POV BEY
Setting : Ruang makan keluarga Bey, dimana mama papa dan Mario sudah melahap roti panggang mereka, sementara Bey datang paling terakhir dengan langkahnya yang ragu, dia menarik kursi dengan perlahan, sudut matanya mencuri lirik pada Mario yang tiba tiba merasa sungkan pada suasana keluarga Bey
-
-
-
Mata ku mencuri lirik ke arah Mario, wajahnya terlihat kaku, tingkah nya juga kikuk, aku memainkan bibir, membuat ekspresi tak jelas yang pasti aku masih merasa malu dan cangguh.
" Ada apa dengan kalian ? " tanya mama heran melihat ekspresi kami tak seperti biasanya
Aku menoleh ke arah mama cepat wajah beliau semakin terlihat heran dengan cepat aku menoleh ke arah papa, wajahnya juga terlihat curiga bahkan alisnya mulai berjingkrak seperti menyelidik kecangguhan kami
Keringat ku mulai turun, aku melihat Mario sekilas dan membuang pandangan segera dia pun begitu.
" Kami, kami ti, tidak apa apa.. " tenang, tenang.. bisik hati ku mencoba menenangkan diri sendiri, bibir ku menarik senyuman terpaksa, pasti ini terlihat sangat akward
Mario ikut mengiyakan membuat aku menoleh ke arahnya dan mata kami bertemu, dengan segera aku dan Mario membuang pandangan, kalimat setuju untuk mendukung ucapan ku malah membuat wajah papa dan mama kian curiga, sebisa mungkin aku menenangkan diri tapi rasa cangguh tetap menguasai diri ku, ah bayangan kejadian kemarin sekarang malah ikut ikutan di kepala ku !
Aku meraih tas dan segera beranjak dari kursi meja makan, menghabiskan susu ku dengan sekali teguk, aku hanya ingin segera meninggalkan suasana kikuk ini, batin ku sudah tak sabar lagi
" Aku kuliah dulu " aku mencium pipi mama lalu melangkah ke arah papa dan mencium pipinya sekilas, aku melanjutkan laju melangkah ke arah kursi Mario. Kaki ku berhenti, wajah ku seketika memerah. Aku mengingat jelas kejadian kemarin. Aku berusaha untuk tersenyum
" A, A, aku pergi dulu... " ujar ku terbata
Mario mengangkat tangannya ingin melambai tapi yang ada dia seperti memberi intruksi di ruang presentasi, wajahnya tanpa ekspresi, gerakan tangannya jelas kaku, pasti dia juga merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Bibirnya memaksa untuk tersenyum, wajah nya kaku, menegang. Dia jelas terlihat aneh, aku melengos saja
Warna merah jelas menyemburat di wajah nya. Aku membalikkan badan berlari kecil, lebih baik cepat kuliah pikir ku. Aku mulai tak bisa mengontrol diri saat melihat wajah tampan nya ditambah kejadian konyol kemarin, bisa bisanya aku menggoda dia dan kenapa handuk itu harus tanggal !
Oooh.. apa yang Aku bayangkan !
Ya ampun, bagaimana aku bisa melupakan apa yang ku lihat kemarin. Ya ampun, aku menggelengkan kepala menghapus bayangan Mario yang malu saat handuk tertanggal dari pinggang nya.
" panasss... panaasss "
Aku bergegas mengambil langkah meninggalkan rumah sambil menyibakkan tangan cepat di depan wajah ku yang pasti jelas merona merah
-------- -------
MARIO
Setting : Mario melahap roti panggangnya dengan wajah ceria, dia menghabiskan roti pertamanya dan mama Bey mengambilkan lagi, mengisi ulang piring Mario, mereka membuat obrolan hangat dan ceria. Ketika Bey ikut bergabumg Mario menghentikan onrolannya secara tiba tiba, dia seperti sedang tertangkap basah sedang membicarakan kekasihnya, ah bukan hanya itu, baik Bey ataupun Mario, mereka masih mengingat jelas kejadian kemarin, keduanya seketika cangguh dan kikuk, membuat wajah kedua orangtua Bey menatap heran
-
-
-
Aku menikmati sarapan pagi ini dengan cangguh. Rasanya semua mata tertuju ke arah ku, aku merasa di intervensi, aku sedikit gugup saat melihat kedua orang tua Bey. Ada rasa bersalah di dalam hati ku.
Bey mempercepat sarapan, aku melihat sisa susu menempel di sudut bibir nya, aku ingin tersenyum karena wajahnya jadi seperti memiliki kumis tapi lirikan Bey menghentikan ku, aku segera menunduk berlagak sibuk dengan santapan ku.
