POV BEY
Setting : Di dalam rumah keluarga Bey, di ruang utama dimana banyak foto terpajang di dinding hingga menutupi sepertiga tembok putih rumah mereka, Bey duduk di sofa dengan kulit sintetis berwarna abu abu, Mario di arah yang berlawanan dengannya, suasana terasa dingin dan sedikit mencekam, papa Bey duduk di kursi tunggal dengan kedua tangan di tangkupkan di atas meja sementara mama Bey berdiri di sebelah papa
-
-
-
Aku dan Mario duduk menjaga jarak di sofa panjang, aku di sebelah sini dan Mario di ujung sana, papa duduk di depan kami dan aama berdiri di sisi papa, keduanya melipat tangan di dada dengan sorot mata mebyidik, duh jantungku semakin berdebar saja
Sesekali aku melirik ke arah Mario. Dahinya berkeringat, punggung nya berdiri tegap, kedua tangannya mengepal di sudut dengkul
aku jelas bisa melihat ketegangan nya, aku juga sedang kena serangan panik, tapi tidak sejelas yang dialami Mario
" Siapa nama mu? " tanya papa memecah kesunyian.
" Ma, Mario om, eh Pak " Suara Mario terdengar gemetar dan takut
Yaa ampun, aku sendiri juga cemas dan takut, bagaimana mungkin Mario bisa menginap di sini, bahkan untuk menatap wajah papa dan mama pun aku tidak berani, dari mana ide ajakan spontan tadi datang, aku menarik nafas berat
" Apa kita pernah bertemu? " suara papa terdengar berat, matanya menatap tajam ke wajah Mario, sementara yang di tatap tak berani mengangkat kepala, Mario masih takut takut dan menunduk menatap lantai. Aku menggerakkan kaki berharap Mario melihat kode ku, aku meminta dia untuk mengangkat kepala membalas pertanyaan papa
Mungkin Mario akhirnya paham dengan kode gerakan kaki ku, dia perlahan menoleh bingung ke arah ku, aku mengangkat alis meminta dia segera menjawab pertanyaan papa, Mario segera melirik wajah papa dan tertunduk lagi, aku hanya bisa melempar senyum getir
" kamu Mario kan ! " tunjuk papa mengacuh pada Mario, pacar ku itu mencoba mengangkat kepalanya, dia mengangguk pelan, mengiyakan
" lalu kamu akan kemana, Om liat diberita kamu di usir " lanjut papa membuat wajah aku dan Mario melongo tak percaya, papa tau itu ?
" Hah !! " mama jelas terkejut, suara mama ikut mengejutkan kami. Aku mengerutkan dahi kenapa papa lebih tahu daripada aku ? papa tersenyum sambil menunjuk cetakan koran di atas meja, haah ? aku memasang wajah tak percaya, papa lebih update daripada aku, sementara Aku tahu dari Reo, ya ampun Papa lebih terdepan ! sepertinya suasana sudah sedikit mencair melihat raut papa dan mama sudah tak setajam tadi
" Pah " Aku menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimat ku, duh rasanya berat sekali
" Apa Mario bisa tinggal disini untuk sementara " aku mencoba memasang wajah memohon, aku berharap bisa meluluhkan hati orangtuaku
Sebenarnya aku sangat paham, permintaan ku ini berat, bagaimana mungkin seorang gadis meminta seorang pemuda menginap di rumahnya, apalagi ini kunjungan pertama Mario, di moment yang super absurd lagi !
