Di kota Lancheng, begitu sedikit orang yang tahu mengenai identitas Chi Huan dan Mo Shiqian yang sebenarnya. Sayangnya, Dokter Fang adalah salah satu dari sekian orang tersebut.
"Jika ada masalah, saya akan menghubungi Anda lagi. Maaf telah merepotkan Anda, Dokter Fang," kata Mo Shiqian.
"Baiklah. Setelah dua hari, Nona Chi akan pulih kembali. Anda jangan terlalu khawatir," kata Dokter Fang.
Setelah selesai bicara, Dokter Fang bangkit dari duduknya. Mo Shiqian pun melirik Feng Xing, "Kamu juga bisa pergi."
"Jika aku tidak salah ingat, menurut jadwal asli, bukankah hari ini Kakak mau membahas masalah kerja dengan CEO dari orang yang bermarga Cui?" kata Feng Xing sambil memegang rokoknya.
"Diam dan pergilah."
"Memangnya aku bekerja untukmu?"
"Kalau begitu, pergilah. Aku tidak ada waktu."
"Jangan bilang kamu menyuruhku pergi hanya karena ingin merawat wanita yang sedang ada di dalam sana," kata Xing Feng sambil menunjuk ke arah kamar dengan puntung rokoknya.
"Aku belum bertanya kepadamu tentang obat apa yang kamu beli!"
Mendengar Mo Shiqian, Xing Feng hanya diam dan tidak menjawab apapun.
Mo Shiqian berbeda dengan Xing Feng. Ia tidak merokok. Namun, karena hari ini pikirannya sedang terganggu, ia mengambil sebatang rokok yang ada di atas meja dan menyulutnya. Ia menyesap rokok itu sebelum berbicara, "Semalam aku memperkosanya. Entah berapa banyak keluhan yang dia miliki dalam hatinya sekarang. Meminum obat itu membuatnya merasa kesakitan dan dia semakin membenciku."
Tidak mudah untuk menunggu Chi Huan menikah. Ia tidak harus menjadi bodyguard lagi dan bisa mendapatkan kebebasannya. Namun, dalam beberapa menit, tiba-tiba saja semuanya berubah. Mo Shiqian yang semula menjadi bodyguard Chi Huan kini berubah status menjadi prianya.
"Tapi, bukankah ada bedanya?" tanya Xing Feng.
"Apanya yang berbeda?"
Feng Xing terkekeh. "Chi Huan dan Liang Manyue. Dulu kamu meninggalkan Liang Manyue untuk bekerja sebagai bodyguard. Kamu sangat suka bekerja. Tapi, demi Chi Huan, kamu rela beristirahat. Bukankah ini perlakuan yang berbeda?"
"Karena satu hari saja aku tidak melihat Chi Huan, akan ada masalah yang bisa terjadi kapan saja. Ini bukan masalah cuti. Lagi pula, aku juga sedang tidak kekurangan uang."
Feng Xing hanya terdiam dan menatap Mo Shiqian.
Mo Shiqian melirik wajah suram Feng Xing dan berkata, "Jika kamu ingin menghasilkan uang, kamu bisa pergi untuk membicarakannya. Omong-omong, kelihatannya kamu sedang menganggur sepanjang hari."
"Apa kamu sekarang ingin menawarkan seorang wanita sebagai permintaan maaf?"
"Bukankah kamu bisa mencarinya sendiri?"
Feng Xing merasa kesal mendengarnya. Ia pun memberikan satu tendangan, kemudian pergi meninggalkan tempat Mo Xigu.
———
Chi Huan sedang sakit. Kemarin, ia kehujanan di depan vila selama satu jam. Meskipun ia sudah mandi, keramas, dan berganti baju, ia tetap saja meriang. Ditambah lagi, semalam Mo Shiqian menyiksanya. Pagi harinya, masalah semakin bertambah karena alergi obat-obatan. Ia merasa sangat sakit sehingga tidak bisa bangun dari tempat tidurnya.
Chi Huan tidak memiliki nafsu makan dan tidak ingin bergerak sedikitpun. Alhasil, ia dipaksa oleh Mo Shiqian. Ia pun marah dan mengeluh sambil berteriak, "Aku bilang, aku tidak punya nafsu makan! Aku tidak ingin makan dan tidak mau makan!"
