi dengan kakinya.
l
Brak
Semua siswa menatap ke arah sumber suara. Mereka tak berani berbicara. Karena dia adalah si killer.
Joe tersenyum senang. Dia bersorak gembira. Setelah ini, pasti gadis kuman itu akan pergi dari kelas ini.
Indira menatap tajam Antonio, dia melipat kedua tangan nya. Dan mendekati Antonio.
"Kau yakin bisa mengusirku," ucap Indira mendekat.
Aroma tubuh lavender menyeruak ke luar dari tubuh Indira. Meski penampilan nya yang acak-acakan dia gemar merawat tubuhnya. Indira sering berendam dengan berbagai serbuk bunga.
Sejenak Antonio menghirup aroma yang sangat menenangkan. Antonio seperti terbawa ke ladang bunga Lavender.
"Tentu saja." Antonio mendorong Indira sampai tersungkur di lantai.
Antonio sangat kaget. Dia sebenarnya tak bermaksud mendorong gadis di depan nya. Sedangkan Joe sangat senang. Hal ini yang dia inginkan. Para siswa lainnya hanya diam dan acuh. Mereka seperti tak melihat peristiwa barusan.
Indira langsung berdiri. Dia menatap tajam Antonio dan langsung menonjok perut nya.
Bug
"Aku tak terima kau mendorongku."
Antonio mundur ke belakang. Tenaga gadis di depan nya sangat kuat. Joe kaget melihatnya gadis kuman itu ternyata tidak takut dengan Antonio.
Joe menghampiri Antonio dan Indira. Dia menyemprotkan anti bakteri ke arah Indira. Seketika rambut dan wajah Indira basah. Indira menghela nafas kasar.
"Dasar gila kebersihan!" teriak Indira menggema di seluruh ruangan sambil mengepalkan tangan.
Indira menatap tajam Joe. Dia ingin sekali memukul wajah Joe yang bak malaikat tapi jiwanya seperti iblis.
"Sepertinya itu hadiah penyambutan ku," ucap Joe tanpa dosa.
Antonio menatap Indira. Dia menghampiri Indira dan mengusap wajah Indira dengan sapu tangan nya.
Deg
Deg
Deg
Suara jantung Antonio berdetak kencang. Dia tak pernah bertindak di luar logikanya. Sedangkan Joe keget melihat perilaku Antonio kepada gadis kuman itu.
"Apa yang kau lakukan?" Indira memegang tangan Antonio yang sedang membersihkan wajahnya.
"Apa yang aku lakukan? Antonio kendalikan dirimu. Kenapa jantung ini berdetak kencang sekali?" batin Antonio.
"Bersihkan sendiri. Setelah itu pergilah dari sini," ucap Antonio.
Indira merebut kasar sapu tangan milik Antonio. Dia mengusap rambut dan wajahnya. Setelah itu meletakkan sapu tangannya di meja. Indira menatap tajam wajah Joe.
"Dasar gila kebersihan." Indira menyenggol kasar bahu Joe dan langsung pergi ke luar kelas.
"Enyah lah gadis kuman! Kau tak di terima di sini!" teriak Joe