Reza langsung menghentikan langkah saat menolehkan kepalanya ke kiri begitu pintu lift terbuka. Tatapannya terpaku ke seseorang. Jantungnya berdegup kencang dan membuat dadanya sesak. Semestanya seolah terhenti beberapa saat. Membuat Reza bener-bener gak tau harus menyebut ini sebagai anugerah ato takdir? Ah entahlah.
Beberapa meter di hadapan Reza, berdiri seorang Bebi dengan ekspresi duck face andalannya. Gak perlu ditanya lagi, Reza yakin kalo cewek itu pasti lagi merasa kesal sekarang. Apalagi ditambah dengan gerak bibir cewek itu. Ah ... rasanya Reza bener-bener mulai gak bisa mengendalikan emosinya. Apalagi dengan segala kerinduan yang selama ini ditahannya semenjak cewek itu tiba-tiba menghilang begitu aja, rasanya membuat Reza pengen mempercepat langkahnya dan menghambur diri memeluk cewek itu erat-erat. Ah entahlah!
"Hoy, Za! Kenapa lo malah ngelamun? Pake senyam-senyum segala."
Reza menoleh ke arah asal suara dan menemukan raut wajah Grey yang kebingungan. Membuat Reza mau gak mau akhirnya menghela nafas dan tersenyum simpul. "Gak kenapa-napa."
Grey mengangguk-anggukan kepalanya sambil mencuri-curi pandang ke objek yang daritadi dipandangi Reza tapi nihil. Dia gak menemukan siapa-siapa. "Beneran?"
"Iya beneran. Yaudah yuk. Bentar lagi meeting kan?", sahut Reza mengalihkan topik sambil melirik selintas ke arah Bebi tadi, tapi gak menemukan cewek itu. Ah ... pergi kemana sih cewek itu?
Grey mengangguk lalu beranjak pergi bareng Reza menuju Ruang Rapat Cenderawasih.
*
Reza menghela nafas. Tatapannya nanar dan kabur-kaburan. Jantungnya berdetak gak karuan, membuat nafasnya terasa agak panas. Rasa pusing di kepalanya akibat alkohol yang daritadi diminumnya mulai berasa efeknya.Namun walopun begitu, perhatiannya masih tertuju ke arah jam 9. Bebi.
Malam ini, Reza sengaja mengajak Bebi untuk sekedar lil' party di Kafe Romansa. Sebuah kafe miliknya yang lumayan mewah. Ya itung-itung daripada suntuk di rumah gak ngapa-ngapain, apalagi pas malem minggu begini. Jadi makin kelihatan jonesnya kan tuh kalo malem minggu cuma ngerem di rumah?
"Bebi ...", panggil Reza dengan suara serak-serak basah.
Bebi menatap wajah Reza dengan tatapan lembut. Seperti biasa. "Ya, Mas?"
"Kamu mau gak jadi pacar Mas?"
Hah?
Bebi mendecak pelan. Apaan coba maksudnya? "Mas ngomong apaan sih? Mas mabok ya?"
Reza menggelengkan kepalanya. Sekarang ini, bukan alkohol yang membuatnya mabok, tapi perasaannya ke Bebi-lah yang membuatnya mabok dan meninggalkan rasa sesak di dadanya. Apalagi selama bertahun-tahun Reza menyimpannya sendirian. "Kamu mau gak jadi pacar, Mas?"
Bebi menggeleng pelan. "Kita pulang sekarang ya, Mas. Mas udah mabok gitu."
Lagi, Reza menggelengkan kepalanya. "Mas belom kepengin pulang, Bebi. Mas masih pengen di sini sama kamu. Mas pengen selalu bisa jagain kamu."
"Tunggu sini sebentar ya, Mas. Bebi order taksi dulu ya, abis itu kita langsung pulang ya.", sahut Bebi pelan. Dia sama sekali gak peduli sama racauan omongan Reza barusan. Bukan apa-apa, dia cuma agak-agak ngeri-ngeri syedep aja gitu berhadapan sama cowok yang lagi dalam pengaruh alkohol begini. Apalagi sekarang ini Bebi sendirian tanpa Lucky. Duuuh ...
BRUK!
Bebi menghentikan gerakan jarinya saat mengetik sesuatu di ponselnya begitu menyadari sesuatu. Tubuh atletis Reza tumbang dengan kepala yang tersungkur di meja bar yang saat ini mereka duduki. Membuat Bebi menghela nafas dengan berat.
*
Sekali lagi Reza mencuri-curi pandang ke balik jendela ruang rapatnya, berharap dia bisa melihat wajah Bebi sekali lagi. Bukan apa-apa, dia yakin banget kalo tadi dia gak salah lihat. Dan itu artinya selama ini dia dan Bebi berada di bawah atap gedung yang sama. Namun, semakin lama Reza mengedarkan pandangan matanya, hasilnya tetep aja nihil. Dia sama sekali gak bisa menemukan sosok Bebi.
Reza merogoh saku celananya, mengeluarkan smartphone keluaran terbaru miliknya dan mencari sebuah kontak. Lalu ...
Reza : Cari tau soal Bebi. Alamat tempat tinggal dan kantornya.
-SEND-
Reza memasang senyum sinisnya dengan menaikkan sudut bibirnya beberapa derajat. Jangan sebut namanya kalo dia sampe gak dapet informasi apapun soal Bebi saat ini.
"Oke. Kita lanjut meetingnya. Sampe dimana kita tadi?"
*