" Boleh.. " papa mengangguk, diikuti senyuman mama, apa ? yang benar saja, segampang inikah kalian menerima Mario ? ah aku rasa kepalaku terlalu banyak berpikir rumit, kenyataannya tak serumit itu
Aku masih bingung dengan pendengaran ku sendiri, aku tidak salah dengarkan? aku menoleh ke arah Mario melihat wajah apa yang dia perlihatkan sehingga orangtua ku begitu saja setuju, dia tersenyum kecil, membuat mata ku menyipit tajam
Aku menatap wajah mama dan papa sekali lagi secara bergantian, wajah yang cerah, tidak ada unsur terpaksa di sana, tapi aku masih belum yakin
" Serius ? " aku meyakinkan diri sendiri sekali lagi
" Iya tentu saja, Mario sedang dalam incaran pewarta, pasti sangat melelahkan meladeni semua itu " jawab papa diplomatis
Beliau berdiri dari posisi duduk nya, disusul Mario, mereka saling berjabat tangan dan melempar senyuman hangat, bahkan telapak papa sempat mengelus pundak Mario, suasana apa ini ?
Aku ikut bangkit dari dudukku dan menghampiri papa yang kini juga sudah bersama mama, aku memeluk mereka bergantian
Mama mendaratkan ciuman hangat di pipi ku melihat senyuman mereka yang terus merekah meyakinkan ku jika semua akan lebih baik lagi, aku melirik wajah kekasih ku bahkan Mario memamerkan jajaran giginya
Dia tersenyum lebar, itu membuat hati ku lega. Mama, papa, aku bahagia memiliki kalian
Setelah merapikan dan membereskan kamar tamu aku kembali ke ruang utama dan siap mengantarkan Mario ke kamar tamu, Mama menyusul membawakan selimut dan bantal
" terimakasih tante " ucap Mario masih terlihat cangguh dan gugup, mama mengangguk cepat menerima ucapan tulus Mario
" Ayo sekarang kita makan dulu " mama merangkul bahu ku meninggalkan kamar Mario, mama juga mempersilahkan Mario lebih dahulu berjalan di depan kami
" terimakasih ma " bisikku manja
" Dia sangat tampan, anak mama pintar memilih yah " jawab mama membuat wajah ku merona malu
" aah Mama.. " ujar ku malu sambil terus menatap punggung Mario. Ini seperti mimpi dia ada disini malam ini, bahkan kami akan melewatkan makan malam bersama, seperti kata mama, Mario memang tampan, bahkan di lihat dari belakang pun punggungnya yang lebar mencuri pandangan gadis manapun, terutama untukku
Hari ini aku sangat bahagia bahkan lengkap dengan papa dan mama disisi ku. Melihat papa yang sudah menunggu di meja makan dengan wajah hangatnya membuat kami mengambil tempat masing-masing dengan cepat sambil melemparkan balasan senyum
Aku menoleh, Mario tidak mengambil kursinya, dia masih berdiri saja, papa menatap tingkah Mario yang kikuk
" Ayo duduk " Mario ragu menarik kursi nya, air muka nya tak bisa ku tebak, dia seperti tersenyum, tapi juga terlihat ragu
" Maaf Om, aku lupa bagaimana makan bersama " aku melirik ke arah mama, wanita ku itu mengedipkan mata dan menatap ku hangat, anggukannya seolah meminta ku untuk selalu bersama Mario, kalimat Mario menggetarkan perasaan ku, bagaimana mungkin dia lupa cara makan bersama
" Kalau begitu, mulai hari ini ingat lah selalu " Papa mengulurkan tangan nya, wajahnya tanpa ragu memberi senyuman lepas, Mario membalas senyuman itu.
