Indira duduk di depan cermin menyisir rambut panjangnya. Indira sangat kesulitan untuk menyisir rambutnya. Dia ingin sekali memotong pendek rambut ini. Namun, sang mama melarangnya.
Selesai menyisir rambut. Indira langsung berjalan keluar kamar. Penampilan Indira berbeda dari yang kemarin. Walaupun tanpa make up, Indira kelihatan sangat cantik. Rambut yang lurus dan panjang membuat kecantikannya bertambah. Dia juga berpenampilan seperti pelajar lainnya.
Indira menuruni tangga menuju ke ruang makan. Disana sudah ada Sinta dan Sultan.
"Ma, ayah mana? Kok nggak kelihatan?"
Sinta menoleh. Dia tersenyum melihat Indira berpenampilan cantik dan rapi.
"Putri mama sangat cantik. Benarkan Sultan?" Sinta menatap Sultan kemudian memberi kode.
"Iya ma..! Ira cantik. Kalau penampilannya kaya gini terus...aku yakin, banyak cowok yang antri," sambung Sultan.
"Mama setuju. Joe juga pasti akan suka padamu, sayang.
Mama aneh. Nggak mungkin mama mau menjodohkan aku dengan Joe si gila kebersihan? batin Indira.
"Kenapa bawa Joe segala? Ayah mana ma?"
"Ayah ke Bali tadi pagi. Ada urusan yang harus diselesaikan oleh ayah," ucap Sultan.
Indira mendengus kesal. Dia duduk dengan muka di tekuk. Kenapa sang ayah tak pamit padanya? Indira pun kehilangan selera makannya.
"Tadi, ayah udah masuk kamarmu. Tapi, kau masih tidur. Jadi, ayah cuma titip salam," sambung Sinta menatap Indira.
Indira memulai aktivitas makannya. Kalau ada ayah, pasti sangat lengkap. Sayangnya, ayahnya sedang pergi.
"Ra... Mama hari ini akan pergi ke Jerman. Disana, mama ada acara."
Indira melotot kaget. Mamanya juga akan pergi. Ke Jerman pula. Kenapa semua mendadak seperti ini?
"Hais...terus aku gimana dong, ma?"
"Bukannya ada Kak Sultan. Dan juga mama akan meminta Kak Joshua untuk bermalam disini,"ucap Sinta.
Indira yang mendengar perkataan Sultan langsung tersedak. Jika Joshua menginap di rumah ini, apa kata dunia? Gimana hidupnya nanti? Pasti tidak akan tenang. Tidak! Batin Indira berteriak keras. Dia harus menolaknya.
"Kan udah ada Kak Sultan, ma. Jadi, nggak usah minta Jo menginap di sini."
"Sayang, kakakmu sementara akan menjadi pemimpin di perusahaan ayah. Otomatis, dia akan pulang malam. Sedangkan kau, tidak ada yang menjaga setelah pulang sekolah. Joshua adalah orang yang tepat untuk menjagamu," ucap Sinta panjang lebar.
Menyebalkan! Kalau Joshua sampai menginap di sini, pasti aku tak akan bebas.
"Sultan, nanti kau antar Indira. Lalu, temui Joshua. Bilang sama dia, kalau mama memintanya untuk menginap di rumah kita."
Sultan mengangguk. Dia sangat setuju jika Joshua menginap di rumahnya. Sepertinya, Joshua bisa mengendalikan Indira yang kelewat keras kepala.
"Ira...kau sekelaskan dengan Joe?" tanya Sinta.
Pria gila kebersihan lagi yang dibahas, batin Indira.
"Kalau mama bahas dia lagi. Mama nggak akan lihat aku makan di meja ini lagi. Please ma! Jangan berniat buat ngejodohin aku dengan Joe. Ini bukan jaman Siti Nurbaya," ucap Indira sambil menggeser kursi dan pergi begitu saja.
Sinta menghela napas halus. Kenapa Indira tahu kalau Sinta mau menjodohkannya dengan Joe? Sepertinya, dia harus merubah taktiknya. Sinta sudah sepakat dengan Thea untuk berbesan. Maka dari itu, Sinta akan berusaha keras agar keduanya bersatu.
"Ma...apa yang dikatakan Ira, benar?Jangan memaksa kehendak mama kepada Ira. Kasihan Ira," sambung Sultan. "Sultan berangkat dulu," ucap Sultan sambil pergi menuju garasi mobil.
