Chapter 4 - Episode 3

Indira berjalan keluar kelas dengan raut wajah kesal. Dia sekarang harus membuat perhitungan dulu dengan Joshua. Karena Joshua dia mendapatkan kesialan ini.

Joshua sedang berkutat dengan komputernya. Dia memasukkan data Indira ke dalam kelas khusus. Kelas khusus adalah kelas yang di tangani oleh Joshua. Semua yang ada di kelas khusus adalah siswa yang berbakat. Namun tiba-tiba pintu di buka secara kasar.

Brak

Joshua langsung berdiri kaget. Dia mengelus dadanya dan menatap sang pembuka pintu tersebut.

"Jo, kau sengaja memasukkan ku ke kelas itu kan?" tanya Indira sambil menghampiri Joshua.

"Kelas itu cocok untukmu, Ira," jawab Joshua.

"Cocok apanya? Kau sengaja membuatku duduk dengan si killer itu. Dan lihat rambutku jadi basah gini gara-gara cowok gila kebersihan itu."

"Ha..Ha..Ha..! Anggap saja itu penyambutan dari ku. Cowok gila kebersihan yang kau maksud itu adalah Joe Golden dan si killer itu adalah Antonio Harka."

"Cih! Apa pun nama mereka. Aku tetap tak suka. Aku mau pindah ke kelas biasa." Indira melipat tangan menatap tajam Joshua.

"Dalam mimpimu! Aku tak akan mengabulkan nya," jawab Joshua.

Indira mendengus kesal. Dia menghampiri Joshua untuk menepis jarak keduanya. Indira menarik dasi Joshua.

"Kau pikir kau siapa? Berani mengaturku. Ingat Jo! Aku bukan Ira yang mudah tertindas seperti dulu."

Joshua tersenyum. Memang benar yang dikatakan Indira. Bahwa dia sudah berubah banyak. Tapi, Joshua tak akan mengakui itu.

Joshua memeluk pinggul Indira. Indira memekik kaget.

"Jika dilihat dan diraba atau bahkan di rasakan. Sepertinya, yang besar itu menyenangkan," bisik Joshua.

"Dasar mesum," batin Indira berteriak.

Indira tak tahan, dia ingin melepaskan diri dari Joshua. Posisi Indira sungguh tak nyaman. Joshua terlalu dekat dengan nya. Indira harus memikirkan cara agar bisa terlepas dari Joshua.

Tiba-tiba saja Indira mencubit pinggang Joshua dengan keras.

"Au, sakit sekali. Ini pasti akan membiru." Joshua melepaskan pelukan nya.

"Ha..Ha, itu balasan orang yang berpikir mesum seperti dirimu. Dan satu lagi, otakmu perlu diberi deterjen agar bersih. Nikmati kesakitan mu, Jo. Aku pergi dulu...!" Indiral menjulurkan lidahnya.

Joshua melongo melihat tingkah Indira. Dia tak menyangka Indira akan berani melukai tubuhnya yang suci ini.

"Kau benar-benar sudah berubah. Bukan lagi kucing kecil yang manis. Tapi kucing kecil yang liar," ucap Joshua sambil meringis kesakitan.

Indira sangat senang bisa membalas Jo hari ini. Besok dia akan memikirkan caranya lagi.

"Kali ini kupastikan dia membayar semua nya. Jo, tunggu saja," gumam Indira.

Dia menelusuri koridor sekolah dan tak terasa dia tiba di taman belakang sekolah. Indira melihat bangku kosong di bawah pohon. Dia kemudian duduk di bangku itu.

Gedebuk

"Astaga! Jantungku masih menyatu." Indira berjingkat dan menyentuh jantungnya.

"Hais,  Sial! Kenapa jatuh segala?" 

Indira hanya diam acuh melihat cowok di depan nya yang sedang mengaduh kesakitan. Cowok itu melirik Indira. Dia terpesona oleh kecantikan alami Indira. Sayang seribu sayang fasion nya aneh.

Cowok itu menghampiri Indira. Dia menyapa Indira.

"Kau pasti siswa baru, aku tak pernah melihatmu. Perkenalkan aku Dilan Smith," ucap Dilan mengulurkan tangan.

Dilan Smith adalah rival Joe Golden. Dia juga merupakan playboy kelas kakap. Dilan sangat tampan. Wajahnya putih bersih, hidungnya mancung. Badannya tinggi. Ketampanan nya tak kalah dengan Joe. Dilan pecinta gadis seksi. Di umurnya yang ke 17 tahun, dia sudah menyandang gelar pria penakluk wanita. Banyak gadis yang bersedia merangkak ke bawah kaki Dilan. Dilan tak merasa keberatan. Toh semua gadis atau pun wanita yang menyukainya dengan suka rela memberikan tubuhnya. Hanya saja Dilan lebih selektif dalam memilih gadis atau wanita yang menemaninya di ranjang.

