Xu Mushen sedang mencoba menarik tangannya dari genggaman Xu Qiaoqiao. Namun dia memikirkannya kembali, jika ia bergerak sedikit saja gadis itu pasti akan langsung menjadi gelisah.
Akhirnya dia hanya bisa duduk di kursi dekat tempat tidur dan berhenti bergerak. Dengan seperti ini gadis ini sepertinya baru merasa puas. Ketidakpuasan di wajahnya seketika menghilang, tampaknya dia sedang menggunakan instingnya untuk mencari tempat yang paling aman. Ia bergerak-gerak di atas tempat tidur pindah ke sisi lain tempat tidur, dan kemudian tiba-tiba menempelkan pipinya di atas tangannya.
Sentuhan lembut itu membuat tubuh Xu Mushen menjadi kaku! Xu Mushen tertegun membelalakkan matanya, melihat ia semakin menggosok-gosokan tangannya. Bibirnya yang lembut tanpa sadar tersentuh olehnya, membuatnya merasa seperti tersengat listrik, ia mati rasa dan segera menyebar ke seluruh tubuh.
Entah kenapa, tiba-tiba ia teringat kembali ciuman ketika mereka berdua bertemu untuk pertama kalinya. Di tubuhnya melekat aroma khas perempuan yang samar-samar tercium olehnya ...
Xu Mushen merasakan dirinya sedikit tidak nyaman. Tidak tahu mengapa, dia tiba-tiba teringat pada malam itu delapan bulan yang lalu. Semacam perasaan yang tidak asing baginya, mampu membuat ia menahan dirinya sehingga tidak mendorong genggaman gadis itu.
Pada akhirnya, gadis itu sepertinya menemukan posisi yang paling nyaman baginya, hanya memegang lengannya seperti ini, ia tertidur lagi.
Dia berbaring miring, tubuhnya tampak meringkuk, kulit pipinya pecah, bulu mata yang panjang, membuat bayangan di wajahnya, bibirnya yang kemerahan, dan tulang hidungnya yang kecil tapi terlihat tegas...
Xu Mushen menatapnya dalam dalam kamar yang sunyi itu. Melihat seseorang yang biasanya bertingkah tidak karuan, tidak terpikir kalau ia juga bisa setenang ini. Jika dilihat ketika sedang diam seperti ini ia terlihat begitu manis.
*****
Pagi hari pun tiba dan cahaya matahari secarasamar menembus celah kelambu cendela.
Xu Qiaoqiao membuka matanya perlahan, matanya mulai bingung, tetapi ia langsung sadar ketika melihat jika di hadapannya adalah wajah tampan pria itu.
Ia mengangkat selimutnya, langsung duduk dan baru melihat dengan jelas bahwa benar Xu Mushen yang berbaring di sisi tempat tidurnya dalam posisi yang tidak nyaman dan aneh.
Setelah menyadari hal itu, matanya membelalak ketakutan, sesaat kemudian.…
"Aaaaaaaa! Kenapa kau di sini!" Seketika ia menuruti instingnya ingin bangun dari tempat tidur itu.
Tetapi baru saja ia bergerak, kakinya langsung tegang, dan rasa sakitnya langsung menyerang. Hal itu membuatnya tanpa terkendali menghadap Xu Mushen dan langsung mencengkeramnya.
"Bang!" Ia menekannya dengan keras. Hidungnya membentur dada Xu Mushen, Xu Qiaoqiao dengan kesakitan mengangkat kepalanya, melihat pria itu membuka matanya dan bingung.
Ia tidak bisa menahan nafas. Belum lagi rasa sakit karena hidungnya terbentur, sampai ia menyadari bahwa tangannya tengah menggenggam sesuatu seperti otot-otot yang keras, sangat keras hampir seperti bongkahan besi.
Begitu memikirkannya, ia tak bisa menahan diri untuk meremas-remas bagian itu. Uh … besi ini kenapa semakin membesar?
Ia tidak yakin dan ragu-ragu dengan yang dipikirkannya, hingga tiba-tiba ia dibuat kaget dengan suara teriakan kemarahan seorang pria, "Lepaskan!"
Mendengar suara itu Xu Qiaoqiao langsung ketakutan dan berusaha untuk bangun. Sayangnya, cedera di kakinya membuat gerakannya menjadi canggung.
Belum sempat ia beranjak bangun, tiba-tiba bahunya dipegang dengan kuat oleh pria itu dan segera didorong ke arah samping!
Pria itu melompat dari tempat tidur seolah telah tersentuh oleh virus. Segera, dia menatapnya dengan muram, "Apa yang kau lakukan?"
Xu Qiaoqiao hanya berdiam sejenak. Bukankah seharusnya ia yang menanyakan ini?
Dia terbatuk, menatap pria itu, "Kakak, ini kamarku."
Xu Mushen menatapnya dalam-dalam, ekspresi wajahnya tidak bisa ditebak, dan setelah beberapa saat, dia berbalik dengan tajam dan melangkah keluar. Xu Qiaoqiao hanya bisa cemberut memandangnya dari belakang punggungnya.
Pria ini benar-benar sudah gila! Tapi, mengapa ia juga jadi merasa ada yang salah?
Sesaat kemudian, dia tiba-tiba menyadari bagian yang baru saja dipegang tangannya! Dengan kaku ia mengulurkan tangannya dan menepuk-nepuknya.
Lalu ia membantingkan tubuhnya ke tempat tidur dan menutupi wajahnya dengan selimut.
Astaga! dalam hati ia menyalahkan dirinya kenapa ia menyentuhnya.