Sinta hanya diam saja. Apa dia harus mengurungkan niatnya?
"Biarlah mengalir apa adanya," gumam Sinta.
-------
Selama perjalanan menuju sekolah. Indira tak berkata apa pun. Sampai di sekolah pun, Indira juga keluar mobil begitu saja. Sultan langsung turun dan mengejar Indira.
"Ra...boleh marah. Tapi, tasnya jangan lupa!" teriak Sultan kepada Indira.
Indira menghentakkan kakinya tanda kesal. Dia kemudian berbalik arah. Banyak para siswa yang menatap Indira dan Sultan. Mereka berbisik-bisik sambil melihat Sultan dan Indira. para siswi teriak histeris tak jelas. karena Sultan sangat tampan seperti idol korea.
"Ini yang nggakku suka dari kakak. Selalu jadi pusat perhatian."
"Anggap saja mereka tak ada."
Sultan langsung memberikan tas kepada Indira. Dia merangkul Indira seperti sepasang kekasih. Semua orang sangat iri. Dilan melihatnya dari jauh. Gadis uniknya di rangkul mesra oleh cowok lain. Darahnya mendidih. Wajahnya merah padam tanda amarahnya memuncak.
Sampai di kelasnya, Indira di hadiahi tatapan oleh para siswa yang ada di dalam kelasnya. Dia hanya cuek saja. Sedangkan Antonio, melongo melihat Indira yang berubah menjadi sangat cantik sekali. Jantungnya berpacu cepat kembali. Dia langsung memalingkan muka kearah jendela.
Joe menatap kagum penampilan Indira. Gadis kuman itu, ternyata sangat cantik. Tidak ada balutan make up sama sekali. Penampilannya juga berubah seperti pelajar lainnya.
"Ada apa dengan mereka semua? Dasar aneh!" gumam Indira lirih sambil duduk di kursinya.
Tak lama kemudian, bel berbunyi. Di ikuti dengan masuknya Joshua ke kelas.
"Pagi semua," sapa Joshua.
"Pagi sir," jawab mereka kompak.
Indira mendengus kesal dan memalingkan muka ke arah Jendela. Dia tidak mau bertatap muka dengan Joshua.
Hari ini, dia sangat cantik. Ira kecilku sudah berubah menjadi bunga penarik para kumbang, batin Joshua.
Pelajaran pun di mulai. Para siswa memperhatikan Joshua dengan seksama. Disamping tampan, Joshua juga pintar dalam menarik perhatian muridnya. Apalagi, para murid perempuan.
Pelajaran pun telah usai. Mereka langsung menuju ruang praktek. Dilan, tiba-tiba muncul. Dia sengaja tidak ikut pelajaran materi. Karena baginya, pelajaran materi sangat membosankan.
Indira malas kalau harus ikut praktek musik. Dia tidak mau main biola. Dia memilih untuk pergi diam-diam.
"Kau mau kemana gadis kuman?" tanya Joe.
Indira menoleh ke belakang. Dia malas berdebat dengan Joe.
"Bukan urusanmu," jawab Indira ketus.
Joe menghampiri Indira. Dia menatap wajah Indira sambil berjalan ke arahnya.
"Aku tahu kau mau melarikan diri. Apa kau lupa? Kita harus berkolaborasi.
"Kau saja. Aku tak sudi.
Joe sangat kesal mendengar penolakan Indira. Dia kemudian mendorong kasar Indira ke tembok. Joe sejenak tertegun melihat wajah cantik Indira. Harum bunga lavender menyeruak masuk ke dalam hidung Joe. Joe merasa sangat tenang. Dia tak pernah merasakan hal ini.
Indira memekik kaget ketika Joe mendorong tubuhnya. Bukankah si gila kebersihan ini sangat anti dengan bersentuhan? Kenapa tiba-tiba dia mendorong tubuhnya tanpa menyemprotkan anti bakteri ke arahnya?
Dimata Joe, Indira sangatlah bersih. Tidak ada kuman yang menempel di tubuhnya. Wajah Indira seperti bebas kuman.
Dia tak berkuman sama sekali. Ada apa dengan wajah itu? Kenapa ada bling-bling tak jelas. Bersih sekali tubuhnya. Bahkan, seperti tak ada bakteri. Baunya juga harum. Kenapa kemarin aku tidak menyadarinya? Cantik dan juga bebas kuman. Aku menyukainya. Hais… apa kau gila Joe? Ingat, dia gadis kuman, batin Joe.