Saat ia menanyakan hal ini, ada semacam perasaan sedih dan putus asa.
Xu Mushen terdiam sesaat, menertawakan dirinya yang telah menilai begitu rendah. Ia berpikir, bagaimana mungkin wanita yang punya keberanian menjadi selingkuhan bisa punya perasaan semacam ini?
"Kalau begitu aku akan beritahu jawaban dari pertanyaanmu itu," Xu Mushen melontarkan kata demi kata dari mulutnya, "Tidak akan aku lepaskan!"
Dia berpikir dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya itu akan membuat wanita itu terus berteriak dan membuat keributan, tetapi diluar dugaan ia malah diam tak bersuara.
Jadi, apa ini berarti ia menyerah?
Baru saja ia hendak pergi meninggalkan kamar itu, tiba-tiba terdengar suara dari luar:
"Ya Tuhan!"
"Nona Xu!"
"Hati-hati!"
Suara seruan dari halaman itu terdengar sampai ke dalam rumah.
Mata Xu Mushen terbuka sedikit lebar, tiba-tiba menyadari apa yang telah terjadi, dengan nada suara yang merendah ia memerintahkan, "Buka pintunya!"
Supir itu buru-buru membuka pintu. Xu Mushen membuka pintu dari luar, ia berjalan masuk ke dalam kamar dan mendapati ruangan itu kosong.
Jendela terbuka lebar, tirai putih di balik jendela berkibar lembut terkena angin malam. Ia dengan cepat berjalan dua langkah ke tempat tidur dan melihat ke lantai bawah, wanita itu sempat tertatih-tatih menyeret kakinya, berlari keluar, dan kini ia sudah berlari keluar melewati pintu utama.
Xu Mushen mengerutkan keningnya, ia tak mengatakan apapun hanya berbalik lalu turun ke bawah. Dia segera mengendarai mobil mengejar Xu Qiaoqiao yang kabur. Dalam hatinya rasa kesalnya sudah tak mampu dijelaskan lagi.
Wanita ini, hanya demi bertemu dengan Tuan Jin itu, bahkan ia rela mengorbankan hidupnya? !!
*****
Luka di kakinya mulai terasa sakit dan nyeri, tapi Xu Qiaoqiao bahkan sampai tak memperdulikan rasa sakitnya itu.
Saat berlari keluar dari rumah tadi ia langsung memberhentikan taksi dan langsung bergegas menuju ke panti asuhan.
Xu Qiaoqiao berdoa dalam hati, berharap jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk pada Tiantian. Kalau sampai terjadi sesuatu, seumur hidupnya ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
Dalam hatinya terasa sangat pahit menahan rasa cemas dan rasa bersalah yang menggerogotinya. Semakin lama penglihatannya semakin terasa kabur, ia sudah sangat tidak sabar untuk segera sampai ke panti asuhan. Kalau saja ia bisa menumbuhkan sayap sehingga ia bisa segera terbang ke panti asuhan, ia pun memilih untuk kembali mendesak supir taksi, "Pak, tolong lebih cepat lagi."
Supir taksi hanya tersenyum tak berdaya, "Nona, ini sudah kedelapan kalinya Anda mendesak untuk cepat, ini sudah paling cepat."
Xu Qiaoqiao hanya menganggukan kepalanya, ia duduk dengan perasaan gelisah.
Saat yang ditunggunya tiba, taksi itu akhirnya sampai di panti asuhan, tanpa pikir panjang ia langsung melompat turun dan berlari ke panti asuhan.
Supir taksi yang belum mendapatkan bayaran juga turun untuk mengejarnya, "Nona, kau belum bayar!"
Bersamaan dengan kata-kata yang dilontarkan supir itu, tiba-tiba guntur bergemuruh di langit. Segera setelah guntur itu, hujan turun dengan derasnya. Xu Qiaoqiao tidak punya waktu untuk berteduh dan akhirnya ia nekat terus berlari menerjang hujan.
Ketika melintasi halaman depan, ia melihat ke atap bagian depan gedung berlantai lima itu. Di sana terlihat ada bayangan gelap seorang anak kecil yang duduk sambil diam menatap ke sekitarnya.
Di bawah gedung, terlihat anak-anak yang membuat lingkaran. Di lantai paling atas, ada beberapa orang berdiri tidak jauh dari Tiantian.
Di luar hanya terdengar suara hujan yang sangat deras, Xu Qiaoqiao tidak bisa mendengar yang mereka katakan, sekarang rasa sakit di kakinya bahkan sudah mati rasa.
Ia menggertakkan gigi dan berlari dengan cepat ke lantai paling atas. Hujan pun makin deras dan mengguyur atap gedung itu dan airnya mengalir deras ke pipa drainase.
Seluruh tubuh Xu Qiaoqiao basah kuyup. Perlahan lahan, langkah demi langkah telah mengantarkannya sampai ke hadapan Tiantian.
Cukup dekat untuk melihat bahwa dia duduk di tepi atap gedung lantai lima, kakinya gemetar di udara. Tubuhnya yang kecil dan kurus itu seperti akan terbang jika tertiup angin.
Melihat itu jantung Xu Qiaoqiao rasanya seperti dijepit, dengan gugup ia berkata: "Tiantian, Kak Qiaoqiao disini."
Kalimat itu terlontar, Tang Tiantian yang awalnya tidak merespon apapun, akhirnya bereaksi dan perlahan-lahan ia berbalik menolehkan kepalanya.
Saat dia melihat Xu Qiaoqiao, matanya yang redup mulai bercahaya lagi. Saat ini, hujan masih sangat lebat. Xu Qiaoqiao melihat mulut gadis kecil itu terbuka, terdengar suaranya sangat pelan dan linglung, "Kak Qiaoqiao, apakah ada sesuatu yang tidak dapat aku lakukan dengan baik, sehingga mereka tidak menyukai aku?"
Mendengar kata-katanya itu Xu Qiaoqiao langsung berurai air mata.