Su Yabing menatap ibu Mo Xigu yang tersenyum padanya dengan lembut. Namun, tatapan ibu Mo Xigu lebih tajam dibanding jarum. Siapa pun pasti tahu bahwa peringatan ini seperti jarum yang tersembunyi.
Su Yabing menggigit bibirnya dan setelah beberapa saat, ia berkata, "Pernikahan Mo Xigu... saya tidak bisa menghadirinya."
"Oh..." gumam ibu Mo Xigu ringan. Ia tak mau banyak berkata dan beralih mengajak Chi Huan berbicara. "Chi Huan, gaun pengantin yang dipesan Mo Xigu dari Perancis sudah tiba. Jika besok kamu ada waktu luang, biarkan besok Mo Xigu menemanimu untuk mencoba gaun itu agar jika ada yang bermasalah bisa segera diperbaiki. Bagaimana?"
"Selama Mo Xigu ada waktu luang, kapanpun itu, aku bisa pergi," jawab Chi Huan sambil menatap ibu Mo Xigu.
Ibu Mo Xigu pun langsung berkata, "Tentu saja Mo Xigu ada waktu."
Su Yabing hanya bisa menundukkan kepalanya memandang nasi yang ada di piringnya. Ia berusaha menahan dirinya agar tidak berdiri lalu keluar dari pintu. Ini bukan pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini. Bedanya, pria yang kini duduk di sebelahnya akan membelanya, tapi itu dulu. Sekarang, di meja ini ia hanyalah orang luar yang tidak memiliki hak untuk bicara apa-apa.
Mo Xigu mengambil kunci, lalu berkata pada Su Yabing, "Aku akan mengantarkanmu kembali."
Saat itu, Chi Huan tidak mengatakan apapun. Ibu Mo Xigu saat itu menatap Su Yabing ringan, seperti memberi kode yang langsung ditangkap oleh Su Yabing. Ia langsungĀ melambaikan tangan dan tersenyum. "Tidak... tidak perlu. Aku bisa pulang dengan taksi. Kamu mengantarkan Nona Chi saja. Ini belum larut malam juga. Kamu bisa pergi kencan terlebih dulu."
"Bukannya susah untuk mencari taksi di sini?" tanya Mo Xigu.
Tempat tinggal Mo Xigu berada di salah satu area vila elit di Lancheng. Pemiliknya rata-rata adalah orang-orang yang sangat kaya dan mempunyai lebih dari satu mobil pribadi.
Su Yabing masih berusaha menolak, "Tidak perlu mengantarku. Di jalan nanti ada halte bis dan aku bisa naik bis dengan mudah. Jadi, tidak usah repot-repot."
Chi Huan melihat mereka sambil tersenyum, "Ini tidak merepotkan. Pergilah."
Su Yabing melihat senyuman Chi Huan, lalu menganggukkan kepala, "Hm... Baiklah."
Setelah mobil melaju keluar dari area vila, Su Yabing yang duduk di belakang berkata kepada Mo Xigu, "Xigu, antarkan aku kembali ke apartemen sewaanku."
Mo Xigu mengerutkan kening lalu berkata, "Kita kembali ke rumah sakit. Kata dokter, kamu harus dirawat di rumah sakit untuk sementara waktu."
"Aku tidak mau kembali ke rumah sakit."
"Yabing, kamu jangan seperti ini."
Mobil sejenak menjadi hening. Hampir satu menit tidak ada suara apapun, Su Yabing kemudian berkata, "Jika kamu tidak mau mengantarkanku ke apartemen, turunkan aku saja."
Mo Xigu memandang wajah wanita yang duduk di belakangnya lewat kaca. Ia yang sedang menyetir mobil tiba-tiba menginjak gas mobilnya. Bibir tipisnya yang melengkung kini membentuk garis lurus. Ia mempercepat laju mobilnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan tetap menyetir menuju rumah sakit.
"Berhenti!" seru Su Yabing. "Hentikan mobilnya. Hentikan! Mo Xigu, hentikan mobilnya!"
Begitu mobil berhenti di rumah sakit, Su Yabing membuka pintu mobil dan melangkah pergi. Mo Xigu kemudian segera melepas sabuk pengamannya dan mengejar Su Yabing yang meninggalkan mobil.
