Chereads / Kasih Melebihi Waktu / Chapter 11 - Mo Shiqian Mengharapkannya

Chapter 11 - Mo Shiqian Mengharapkannya

Hening sejenak sebelum pria yang di seberang sana tertawa. "Baiklah. Aku tahu."

Setelah mengiyakan, Mo Shiqian menutup panggilan dan meletakkan ponselnya di depannya. Tak lama kemudian, mobil ferrari putih itu telah sampai dan berhenti di depan apartemen mewah. Di apartemen ini, Chi Huan tinggal sendiri.

Chi Huan yang duduk di samping kursi kemudi membuka matanya, "Sudah sampai?"

Mo Shiqian segera keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Chi Huan. Melihat gerakan Chi Huan yang masih sedikit lambat, Mo Shiqian membungkukkan badan untuk mengulurkan tangan dan melepaskan sabuk pengaman Chi Huan tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

"Mo Shiqian..." panggil Chi Huan. Suaranya tidak selembut biasanya. Kali ini, ia terdengar sedikit dingin dan sedikit serak.

"Hm?"

"Aku merasa sangat tidak enak badan dan tidak punya tenaga sama sekali."

Tanpa berbicara, Mo Shiqian langsung menggendong Chi Huan keluar dari mobil lalu menutup pintu mobil menggunakan lututnya. Chi Huan menyandarkan dahinya ke bahu Mo Shiqian. Rambut panjangnya yang terurai seperti rumput laut jatuh dan tertiup angin.

"Mo Shiqian..." bisik Chi Huan.

"Iya?"

"Hari ini, tolong kamu tangani semua masalah itu. Aku tidak mau ada gosip muncul di media."

"Baik. Saya akan menanganinya," jawab Mo Shiqian.

Mo Shiqian menggendong Chi Huan dari tempat parkir menuju apartemen, diiringi semilir angin sepoi-sepoi yang sejuk dan menenangkan. Chi Huan yang berada di gendongan Mo Shiqian pun mencium aroma parfum yang menurutnya cukup akrab dan membuatnya tiba-tiba menjadi tambah lemah.

"Apa yang kamu lakukan malam ini?" tanya Chi Huan. Begitu selesai berbicara, suaranya yang lemah langsung menghilang bagai tertiup angin.

Sesaat suasana terasa hening sebelum kemudian Mo Shiqian menjawab, "Mengurusi masalah tunangan saya."

Chi Huan bergumam, "Kamu begitu baik pada tunanganmu."

Ketika lift terbuka, Chi Huan mendengar Mo Shiqian mengatakan sesuatu dengan suara yang sangat pelan. "Nona, sebenarnya Anda layak mendapatkan seseorang yang lebih baik."

———

Begitu pintu apartemen terbuka, Chi Huan melepaskan jaket dan menyerahkan pada pria yang disampingnya lalu berkata, "Aku akan mandi."

Chi Huan langsung pergi ke kamar mandi. Mo Shiqian menatap punggung Chi Huan yang tak lama kemudian menghilang dari pandangannya. Ia juga meletakkan mantelnya di sofa, lalu berbalik dan keluar. Di dalam kamar mandi, Chi Huan menyalakan pancuran dan air hangat segera menetes mengenai kepala sampai jari-jari kakinya. Wajahnya saat ini tidak genit seperti biasanya, tapi sangat dingin.

Chi Huan sedang pusing dan sudah merasa sangat mengantuk. Ia tidak mandi berlama-lama dan segera mematikan pancuran. Ia kemudian mengambil handuk dan mengusap rambutnya yang basah. Ketika akan mengambil pakaian, ia baru sadar bahwa ia masuk kamar mandi tanpa membawa pakaian. Ia pun melilitkan handuk itu ke tubuhnya, kemudian berjalan dengan kaki telanjangnya sambil mengusap rambutnya. Suasana apartemen begitu sunyi. Karena malam ini baru saja mengalami hal buruk, Chi Huan jadi tidak suka dengan suasana sunyi seperti ini.

"Mo Shiqian..." teriak Chi Huan ke arah pintu. "Mo Shiqian..."

Chi Huan sudah memanggilnya berkali-kali, namun tidak ada jawaban. Hanya terdengar suaranya sendiri yang menggema di tengah keheningan.