Aku menatap Mama yang tersenyum kecil sambil mengangguk seolah memberi semangat untuk selalu mendukung Mario
Kami makan malam bersama di meja makan adalah tempat terbaik untuk bercerita, sesekali tertawa, bercanda, semua berbaur dan tumpah disana, makanan apapun terasa nikmat saat disantap bersama keluarga. Aku merasa hati ku hangat. Kehangatan karena keluarga
" Buatkan papa banner untuk toko " pinta Papa di sela obrolan kami
" Papa punya super model pribadi untuk toko roti kami " ujar papa menunjuk ke arah ku, mama tertawa lepas disusul papa dan Mario. Aku menyembunyikan malu dibalik telapak tangan ku, ah konyol sekali lelucon papa, membuat ku malu di hadapan Mario
Setiap kali aku harus bergaya di toko roti, memamerkan karya kedua orang tua ku selalu memakan banyak waktu, bahkan lebih lama daripada proses wedding cake yang mama dan papa buat manual, tapi papa tetap saja kekeuh meminta aku untuk berpose sebagai model toko keluarga kami
" Pasti rotinya laris " goda Mario menimpali, matanya mencuri pandang kearah ku, senyumnya sangat lepas kali ini, dia terlihat bahagia, itu membuatku bisa ikut merasakan suasana hatinya
" tentu , bahkan cameron diaz eh siapa idola mu? " tunjuk papa pada ku, aku mengerutkan dahi mencoba berpikir
" Giselle pa, Giselle bunchen " jawab ku cepat
" iya, jisel pun kalah sama Bey ! " lelucon papa membuat aku tertawa geli, yang benar saja model top dunia disandingkan dengan mahasiswi biasa, papa luar biasa halu nya dan semua ikut tertawa bahagia
**** *******
POV MARIO
Aku melihat galeri kamera ku, memutar-mutar layar dengan kilas. Bahkan Aku tak sempat memiliki potret nya, tidak apalah pikir ku
Aku melihatnya dengan jelas di balik buku ditangannya, Lama kuperhatikan gerak geriknya, bahkan dia tak menyadari beberapa pasang mata mengawasi nya.
Apa-apaan mereka, gadis itu milik ku! rasanya Aku ingin berteriak seperti itu tapi yang benar saja, mengingat diriku pun mungkin dia bimbang.
Tanpa sadar Aku berjalan mendekatinya, Aku tidak bisa menahan diri. Mungkin baginya Aku orang asing yang aneh.
Matanya menatap ku, Ingin rasanya menyapa nya dengan baik dan benar.
Tapi waktu ku tak banyak, Sofia dan Dave menunggu ku.
" Kenapa, ko loe masuk lagi? "
Aku mendorong kereta Dave, Sofia berpegangan pada lengan ku, kakinya masi belum sembuh total, beberapa hari lalu Dia terkilir.
" Alex menunggu dimana? "
" Di gedung YC , sekalian ada kelas disana "
Aku masih mengingat wajah nya di toko buku tadi, tanpa sadar membuat senyum ku keluar.
" wah, tumben loe bisa senyum, ada apa gerangan? "
" Tadi Aku ketemu Bey "
" yang bener! terus, mana - mana " Sofia memutar kepala nya mencari sosok yang ku ceritakan.
" tadi di toko buku, bukan disini " jelas ku
" Parah loe yah, terus loe mau sampai kapan ?! "
" Loe tuuh yah, loe juga berhak bahagia Mario " Aku meninggalkan Sofia yang masih terus mengoceh, Aku mendorong kereta Dave lebih cepat, di belakang Sofia berteriak memanggil. Dia berhasil mengejar Aku dan Dave.
" Kita udah bukan bocah, si Hitler udah ga bisa mengekang kita "
" Bentar lagi keputusan cerai keluar, gue, Alex sama Dave bakal kabur ke LN " Tangan Sofia menepuk pundak ku
" Loe juga, karena gue akan membangun keluarga yang sebenernya. "
" Bukan keluarga fake ! " Aku berhenti sejenak, keluarga, entah seperti apa rasanya mempunyai keluarga.
