Mario menatap gedung dengan arsitektur modern di depan matanya, dia segera membuka kaca mobil dan cukup lama terpaku, dinding kaca mengkilat yang menampilkan bintang papan atas di setiap sisi bangunan seperti layar bioskop yang di layout rapi, cahaya led nya membias di kulit kita yang menatap kagum
Dengan langkah setenang mungkin Mario memasuki lobby, kaca otomatis menyambutnya berikut senyuman ramah resepsionis front office dengan seragam fancy mereka, Mario membalas melemparkan senyuman, seorang pegawai dengan seragam formalnya segera menghampiri kedatangan Mario, pria muda itu menyambut ramah dan menuntun langkah Mario menelusuri lantai marmer, gedung modern dengan interior bernuansa traditional, motif alam yang natural dan tenang di pandang
Dari kejauhan Mario sudah bisa melihat ekspresi menyambut dari dalam ruangan kaca di depan sana, Alfa Widjaja sudah menanti kedatangan pemuda tampan itu sedari tadi, dia sudah bersama dua pegawainya di ruang kantor utama gedung ini
" terima kasih " ujar Mario ramah pada pegawai yang mengantarnya
Walau wajahnya sudah menua tetapi setelan dandy nya masih saja memberi kesan wibawa dan superior, lelaki itu tersenyum mantap menatap kedatangan Mario yang semakin dekat
Pria itu melaju dengan kursinya menuju sofa di ruang kerjanha yang luas, Alfa yang tadi fokus pada layar komputernya segera mengalihkan pandangan tatkala sekretarisnya memberi informasi jika pemuda yang dia tunggu sudah memasuki lobby, Alfa bahkan tak memperhatikan monitor cctv gedungnya lagi, padahal dulu dia sangat perhati tiap detail apa yang terjadi di kantornya
Sebuah ruangan yang bisa dibilang bernuansa classic, berdinding kaca dengan set sofa panjang dengan kerangka jati. Dua buah meja kerja dan kursi besar yang menjadi singgasana kekuasaan Alfa, dan satu lagi meja kerja sekretarisnya tak jauh dari meja kerja Alfa. Ada sebuah rak besar disana, rak setinggi plafon ruangan, tiap sekatnya menyimpan rapi dokumen kerja Alfa Widjaja. Di dinding tepat dihadapan meja kerja Alfa juga tersedia layar besar yang menampilkan kegiatan tiap sudut gedung kantornya, dia bisa memantau tanpa perlu turun langsung
Pria paruh baya itu memberi perintah dengan kerlingan matanya tepat saat kaki Mario memasuki kantor utama nya
Seorang pegawai Alfa yang tadi duduk di sofa segera bangkit dari posisinya, dia mengambil beberapa dokumen di atas meja kerja Alfa, mereka sudah mempersiapkan semua berkas sejak tadi, pria itu kembali duduk di sofa tepat di sisi Alfa
" ayoo duduk Mario ! " Alfa menyambut kedatangan Mario dengan senyum sumringah, mereka sudah merencanakan hari ini sejak pertemuan mereka kemarin
" Nico, ini Mario " Alfa segera memperkenalkan Mario pada pria yang langsung berdiri dan menyambut kedatangan Mario
Alfa mendongakan kepalanya ke arah Mario,
" Pengacaraku akan mengurus dokumen dan surat kuasa, ah dia juga akan membantumu, seperti yang kau minta tempo hari " jelas Alfa menunjuk pria di sisinya
" mulai sekarang dia adalah kuasa hukum mu " papar Alfa lagi
Pria yang ditunjuk Alfa itu memamerkan senyum dengan barisan gigi yang rapi, tangannya terjulur disambut hangat oleh Mario
" namaku Nico, pak Mario " Mario mengangguk cepat, mengiyakan nama yang disebut di akhir kalimat Nico
Nico terlihat masih muda, dengan tubuh yang lumayan berisi, wajah nya bulat terlihat ramah dan berkharisma, dia memiliki pesona yang menenangkan
Pria yang ditunjuk menjadi kuasa hukum Mario terlihat masih sangat muda, penampilannya pun cukup trendi seperti mahasiswa magang tapi jika Alfa sudah mempercayakan urusannya pada seseorang dia tidak akan sembarangan memilih, Mario tahu betul itu
Mario tersenyum ramah menyadari semua itu, pastilah Nico sudah sangat diandalkan hingga ditunjuk menjadi kuasa hukum oleh Alfa, pria paruh baya itu tak mudah memilih pegawai sebelumnya
