Pertemuan tidak terduga oleh Sisi dan Arga, beberapa minggu saja, Sisi merasa Arga sangat perhatian dengannya. Setiap hari, bukan setiap saat Arga selalu membawa beberapa kuliner dari toko usahanya. Membuat Fia dan rekan kerja lainnya sangat iri padanya. Bagaimana tidak iri, setiap. Pagi, siang, hingga pulang kerja selalu mendapat kuliner yang begitu lezat di mata mereka. Mereka jika menginginkan seperti Sisi dapatkan.
Sehingga mereka menggoda Sisi kapan lagi resmi tunangan dengan Arga, Arga sudah menanti akan siap meminang Sisi. Usia sudah tidak muda lagi, sudah waktunya untuk menikah menurut Fia dan rekan lainnya. Sisi belum yakin dan belum memantapkan menerima lamaran dari Arga. Padahal Arga menanti bertahun-tahun demi mendapatkan hati seorang wanita di dekatnya.
Malam ini mereka akan Dinner bersama di salah satu restoran ternama di Surabaya, mungkin makanan khas daerah kota ini. Di mana Sisi memakai gaun dress dari rancangannya sendiri, setiap mengena gaun dress pasti menarik seluruh kaum adam yang ada di restoran ini. Bagaimana tidak wanita cantik dengan pakaian yang tubuh lampung selalu cocok ada di tubuhnya. Arga sendiri terpukau dengan kecantikan yang didapatkan oleh Sisi sendiri. Pertama kali bertemu dengannya di rumah Maharani, Arga tidak dapat mengatakan apa-apa.
Mereka duduk di salah satu meja khusus untuk dua orang, bisa dikatakan untuk sepasang kekasih. Sisi sendiri lebih menyukai suasana romantis sederhana, untuk ini terlalu mewah menurutnya. Dekorasi Design restorannya seperti restoran berkencan ala bali, Spanyol, Amerika, dan sebagainya. Mungkin pengaruh zaman modern masa kini semua penuh dengan bunga, kolam renang, lampion, pohon, aroma khas mawar, musik melow, biola, dan sebagainya.
Menu makanan kali ini seperti apa barat; beef steak, Sandwich, bebek panggang, spageti dan salad. Tidak lupa pencuci mulut yaitu Ice cream. Sepertinya Arga tahu segala kesukaan Sisi, semua ter hidangkan di atas meja mereka berdua.
"Bagaimana, apa kamu menyukai tempatnya?" tanya Arga sebelum menyantap makanan di depannya.
"Ya, aku suka. Tapi, apa ini tidak berlebihan? Kamu menyewa semua nya?" jawab Sisi kemudian berbalik menanyakan pada Arga.
Arga senyum tipis lalu dia berkata, "Tidak, ini adalah restoran sahabatku namanya Michel."
"Benarkah? Wow... Amazing, ini benar sempurna. Aku tidak menyangka kalau sahabatmu mempunyai dekorasi sehebat ini. Desainnya benar unik!" Sisi sendiri sangat mengagumkan akan dekorasi Design tempatnya.
Arga tersenyum lucu melihat perbedaan pribadi Sisi, Sisi mengerut kening melirik Arga.
"Apa ada yang lucu, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Sisi sambil memotong beef steak nya.
"Tidak, hanya lucu saat kamu mengatakan ini dekorasi desain yang unik. Selain kepribadian tertutup kamu memiliki keunikan yang tidak terbaca," jawab Arga jujur dan memujinya.
"Apaan sih! Terlalu gombal banget, apa kamu selalu begini terhadap wanita setiap kencan selalu ada kata manis gombalmu?" Sisi tertawa kecil serasa tidak percaya akan gombalan Arga barusan.
"Ini bukan gombal, tapi, kenyataan aku menyukai keunikan di dalam kepribadianmu. Aku mengatakan sejujurnya, karena aku benar mencintaimu. Aku mengajakmu kesini untuk melamarmu secara langsung. Aku ingin kamu menjadi pendamping hidupku selamanya. Mungkin kita bisa bertunangan dulu kalau kamu masih belum siap untuk menikah," ungkap Arga menatap intens manik bola mata Sisi hitam itu.
Sisi membungkam mulutnya rapat-rapat, jadi Arga mengajaknya Dinner untuk melamarnya dan menyatakan perasaan kepadanya. Sisi memang belum siap untuk menikah karena pernikahan itu hanya sekali seumur hidup baginya. Yang Sisi takutkan adalah perceraian dalam pernikahan. Sisi tahu Arga memang tulus mencintainya namun hati Sisi masih belum memantapkan untuk Arga. Masih ada sisa rasa terhadap sahabat kecilnya.
"Kamu tidak perlu menjawab sekarang, kamu bisa memikirkannya lebih dahulu. Aku tetap menunggu kalau memang sudah siap untuk bertunangan denganku," lanjut Arga bersuara lalu tersenyum pada Sisi. Sisi senyum sebentar dan kembali melanjutkan makan malamnya
Sampai di rumah Maharani, Sisi menghempaskan tubuhnya di atas ranjang tempat tidurnya menatap langit - langit kamar. Memutar kembali kata - kata dari Arga tadi, Sisi menghembus nafasnya panjang - panjang.
"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus menerimanya. Kamu saja tidak jelas, apa kamu masih menungguku? Sepertinya dia tulus mengatakannya. Mungkin kita tidak bisa bersama, Chi!" batin Sisi menatap layar galeri sebuah foto yang sudah kusam di tidak berwarna itu.
Foto di mana mereka berdua bersama duduk di salah satu pondok pantai tanpa nama, saling menunjukkan gigi mereka yang ompong itu.
****
Sedangkan di rumah panti, Richie tengah memandang bulan yang bulat di depan rumahnya, Richie setiap hari menatap bulan melingkar menyinari pantai tanpa nama itu. Di mana saat mengenang masa kecil bersama Sisi selalu duduk di sebelahnya ikut memandang bulan, hingga semua janji mereka terukir sebuah rasa.
Richie di usia 13 tahun, mereka pernah duduk di bawah pondok pantai tanpa nama menatap bulan melingkar di bawah dasar lautan tersebut. Richie masih mengingat suara lucu dari Sisi.
"Bulan itu sangat indah, ya, Chi. Kelak dewasa nanti aku ingin seperti bulan yang terus menyinari seluruh alam semesta ini. Dan jika bulan itu tiba-tiba menghilang maka aku akan menghilang juga. Kalau kamu, Chi. Ingin jadi apa?" kata Sisi kecil bertanya pada Richie kecil.
"Aku akan menjadi bintang menemanimu sepanjang masa, aku akan selalu di sisimu kemanapun kamu pergi, Disanalah aku menyanjungmu. Karena bintang dan bulan tidak akan pernah terpisahkan terkecuali hujan dan petir memisahkan kita," jawab Richie kecil melirih Sisi kecil yang gemas itu.
"Kalau begitu, jika kita berpisah nanti. Aku ingin kamu terus menatap bulanku, dan aku akan menatap bintangmu. Kita akan dipertemukan kembali meskipun kita tidak mengenal siapa kita sebenarnya, janji, ya!" Sisi mengulurkan kelingking jarinya kepada Richie, sebaliknya Richie mengaitkan kelingking jarinya pada jari Sisi kecil. Saksi mata bintang dan Bulan di sana.
Richie tengah menatap bulan tanpa mengedip sebaliknya Sisi menatap bintang di balkon kamarnya, sama - sama menatap di mana mereka berjanji lima belas tahun itu.