------- --------
POV MARIO
Setting : Flashback Mario saat Bey berkunjung ke apartement milik dia dan Sofia, mereka sempat menghabiskan waktu berdua di sana
-
-
-
Sofia terburu-buru memakai sendal nya, aku juga harus cepat mengambil Dave yang masih sedikit merengek dari kereta bayi nya, ah, bahkan aku sampai lupa meninggal kan Bey di luar sana, aku takut Dave akan menangis kalau terlambat sedikit saja, aku kembali ke depan mendapati Bey yang masih berdiri di depan pintu
" Cieee... cantik ya, selera mu boleh juga " Sofia menggoda ku dengan nada menyebalkan khas dirinya, aku hanya berusaha menahan senyum malu
" Kapan lagi bisa wajah sebahagia ini, belum pernah ! " ketus Sofia sembari meraih tas nya dan keluar meninggalkan Dave yang mulai tertidur di ayunan tangan ku, aku tak begitu mempedulikan ocehan Sofia, menghampiri dan mempersilahkan tamu ku itu lebih penting, haha.. maaf Sof ! Bey akhirnya melangkah masuk mengikuti ku
Dia menatap sekeliling, aku memperhatikan wajah nya yang meraut datar, sesekali dia melemparkan senyuman dan yang ku lihat hanya senyum manis dan ceria di wajah nya
Dia tidak berubah, semuanya masih seperti tahun yang lalu, entah berapa tahun ku lewatkan tanpa dirinya, kau tahu aku selalu merindukan diri mu
Seperti Sofia yang selalu berani mungkin kali ini aku harus ikut mencoba berani membuat garis jalan hidup ku sendiri. Aku harus belajar bagaimana cara memulai untuk menentang, entahlah ! aku ingin bisa bahagia
Aku selalu memikirkan Dave, aku tidak mau anak tanpa sosok ayah. Aku tidak ingin Dave seperti diriku
Aku mengalihkan pandangan dari bayi di gendonganku ke arah keberadaan Bey yang berdiri di sini, matanya masih sibuk menyapu seisi ruangan
Hari ini dia memakai baju yang sedikit terbuka, ya bagian bahunya terbuka, aku sedikit risih kalau-kalau ada mata pria lain yang menatap nya. Tapi disini hanya ada aku, bolehkah aku merasa istimewa kali ini ?
Aku sedikit membuka cerita ku padanya hari ini. Wanita ini membuat ku nyaman dan merasa di cintai, ini kali pertama untukku membagi cerita pribadi ku pada orang lain, bahkan terkadang pada Sofia pun aku tak sejujur ini, tapi Bey.. dia adalah wanita ku saat ini
Dalam sorot matanya yang indah. Setiap tarikan nafasnya, wangi rambutnya semua seperti menggelitik menggoda ku. Tentu saja aku menyesal tidak bisa selalu bersama mu, rasanya aku ingin terus mendekap mu.
Aku menyentuh ujung dagu nya dan mencoba menahan hasrat ku. Dia mengerlingkan matanya, Itu sangat menggoda ku
Sama seperti malam itu, aku menciumnya tanpa keraguan. Aku menikmatinya dengan semua perasaan menyeruak dalam hatiku, wanita ini memabuk kan ku.
Aku menatap nya lama, aku ingin memakan mu saat ini dan kau masih saja dengan wajah polos mu itu, di dalam hatiku sudah banyak bisikan nakal. Aku tersenyum dan menahan semua rasa bahagiaku
Rambutmu yang turun ke dahi. Bibirmu yang merekah. Aku ingin bisa merasakan semuanya. Tanganku gemetar saat menyentuh kulitnya yang lembut, nafas nya terasa hangat, wangi bunga yang menggairahkan ku.
Aku tidak pernah mengkhianati cinta ku untukmu Bey. Aku hanya berusaha menahan diri. Aku berusaha bersabar mencoba memantaskan diri untukmu. Aku tidak ingin mengecewakan dirimu. walau kadang tingkah mu itu..
Kau menghancurkan pertahanku. Aku sungguh menginginkan mu. Aku ingin memiliki mu seutuhnya tapi aku takut, ketakutan akan dirimu yang kecewa akan kekurangan ku. Aku tak mau melukaimu dengan diriku, jadi bersabarlah, sama seperti aku yang menahan emosiku saat ini! ini sangat sulit untuk pria normal seperti diri ku
Diri mu terlalu indah
Badanmu terlalu panas
Pakaianmu terlalu menggoda dan terbuka
ini berat untukku karena aku selalu mencintai mu.. wanitaku
terima kasih sudah membaca sampai disini..
terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..
Komentar tiap tiap babnya..
Kirim power stone sebanyak2nya
beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya
ig @anyun yun yun yun (jng pakai spasi)