Sebelum Mo Shiqian menjawab, air mata Chi Huan sudah jatuh terlebih dahulu. Mo Shiqian berkata dengan lembut, "Dokter mengatakan bahwa keadaanmu sangat lemah dan kamu harus menambah gizi. Aku merebus bubur sebagai makanan pembuka. Makanlah bubur di mangkok kecil ini."
"Aku tidak suka bubur."
"Kamu mau makan apa?"
"Aku tidak mau makan apapun."
Mo Shiqian menyendok bubur dan menipu Chi Huan, lalu menyuapkan bubur itu pada Chi Huan. Ia tidak tahu bagaimana caranya berkata dengan lembut. Alhasil, kata-kata yang keluar adalah, "Buka mulutmu..."
"Tidak mau."
Dada Chi Huan terasa sesak. Entah ini karena Mo Xigu, karena pria di depannya, karena dirinya sendiri, atau karena ia tidak mau melihat orang-orang itu. Semua pikiran dan perasaan yang kalut membuatnya merasa depresi dan tubuhnya begitu tidak nyaman.
Mo Shiqian yang saat ini memegang sendok di tangannya merasa seperti bertemu jalan buntu untuk beberapa saat. Setelah satu menit kemudian, ia berkata, "Jika kamu tidak mau memakannya sendiri, aku akan menyuapkannya untukmu. Mana yang kamu suka?"
"Aku benar-benar tidak mau makan!"
Mo Shiqian melihat Chi Huan yang begitu sedih dan berlinang air mata, lalu berkata, "Walaupun tidak mau makan, tapi tetap saja harus makan."
Saat Chi Huan hendak berbaring, Mo Shiqian membungkuk dan menempelkan bibir tipisnya. Mata Chi Huan seketika terbelalak. Chi Huan berusaha mendorongnya, tapi ia begitu lemah hingga ia nyaris jatuh ke pelukan Mo Shiqian. Kemudian, Mo Shiqian menciumnya dengan begitu kuat. Saat Chi Huan semakin merasa kekurangan oksigen dan ingin pingsan, barulah Mo Shiqian melepaskannya.
Chi Huan merasa marah dan ingin menampar Mo Shiqian. Namun, ia tidak punya kekuatan untuk melakukannya. Ia pun mulai merasa bahwa pria ini bukanlah pria yang ia harapkan. Ia tidak mengira bahwa pria ini akan sebegitunya mendengarkan dirinya. Tentu saja, jika Mo Shiqian adalah pria yang patuh pada wanita, Chi Huan tidak akan memandang rendah dirinya. Namun, bukan berarti Chi Huan juga mengizinkan apapun yang ia inginkan.
Chi Huan merasakan dadanya bergejolak dan ia ingin sekali marah. Tapi, jika ia memarahi Mo Shiqian, kemungkinan pria itu hanya diam tanpa berkedip. Chi Huan pun hanya menggosok bibirnya sebagai bentuk protesnya.
Mo Shiqian memegang dagu Chi Huan dan mengangkatnya sedikit, lalu menatapnya sambil menghela napas tak berdaya. Ia menjatuhkan bibirnya di bawah mata Chi Huan dan mencium air matanya. Mendengar hembusan napas Mo Shiqian di telinganya, Chi Huan yang saat itu pusing tiba-tiba merasa hatinya menjadi melunak dan jantungnya berdebar.
Setelah mencium bawah mata Chi Huan, Mo Shiqian menempatkan bibir tipisnya ke telinganya sambil berbisik, "Chi Huan..." Ia memanggil namanya dan tak lagi memanggilnya 'Nona'. "Kalau kamu memakan setengah telur rebus, aku juga akan memakannya. Sekarang jika kamu ingin aku memberimu bubur dari mulut ke mulut, aku bisa melakukannya. Aku tidak memakan apapun darimu semalam. Lagi pula, ini hanya bubur. Bagaimana menurutmu?"
Chi Huan berpikir bahwa semua pria memang mesum. Ia pun menatap Mo Shiqian sejenak, lalu memakan bubur itu dengan malas.