" Silahkan, kalian harus mulai berkomunikasi " Alfa memberi tanda dengan kedua tangannya yang sedikit di angkat, dia memberikan ruang pada Nico untuk mengambil alih Mario
Alfa bersiap dengan jentikan jarinya meminta sekretaris yang berdiri di sisi meja untuk menuntun laju wheel chairnya meninggalkan ruangan ini
Wanita itu mendorong perlahan kursi yang membawa big bossnya menuju pintu keluar
" Kalian harus cepat menyelesaikan semuanya, aku ingin beristirahat dengan tenang.. " gumam pria itu sambil berlalu meninggalkan ruangan yang sudah menjadi rumahnya, ruangan yang banyak mengukir sejarah dalam kesuksesan keuangannya, ruangan yang selama ini dia perjuangkan
Alfa sedikit menahan tawa, tapi sepertinya dia tak mampu menahan geli dalam dadanya, dia terkekeh sendiri, terkekeh dengan raut wajah sedih, ada airmata disudut kedua penglihatannya yang sudah meredup
Pada akhirnya yang kuperjuangkan dengan berbagai cara hanya bisa kunikmati sampai disini, bagiku semua di dunia ini bisa dimiliki saat kita memiliki banyak uang, ya aku merasakan semua itu, memiliki banyak uang dan bisa melakukan apa yang aku suka
Tapi saat hari mulai senja, saat tenaga sudah tak lagi sekuat dahulu, saat uang-uang nya tak mampu membuang penyakit yang menggerogoti badan itu , saat usia terus bertambah tanpa bisa ditawar atau dibeli, seperti saat ini ternyata dia baru mulai tersadar.
Sekali lagi Alfa menoleh kebelakang, menangkap dua pria yang mulai serius berbincang di dalam kantornya, dia tersenyum sambil menjatuhkan airmatanya
Anak yang tak pernah dianggap itu, entah seperti apa kedewasaannya, dia tak pernah sekalipun merengek, dia juga belum pernah ku lihat menangis, tapi kemarin, dia memohon dengan penuh kesedihan.
Anak itu kini penuh perasaan, dia adalah anak yang baik, dia bisa membuat anakku memilih jalan yang bahagia, dan aku akan memilihnya untuk bisa bahagia, aku percaya padamu Mario, maafkan semua kesalahanku selama ini
Batin Alfa terus berbisik mengikuti alunan roda yang terus berputar menyentuh marmer kantor kekuasaanya, dia melambaikan tangan sambil tersenyum ramah, beberapa pegawai yang berdiri disisi meja kerja hingga ke lorong lobby menunduk santun, mereka mengucapkan salam perpisahan pada bos besar yang telah lama memerintah dengan semua keegoisannya.
Mereka sedikit terkejut melihat senyum ramah dan lambaian tangan Alfa, itu adalah hal yang langkah, dimana wajah keras dan tingkah congkak yang selama ini mereka rasakan.
***** *****
ALFA
Aku tidak pernah menyangka pria kecil kumal yang kupungut dimalam itu akan menggantikan kekuasaan yang telah lama kuperjuangkan, aku bahkan tak pernah menatap wajahnya dengan benar selama ini
Bahkan keberadaanya tak pernah ku anggap, tapi aku tak pernah bisa menolak permintaan putri semata wayangku, Sofia selalu saja di pihaknya padahal apa istimewanya anak itu ? Sofia dan Mario selalu saja saling membantu dan saling menyimpan rahasia di belakang ku, jika Sofia pembangkang tapi pemuda itu tak sekalipun berani melawan atau membalas makianku, dia selalu saja pasrah akan perlakuan burukku di masa lalu
Tapi hari ini aku bisa mengerti, mungkin hidup ku akan hancur dan hidup putri semata wayangku juga akan lebih hancur jika anak laki-laki itu tidak pernah ada dalam keluarga kami. Peran yang selama ini tak pernah kuanggap entah mengapa menjadi begitu berharga di masa ini. Sikapnya yang tenang, wajahnya yang tak pernah terlihat tegang, emosinya yang stabil. Nyatanya Sofia lebih membutuhkan Mario daripada aku yang ayah kandungnya, Sofia berjuang banyak untuk Mario daripada berjuang untuk memenuhi permintaan ku
Mario bercerita banyak kemarin pada ku, tak pernah kudengar dia menumpahkan banyak kerisauan dalam hatinya, apa karena sikapku yang telah berubah sehingga Mario akhirnya bisa berbicara seringan itu pada ku ? entahlah, yang pasti aku merasa bangga dan.. yaa.. aku bahagia !