Dia segera berpamitan dengan epat Bey meninggalkan kami di meja makan, aku meneruskan sarapan ku dengan perrlahan, dia tak berani mencium ku seperti kemarin ? apa karena ada orang tuanya di sini saat ini, ah sudahlah, sepeninggalan Bey suasana hangat kembali bergulir seperti sebelumnya
" Ayo tambah Mario " mama menambahkan susu di gelas ku, membuat bibirku tersenyum. Aku senang sekali diperlakukan seperti ini, semua tindakan lembut dan suara hangat keluarga ini semuanya seperti keajaiban. Keluarga ini seperti keajaiban untuk hidup ku, untuk seorang Mario, aku jadi malu sendiri sudah diterima dan di perlakukan dengan amat baik di sini, aku bukanlah siapa siapa, bahkan belum mampu membahagiakan Bey, putri mereka seutuhnya
" Ma, pa, ada yang ingin ku sampaikan .. " mama berhenti menuangkan susu sejenak, gelas papa Bey bahkan belum terisi penuh, beliau segera menarik kursi kembali duduk dan menatap dalam wajah ku. Aku mencoba tak memasang wajah serius tapi ternyata kedua orang tua ini sudah menangkap gelagat ku dengan baik
" Ada apa? " suara Papa Bey terdengar khawatir dan sedikit berat, mama melirik ku dengan tanda tanya, mereka sekilas saling memandang dan kembali menatap ke arah ku
Aku menarik nafas panjang, mencoba menenangkan diri sendiri, mengatur degup jantung yang berdebar hebat. Suara ku bahkan sudah terasa bergetar sebelum mengucap, aku menarik nafas sekali lagi
" Aku minta tolong beri aku waktu " ucap ku mengejutkan kedua orangtua Bey
" Aku akan menyelesaikan masalah dengan keluarga Widjaja, tolong percayalah pada ku " suara ku meminta tapatnya lebih terdengar sedikit memohon tapi dengan pandangan yang tertunduk, aku hanya berani menatap bayang-bayang di meja kaca, aku tak berani menatap wajah kedua orang yang sangat menyayangi Bey, aku takut mereka kecewa akan diriku yang mungkin telah membuat hubungan rumit diantara asmara kami, tapi apapun jawabannya aku akan terima
Tangan yang hangat menyentuh punggung tangan ku. Seseorang lagi merangkul bahu ku. Mama menggenggam hangat tangan ku, dia menepuk-nepuk nya pelan, bibirnya tersenyum seolah menguatkan ku
Papa Bey meraih bahu ku, tangan nya menepuk- nepuk disana, wajah nya yang masih terlihat muda, memandang ku hangat. Aku melihat papa Bey menatap ke arah wajah mama mereka seolah saling setuju lalu berganti melihat ke arah ku
" Kami percaya denganmu Mario, segera bereskan dan kembali ke sini lagi. "
wajah ku terperanga, aku tidak percaya dengan ucapan papa Bey. Mereka benar-benar tulus, orangtua seperti malaikat, Aku sangat senang, aku tidak bisa menahan nya
Aku berdiri seketika dan memeluk mereka satu persatu, pelukan yang hangat. Aku merasa mereka lebih dari sekedar orangtua.
Bahkan Aku tidak pernah merasakan pelukan orang tua entah sejak berapa lama sekarang aku merasakan nya, rasanya seperti ini, rasanya sangat menggembirakan, sangat mengharukan, sangat menghangatkan, aku terharu, rasanya ingin menangis. Terima kasih Tuhan, semua berkat dari mu.
" Boleh aku memotret kalian ? " pinta ku
Mama dan papa mengangguk cepat, rona merah di wajah mereka menyemburat membuat bibir ku tak bisa menahan senyuman ikut berbahagia, mereka saling memandang dan jari mama mencubit pelan pangkal lengan ku, dia menyadari wajah ku yang menggoda pasangan mesra ini
Aku berlari kecil bergegas mengambil kamera di kamar akan ku penuhi memori dengan isi rumah ini, dengan kehangatan di sini, semua akan menjadi foto yang indah, memori yang cantik.
Langkah ku terasa ringan, hati ku berbunga, begini kah rasanya bahagia ? begini kah rasanya di cintai aku tak tahan dengan luapan emosi saat ini, aku melompat kegirangan di kamar ku, aku sungguh bahagia ! rasanya ingin berteriak agar orang tahu kalau Mario sedang bahagia saat ini !
Aku meraih kamera lalu kembali ke ruang makan. Aku akan membuat foto terindah, bisik hati ku tak sabar lagi. Pertama aku akan melihat bagaimana pose natural pasangan harmonis ini, papa dan mama, mereka terlihat malu-malu di awal pemotretan, tapi kehangatan sentuhan papa jelas disambut mama, mereka sungguh pasangan yang serasi dan menggemaskan, mereka membuat ku iri
Aku tidak perlu mengarahkan, karena semua terlihat sangan tulus, kebahagiaan mereka membuat bidikan kamera seperti hidup dengan kehangatan. Aku mengambil banyak foto tak lupa dengan semua isi rumah.
