Chereads / Aku Mencintaimu Suatu Hari Nanti / Chapter 24 - Dia Jatuh Sakit

Chapter 24 - Dia Jatuh Sakit

Sesampainya di kediaman keluarga Xu Xu Mushen duduk di atas sofa, matanya tengah menatap gadis yang sedang tidak sadarkan diri di atas tempat tidur itu. Kemungkinan ketika dia melompat dari kamar di lantai dua tadi, ia pasti jatuh tepat mengenai sesuatu benda yang tajam, luka di kakinya ini bisa dikatakan parah.

Dokter keluarga sambil membersihkan lukanya menjelaskan, "Luka di kaki Nona Xu agak dalam, jika tidak ditangani dengan baik, mungkin akan meninggalkan bekas luka, tapi untungnya tidak ada cedera arteri, jika sampai mengenai arteri mungkin bisa mengancam keselamatan jiwanya,"

Kalimat itu membuat Xu Mushen mengerutkan keningnya, "Bisa meninggalkan bekas luka?" Tanyanya.

Dokter sedikit ragu, "Maksud saya jika tidak ditangani dengan baik bisa….."

"Kalau begitu tangani dengan baik." Xu Mushen langsung memotong kata-katanya. 

Dokter itu seketika langsung terdiam dan segera mengerti hal yang dimaksudkannya, "Ya."

Dia mengambil napas dalam, lalu mengambil peralatan bedah, ia merunduk dan melihat dengan serius lukanya itu. Dokter ini menyadari, karena tuan ini begitu memperhatikan keadaan nona, jadi ia tidak boleh sampai lalai dalam menanganinya.

Tapi begitu dokter menekankan tangannya pada luka Xu Qiaoqiao, tiba-tiba dia seperti tersengat listrik, tubuhnya kejang.

Pada saat yang sama, kedua tangannya melambai di udara, mulutnya menyerukan, "Tiantian, Tiantian!"

Xu Mushen kaget, tanpa sadar ia langsung berlari ke samping tempat tidur. Sayangnya, tangan Xu Qiaoqiao yang tengah melambai-lambai itu baru saja menyentuh tangan Xu Mushen dan digenggamnya dengan erat, semua orang yang ada di situ hanya bisa diam.

Xu Mushen pun terdiam. Tangannya sangat lembut seperti tidak ada tulang. Tetapi begitu dia berpikiran bahwa itu adalah tangan seorang pacar selingkuhan orang, dia langsung merasa jijik lalu segera menarik tangannya dengan paksa .

Dia menarik dengan kuat, Xu Qiaoqiao yang baru saja tenang, tiba-tiba langsung menjadi panik, dia memegang erat-erat tangan Xu Mushen dan tidak mau melepaskan, "Tiantian... Tiantian, jangan tinggalkan aku!"

Xu Mushen mengerutkan kening. Dokter itu mulai bicara, "Tuan, anda jangan bergerak dulu. Dia sekarang sedang berjuang untuk menahan otot kaki yang tegang karena tidak tahan terhadap jahitan. Bisakah Anda melihatnya, patuhi untuk beberapa menit saja!"

Xu Mushen pun terdiam menurut pada dokter itu. Dalam hatinya ia benar-benar tidak ingin menuruti perintah dokter ini, tapi ia berpikir kembali pada alasan yang membuatnya bisa jatuh sampai seperti ini, ia berubah pikiran.

Pria ini pun berdiri di sana tidak bergerak, Xu Qiaoqiao menjadi tenang dan diam seperti yang diharapkan.

Menunggu sampai jahitan selesai dan dia diberi anestesi, Xu Mushen segera melepaskan tangannya. Ia bergegas ke kamar mandi, mencuci tangannya dan kemudian keluar.

Dia menatap dokter itu, "Kau perhatikan dia." 

Kemudian ia berjalan keluar kamar. Saat berjalan ke pintu, tidak tahu penyebabnya, pikirannya melintas pada kondisinya saat di panti asuhan tadi.

Langkah kakinya terhenti, dia berbalik dan menjelaskan kepada dokter lagi, "Kalau kondisinya ada perkembangan, tolong segera laporkan kepada saya."

"Ya." Jawab dokter itu. Xu Mushen masuk ke ruang kerjanya, menyalakan komputer, lalu mulai bekerja. Setelah beberapa waktu berlalu, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, dia mendongak dan melihat dokter itu masuk. "Tuan, nona mulai sedikit demam, saya pikir itu pasti karena ada infeksi luka tambahan akibat kehujanan, saya baru saja memberikannya infus."

Xu Mushen memalingkan pandangannya dari komputer, "Ya, aku tahu paham."

Dokter itu kemudian pergi. Satu jam kemudian, pekerjaan kantor akhirnya telah selesai. Dia berdiri, awalnya hanya berniat langsung masuk ke kamarnya untuk istirahat Tapi saat melewati kamar Xu Qiaoqiao, ia menghentikan langkah kakinya.

Dia mengendap-endap seperti hantu membuka pintu lalu masuk ke dalam kamar. Dokter itu sudah tertidur di atas sofa. Xu Mushen tidak membangunkannya. Ia berjalan ke samping tempat tidur dan menatap gadis itu dengan cahaya redup di samping tempat tidur.

Dalam tidurnya pun ia juga masih merasakan sedikit ketidaknyamanan. Pada saat yang sama, ponsel gadis itu tiba-tiba berdering. Xu Mushen menunduk dan melihat ponsel yang diletakkan di meja tepat di samping tempat tidur. Di sana tertulis pemberitahuan panggilan dari Tuan Jin.