" Ah bagaimana dengan pemuda kemarin ? " Alfa mengingat sesuatu yang lupa dia ceritakan pada Mario
Sekretarisnya segera menghentikan laju mendengar kalimat tanya alfa yang membuat perempuan di belakangnya bingung. Alfa terlihat berfikir kemudian menggelengkan kepala, dia mengibaskan telapak tangan meminta sekretarisnya meneruskan laju mereka
Tepat nya hari apa Alfa tak begitu mengingatnya, tapi tampilan parlente dan gaya percaya diri anak muda itu terlalu mudah menempel diingatan nya
Sebelum Alfa menerima keputusan Mario seorang pemuda yang tak kalah tampan pernah memasuki ruang kantornya, dari pakaian dan gesture tubuhnya Alfa bisa menebak keturunan dari mana pemuda itu berasal, lagipula wajah bocah itu bukanlah orang asing menurut Alfa, dia hafal betul senyuman manis yang dipamerkan pemuda tampan itu, hanya saja tatapan sudut matanya yang menukik jelas bukanlah turunan dari ayahnya, ya Alfa mengenal ayah pemuda itu
" Saya tahu om tidak menyukai Mario, makanya saya menawarkan kerja sama .. " Alfa memandang heran anak muda yang tersenyum dihadapannya
" Saya sama seperti om, saya benci Mario ! " hari itu hanya tepukan pelan dari telapak tangan Alfa yang terasa kasar di punggung tangan Reo, tepukan itu seolah memberi arti lain, Reo yang penuh gejolak dan emosi, sedangkan Alfa yang menghadapinya dengan santai
" Aku pernah mengenal betul ayahmu, bagaimana kabar dia sekarang, kudengar perusahaanmu sedang ada masalah ? " Alfa mengalihkan topik pembicaraan membuat kening Reo berkerut
" Jika ayahmu tahu kau mendatangi kantorku, dan menawarkan kerjasama untuk hal yang yaaa.. bisa dikatakan tidak baik, kau akan melihat seperti apa amarah ayahmu ! "
kalimat panjang dari mulut Alfa membuat gigi Reo bergemelutuk, kalimat itu terdengar seperti nasehat atau lebih tepat lagi terasa seperti ancaman?
" Kami dulu sangat dekat sampai suatu waktu idealis kami berbeda, ayahmu tidak menyukai gaya kepemimpinan yang aku anut, Ayahmu itu orang yang baik.. "
Kalimat terakhir dari mulut pria beruban itu seolah memberi isyarat jika proposal kerjasama Reo telah ditolak mentah mentah.
" sialan ! " upat Reo kesal di dalam hati sambil berbalik badan meninggalkan ruangan itu, suara sepatunya keras menepuk lantai, sangat jelas kekesalan yang dia rasakan
" Arthadiningrat ! " suara berat Alfa membuat tangan Reo urung membuka pintu, dia berbalik menatap wajah Alfa yang duduk di kursi roda
" bagaimana kabar saudara kembar mu ? " mata Reo terbelalak, walau dia berusaha menutupi ekspresi terkejutnya tapi Alfa sudah lebih dulu menangkap gesture itu, kedua tangan Reo menelusup ke dalam saku celananya
" om kenal betul keluargaku sepertinya, om bahkan tau aku mempunyai saudara kembar " tatapan Reo penuh tanda tanya, Alfa terkekeh
" hahaa.. bagaimana mungkin aku tak mengenal keluarga mu, Darwin itu satu almamater dengan ku " jelas Alfa membuat wajah Reo semakin penuh tanda tanya
" daripada kau, saudara laki laki mu lebih tahu cara bersikap ! " ujar Alfa dengan wajah serius nya
Reo mengerutkan alis tak mengerti arah omongan Alfa
" ooh sepertinya kau tak mengerti, ada banyak hal yang tak kau mengerti dalam hidup mu ! " sambung alfa menunjuk pintu keluar
Reo menarik handle pintu segera, dia berdecak kesal mendengar kalimat Alfa yang memeberi nya teka teki, dia kesinu untuk menyelesaikan masalah nya tapi yang ada malah menambah masalah hidupnya
" apa sih maksud pria tua bangka tadi ? " Reo menggeleng tak mengerti
" plan A gagal ! "