Dilan adalah keturunan Belanda. Ibunya orang Indonesia dan Ayahnya orang Belanda. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Dan kini semua kekayaan orang tuanya dilimpahkan kepada nya. Bahkan di umurnya yang tergolong muda, dia sudah memimpin perusahaan. Nama perusahaan nya adalah S Company. S Company bergerak di bidang alat transportasi. Pusat S Company berada di Belanda. Sedangkan di Indonesia hanya cabangnya saja.

"Kau tak mau menyambut uluran tangan ku," ucap Dilan.

"Aku tak ingin," jawab Indira singkat.

Dilan mendekati Indira. Jarak mereka hanya terpaut beberapa senti saja.

"Dengar,  baru kali ini aku di tolak oleh seorang gadis. Di kamusku tak ada kata penolakan.

"Tapi di kamus ku terdapat larangan bahwa playboy sepertimu wajib dihindari."

Dilan kaget. Bagaimana bisa gadis ini tahu kalau dia playboy? Apa jangan-jangan dia mendengarnya dari gosip?

"Kau percaya gosip murahan rupanya."

"Aku percaya instingku. Warna mata, aura tubuh dan juga tanganmu yang lentik itu sudah menyentuh banyak wanita atau pun gadis di luar sana. Sungguh kasihan!" ucap Indira.

Dilan tersenyum tipis. Gadis di depannya sungguh unik. Andai saja dia masuk kelas khusus pasti sangat menarik sekali.

"Kau kasihan padaku. Kalau begitu, jadilah pacarku."

Indira menatap Dilan dengan tatapan penuh kebencian.

"Jangan harap." Indira pergi meninggalkan Dilan sendirian.

"Gadis yang menarik," gumam Dilan sambil tersenyum.

Indira sangat lapar. Dia bergegas ke kantin. sekolahan. Sekarang sudah jam istirahat. Dia tak kuasa menahan cacing-cacing yang sedang demo. Kantin sekolahan sangatlah ramai. Ada berbagai aneka makanan lezat yang dapat mengenyangkan perutnya. Indira sampai menelan ludahnya kasar.

Namun, saat mengantri makanan dia di didorong secara kasar oleh seseorang.

Bruk

Indira jatuh tersungkur ke lantai. Dia langsung menatap sang pendorong. Indira menatap dua gadis yang sok berkuasa itu. Mereka adalah Keren Wijayanto dan Anita Sandika.

Keren Wijayanto adalah siswa populer di SMA Harapan. Orang tua nya adalah anggota dewan sekolahnya. Kepribadian nya angkuh dan sombong. Wajahnya putih dan mungil. Rambutnya lurus berwarna sedikit pirang dan tubuhnya tinggi seperti model. Keren adalah salah satu pacar Joe Golden.

Anita Sandika adalah anak dari keluarga Sandika. Orang tua Anita juga salah satu Anggota dewan sekolahnya. Anita gadis berwajah manis, kulitnya sawo matang kas Indonesia. Badannya bagus berisi. Kepribadiannya hampir sama dengan Keren. Dia salah satu pacar Dilan.

Indira langsung berdiri dan melotot kepada kedua gadis yang mendorongnya.

"Ha...Ha.. Lihatlah! Siswi gelandangan ini, mau mengambil jatah gratis," ucap Keren.

"Benar sekali Keren. Dia tak cocok di sini," sahut Anita sambil melipat tangan.

Semua siswa melihat ke arah mereka. Namun setelah itu mereka kembali melakukan aktivitasnya masing-masing. Lagi pula mereka tak mau berurusan dengan duo ratu itu.

"Cih,  mata kalian buta. Tak bisa membedakan berlian di antara tumpukan jerami." Indira menatap kedua gadis itu.

"Jadi, kau merasa dirimu adalah berlian? Omg, aku ingin tertawa rasanya," ucap Keren sambil menatap Indira.

Indira mengepalkan tangan. Mood makan nya hancur. Sekolah elit ini bukan sekolah. Melainkan neraka yang harus dihancurkan.

"Jadi ini sekolah yang Jo pimpin. Benar-benar mengecewakan," batin Indira.

"Dengar ya! Aku tak tahu siapa kalian. Tapi aku pastikan, besok kalian tidak akan berada di sini. Aku Indira berjanji membuat kalian keluar dari sekolah ini," ucap Indira lantang.

Keren dan Anita hanya tersenyum meremehkan. Lagi pula mereka berkuasa. Tak ada yang berani mengeluarkan mereka.

"Sepertinya dia sedang halusinasi, Nit. Lebih baik kita pergi," ajak Keren.

Mereka berdua pun pergi meninggalkan kantin itu. Sedangkan Indira langsung mengambil makanannya. Dia sangat lapar dan jengkel.