Aku juga meminta ikut ke toko roti milik keluarga mereka akan ku abadikan banyak gambar di sana
Aku juga akan membantu mereka di sana, kebetulan mereka sedang sibuk sekali saat ini, mungkin aku tidak akan banyak membantu, tapi setidaknya aku ingin ikut mengerjalan walau hal kecil, mungkin dengan mencuci piring ?
Ku tatap sekeliling rumah ini, lalu mengikuti langkah keluar rumah, menyusul orang tua Bey, kami akan ke toko roti kebanggan keluarga Bey, itu warisan turun temurun keluarga ini, pasti sanag legend !
Hari ini akan ku habiskan dengan memiliki banyak kenangan indah. Akan selalu ku bawa dalam kenangan hidup ku, tak menunggu lama aku sudah terus mematik kamera, tak melewatkan momen ketika kami tiba hingga mama dan papa yang ikut bergabung ke dapur produksi. Aku memeriksa kamera ku menggeser galeri nya, sungguh tangkapan gambar yang indah
" Manis sekali " gumam ku saat melihat foto mama dan papa yang sedang sibuk memanggang kue.
" Manis dan indah, seperti kue yang dibuat " Aku seperti bicara dengan kamera ku. Semua orang sedang sibuk dan aku mengabadikan mereka dalam jepretan ku
Sesekali ku dengar suara papa atau pun mama memanggil nama ku, meminta bantuan kecil. Aku merasa berguna, aku merasa 'ada' kali ini aku merasa benaran hidup.
Tinggal satu yang kurang dalam galeri ku. Diri mu ! aku menyisahkan tempat spesial untuk mu. Aku akan memfoto mu, bidadari ku.
Hanya membayangkan wajah nya, bagaimana dia akan ber pose, membuat telinga ku hangat. kau sungguh menggoda iman ku bahkan walau hanya lewat imajinasi
Aku tersenyum sendiri, gemas, aku menggigit bibir ku. Wajah mu selalu membuat ku gemas dan tak sadar kebiasaan itu membuat ku terbiasa menggigit bibir ku
Aku mengenang hari itu, hari pertemuan kita, hari dimana aku dan kamu memulai semuanya tanpa ada kepastian. Aku mengambil kursi, merebahkan badan dengan kamera di tangan ku, aku memandang toko roti yang hangat ini
Bayangan masa lalu kembali dalam ingatan ku kepala ku mengingat jelas hari pertama aku melihat mu, dalam seragam abu- abu, kau masih sangat remaja saat itu
Aku mengingat ciuman pertama kita, tingkah konyol mu, ah dengan.membayangkan saja kau sudah membuat jantungku terus berdebar hebat, aku tak sanggup menahan diri ku jika bersama diri mu, aku hanya berusaha sekuat mungkin di hadapan mu, sebenarnya aku sangat lemah oleh pesona dirimu, Bey
" Dia selalu melewati batas " batin ku berdecak, aku ingat bagaimana dia memasuki kamar seorang pria yang belum dikenal nya, hari itu aku mampu menahan diri untuk terlihat cool dihadapan mu, itu bukan cool aku hanya tidak berani.Bibir ku mengembang, kejadian hari itu terus saja hadir dalam kepala ku, menggoda ku
Aku juga mengingat jelas kejadian malam itu. Sofia benar- benar melewati batas dan itu terlalu sering. Dia selalu bercumbu bersama kekasihnya Alex di dalam kamar ku, padahal pemilik kamar itu tak sekalipun memiliki kekasih. Shit ! Mereka benar- benar keterlaluan, aku sering marah dan menggerutu tapi hanya dalam pikiran ku.
Tapi malam itu, aku tidak kesal pada Sofia, sedikit banyak desahan nya membangkitkan hasrat ku. Mengundang rasa penasaran terhadap wanita yang mencuri hati ku saat aku memandang wajahnya
Aku bahagia aku jatuh cinta pada mu , Bey. Aku tak pernah bisa melupakan malam itu, kau memberi ku kehangatan di malam yang dingin. Kau menyalakan api di tengah kebekuan hidup ku yang gelap.
Aku mengingat semua nya. Awal yang indah.
Di malam yang indah itu, dengan malam yang kau hangatkan bersama bibir dan kulit lembut mu, di pikiran ku yang bercabang dalam bahagia yang ku rasakan ada resah besar membuat ku tak mampu berpikir harus memilih yang mana, sama seperti saat ini.
Aku seperti kembali ke masa itu, pikiran ku tak menentu, aku mencoba menelusuri kembali memori malam itu.Malam itu, saat suara sunyi, saat aku menatap wajah nya, bukan, bukan wajah Bey ! tapi kemurkaan di wajah Alfa Widjaja !
Mario akan flashback
terima kasih sudah membaca sampai disini..
terus dukung dengan memberi review dan komentar berikut 5bintang di depan..
Komentar tiap tiap babnya..
Kirim power stone sebanyak2nya
beri hadiah sebanyak banyak ya agar penulis terus bersemangat dalam berkarya
ig @anyun yun yun yun (jng pakai spasi)