Dalam hati, Chi Huan bertanya, Apakah dia sudah pergi? Ia pun mengerutkan kening sambil berpikir. Apakah Mo Shiqian pergi begitu saja tanpa pamit padaku? batinnya.

Depresi yang diderita Chi Huan semakin memburuk. Kadang, ia mengigau tak jelas. Ia pun berharap ada Mo Shiqian di sampingnya. Namun, Mo Shiqian tidak mengatakan apapun dan bahkan tidak menunggu di kamar. Lagi pula, jika Chi Huan berada di kamar tidurnya dan Mo Shiqian berada di ruang tamu, bagi Chi Huan juga tidak apa-apa.

Chi Huan mengusap rambutnya dengan tak sabaran lalu melemparkan handuknya ke tempat tidur. Ia segera membuka lemari dan mengambil baju tidur. Diliriknya pintu yang sedikit terbuka. Karena berada di rumahnya sendiri, ia tak peduli mau pintu kamarnya tertutup atau tidak. Asalkan tirai kamar tertutup, itu saja sudah cukup.

Setelah mengambil baju, Chi Huan melepas handuk yang melilit tubuhnya dan membiarkannya jatuh ke karpet. Ia membawa baju tidur itu ke samping tempat tidur. Namun, tiba-tiba terdengar suara dari arah pintu. Chi Huan baru menyadari sesuatu. Tangannya membeku dan kepalanya menoleh ke arah pintu. Ternyata, Mo Shiqian sedang berdiri di depan pintu dengan tenang dan matanya menyipit. Mendadak, tubuhnya kaku sejenak dan ia hanya diam mematung.

Pikiran Chi Huan saat itu kosong. Tiga detik setelah saling menatap, tiba-tiba sarafnya memanas seperti disulut api. Sadar, ia segera menutupi dadanya dengan tangannya dan berteriak, "Kamu! Kenapa kamu berdiri di sana? Bukankah kamu... sudah pergi?"

Wajah Chi Huan yang semula pucat kini mendadak menjadi merah, seolah semua darah beralih mengalir ke kepalanya. Masih mematung, Mo Shiqian menjawab dengan suara serak, "Saya turun untuk membeli obat."

"Dan kamu masih melihat? Pergi keluar!" teriak Chi Huan.

Mo Shiqian segera menutup pintu dari luar dengan keras, membuat Chi Huan tersentak karena terkejut. Di balik pintu, Mo Shiqian berdiri menundukkan kepala dengan napas yang terengah-engah. Tangan kanannya masih memegang gagang pintu. Ia sudah menutup matanya rapat-rapat, tapi bayangan yang barusan ia lihat terus muncul dengan jelas di kepalanya.

Chi Huan begitu mungil dan ketika berada dalam dekapan Mo Shiqian, dia menjadi lebih mungil. Di depan media dan orang-orang di luar sana, Chi Huan bukan hanya seorang gadis melainkan juga seorang ratu. Chi Huan juga telah dinobatkan sebagai 'Ratu Manis' oleh media. Mo Shiqian telah mengenal Chi Huan melebihi siapapun. Namun, ia juga yang paling mengabaikan penampilan Chi Huan melebihi siapapun.

Lima menit kemudian, Chi Huan telah berpakaian rapi lalu membuka kamar dan berjalan keluar. Rambut basahnya yang menjuntai seperti rumput laut kini menjuntai ke pinggang dan menutupi bahunya. Ia mengenakan gaun putih panjang dengan ditumpuk sweter abu-abu. Begitu pintu terbuka, ia melihat Mo Shiqian berdiri di depan jendela ruang tamu. Malam itu begitu penuh kegelapan yang pekat. Chi Huan bertanya-tanya, Mo Shiqian sedang tidak tahu harus melihat apa atau memang sedang melihat kegelapan?

Chi Huan menggigit bibirnya dan mencoba untuk berbicara. Tapi tak lama kemudian, Mo Shiqian bergerak dan berbalik tiba-tiba. Tatapan lurus Mo Shiqian tertuju tepat di wajah Chi Huan. Kini, empat mata saling bertatapan. Menatap langsung ke mata Mo Shiqian, mendadak pikiran Chi Huan menjadi kosong kembali. Mo Shiqian balik menatap Chi Huan, lalu menundukkan kepalanya dan beralih memperhatikan kaki telanjang Chi Huan di atas karpet.