Chi Huan yang saat itu duduk di samping kursi kemudi hanya bisa melihat wajah dingin dan murka Mo Xigu. Ia memandang ke arah Mo Xigu sambil menggenggam erat tangannya. Chi Huan tahu bahwa ia memang tidak dicintai. Namun, ia juga tidak pernah menyangka bahwa ia akan diabaikan seperti ini. Atau mungkin, ia belum pernah melihat Mo Xigu mencintai seseorang, sehingga ia belum pernah mengalami kekejaman cinta seperti ini.
Kata-kata Ning Youran terngiang di telinganya. Chi Huan, kamu akan segera menikah. Dengan sikapnya yang seperti ini, apa kamu yakin kamu akan bahagia?
Tiba-tiba, terdengar suara berisik dari luar hingga membuat Chi Huan menoleh. Ia melihat banyak orang di parkiran memukul Su Yabing. Begitu melihatnya, ia pun mendorong pintu mobil untuk membukanya. Saat ia menurunkan kakinya untuk turun dari mobil, tiba-tiba sebutir telur yang dilempar mengenai dahinya.
Karena hari sudah malam, sudah banyak lampu-lampu di rumah sakit yang semakin meredup. Dahi Chi Huan seketika terluka karena lemparan telur tersebut. Ia pun langsung menundukkan kepalanya dan menutupi dahinya dengan tangan agar tak ada orang yang tahu. Tiba-tiba, muncul seorang gadis hingga membuat Chi Huan langsung berjongkok. Orang-orang itu datang dan melabrak Su Yabing.
"Dasar wanita tidak tahu malu!"
"Pukul dia!"
"Sudah punya suami masih mau merebut tunangan orang lain. Orang sepertimu ini, harus dimasukkan ke kandang babi!"
"Su Yabing, kami beritahu kamu. Jika kamu tidak pergi meninggalkan tunangan Chi Huan, kami tidak akan tinggal diam!"
"Dasar jalang!"
Orang-orang itu menyerang Su Yabing, tapi tetap menjaga jarak. Chi Huan yang saat itu juga terluka hanya terdiam dan berdiri di dekat pintu. Setelah mendengar ini semua, barulah ia tahu apa yang sedang terjadi.
Tepat saat Chi Huan ingin mengatakan sesuatu, Mo Xigu datang sambil berkata dingin, "Siapa yang berani macam-macam padanya, lihat saja!"
Tatapan Chi Huan saat itu dibuat kabur oleh putih telur yang mengenai dahinya. Namun, ia masih bisa melihat dengan jelas kemarahan Mo Xigu. Setelah itu, Mo Xigu segera melindungi Su Yabing yang telah dilempari telur. Ia tidak peduli meski pakaian berharganya menjadi kotor.
Salah satu orang berseru, "Tuan Mo, apa Anda pikir Anda layak untuk Chi Huan?"
"Benar! Kamulah yang selingkuh!"
"Dasar tak tahu malu!"
"Mo Xigu, kami tahu Anda memang luar biasa. Tapi demi Chi Huan kami, kami tidak akan takut padamu! Kami akan memberi pelajaran pada wanita murahan ini!"
Seusai bergantian mencerca Mo Xigu, orang-orang di sana kembali menyerang Su Yabing dengan brutal. Chi Huan sebenarnya tahu bahwa ia bisa mengakhiri ini semua dengan berbicara. Namun, melalui penglihatannya yang kini samar-samar, Chi Huan bisa melihat bagaimana Mo Xigu melindungi Su Yabing yang saat itu tidak berdaya di dekapannya. Ia juga melihat Su Yabing menatap pria yang melindunginya dengan cinta meski air matanya menetes. Dalam keadaan seperti ini, Chi Huan merasa ia hanyalah seorang pemeran pendukung dalam drama yang diabaikan oleh orang-orang.
Di depan rumah sakit, tampak dua orang pria yang tingginya sama berjalan menuju parkiran. Ketika mendengar ejekan penggemar Chi Huan, mereka berkata, "Bukankah itu penggemar Chi Huan? Cukup mengerikan."
Mo Shiqian yang saat itu berada disitu tiba-tiba menyipitkan mata ketika melihat sesosok mungil berjalan berubah arah.