Chereads / Kasih Melebihi Waktu / Chapter 18 - Bodyguard-nya Tidak Mau Mendengarkannya

Chapter 18 - Bodyguard-nya Tidak Mau Mendengarkannya

"Kamu mau kemana? Mobil kita tidak di sana."

Mo Shiqian bergeming. Tanpa basa basi, ia langsung menghampiri Chi Huan. 

Chi Huan tidak tahu barang apa lagi yang mengenainya. Cairan hangat menetes dari dahinya. Ia tertegun sejenak sebelum menyadari bahwa ternyata itu adalah darah. Rasanya Chi Huan ingin menangis, tapi tangisan itu tidak bisa keluar dari tenggorokannya. Ia belum pernah berada di situasi seperti ini. Suara bising di tempat itu seolah-olah berlarian di otaknya. Untuk saat ini, ia tidak tahu harus bagaimana menghadapinya. Ia berharap ia bisa menghilang di situasi seperti ini. Ia tidak ingin orang lain melihatnya dalam keadaan seperti ini. Namun, tiba-tiba ada sesuatu yang gelap muncul di hadapannya.

"Kenapa Anda berdiri dengan konyol di sini? Apakah Anda takut terluka, atau takut kotor?" tanya Mo Shiqian.

Mo Shiqian sangatlah tinggi. Dibandingkan dengannya, Chi Huan tampak seperti bola mungil. Orang itu berdiri di depan Chi Huan dengan cahaya mobil yang redup. Jika ia tidak memperhatikan dengan baik, ia tidak akan tahu siapa yang datang. Ketika pria itu muncul, kehadirannya segera menarik perhatian orang-orang.

Mo Shiqian menundukkan kepalanya lalu mengerutkan alisnya karena ada darah menetes di dahi Chi Huan. Ia kemudian melihat ke arah Mo Xigu dan Su Yabing. Chi Huan menarik lengan bajunya, kemudian memanggilnya lirih, "Mo Shiqian..."

Setelah menjawab panggilan Chi Huan, Mo Shiqian segera menggendong gadis itu. "Anda terluka. Saya akan membawa Anda ke dokter untuk menangani luka Anda."

Tindakan Mo Shiqian membuat banyak mata memandang ke arah mereka dan saling berbisik. Chi Huan langsung membenamkan wajahnya ke pelukan pria itu. Ia ingin menyembunyikan diri di balik pakaian Mo Shiqian.

Ketika Mo Shiqian berbalik, ia melihat dua orang pria yang menatapnya. Ia pun melemparkan tatapan dingin pada kedua pria itu. Saat itu pula, tiba-tiba seperti ada yang meledak dalam hati Mo Xigu. Ia seperti ingin mengambil sesuatu. Namun, sebelum ia bisa menggapainya, sesuatu itu menghilang ditiup angin. Chi Huan berusaha mengelap lukanya, tapi ia malah merasa kesakitan hingga membuat Mo Shiqian memperingatkannya untuk tidak macam-macam.

"Aku tidak mau ke rumah sakit. Antarkan aku pulang."

"Luka Anda perlu diobati."

"Aku tidak apa-apa."

Mo Shiqian tidak menatap Chi Huan. Ia tidak menghentikan langkah dan juga tidak berbalik arah. Chi Huan pun meninggikan suaranya, "Aku mau kamu mengantarku pulang. Apa kamu tidak dengar? Mo Shiqian!"

Mo Shiqian menjawab dengan sabar, "Ayah Anda pernah bilang, apapun yang berkaitan dengan keselamatan Anda tidak bisa dibiarkan begitu saja."

Chi Huan memandang ke arah rahang Mo Shiqian yang kokoh. Rasanya, ia belum pernah merasa dibuat sesedih ini. Tunangannya hanya memikirkan wanita lain yang sudah menikah. Ia tidak tahu berapa banyak penggemarnya yang sudah melukai wanita itu. Bodyguard-nya tidak mau mendengarkannya sama sekali. Semakin Chi Huan memikirkan semua itu, ia menjadi semakin sedih. Air mata pun mulai menetes. Setetes demi setetes, air mata Chi Huan terus mengalir hingga akhirnya ia tidak bisa membendungnya lagi. Chi Huan pun menangis di bahu Mo Shiqian tanpa henti.

Mo Shiqian menghentikan langkahnya, melihat jaket dan bajunya yang basah karena tangisan Chi Huan. Tangisan Chi Huan kali ini tidak tampak seindah saat ia memainkan drama. Banyak air mata dan ingus mengotori baju Mo Shiqian. Mo Shiqian menutup matanya sejenak, berusaha untuk tidak melemparkan gadis yang sedang digendongnya.

Apanya yang disebut gadis manis jika dia jorok seperti ini? Benar-benar menyebalkan, pikir Mo Shiqian. Dengan suara sedikit kaku, ia berkata, "Jangan menangis."

"Aku ingin pulang. Tidak mau ke rumah sakit," rengek Chi Huan.

Mo Shiqian memandang ke arah rumah sakit yang sudah tepat berada di depannya. Kemudian, ia melihat gadis di gendongannya yang terluka dan tampak sangat sedih. Ia pun memutar langkahnya.

Seorang pria tampan sedang bersandar di mobil sport berwarna perak yang indah. Melihat dua orang yang sedang berjalan mendekat ke arah mobilnya, orang di dalam mobil itu melihat lebih saksama. Ia mendapati bahwa orang yang ada di gendongan Mo Shiqian adalah Chi Huan.

"Nona Chi?" kata pria itu sambil mengangkat alisnya.

"Ayo jalan," perintah Mo Shiqian tanpa ekspresi.

"Kau kira aku supirmu?" protes pria itu, mengangkat alisnya lebih tinggi. Setelah berkata begitu, ia berdiri tegak lalu membuka pintu mobil belakang. Ia menyentuh dagu Chi Huan sambil tersenyum, "Apakah si cantik ini sedang dikepung penggemarnya?"

Mo Shiqian yang masih memeluk Chi Huan tidak menghiraukannya dan langsung masuk ke mobil. Ia melirik dingin pria yang masih berdiri di luar. "Kamu terlalu banyak bicara. Apa kamu seorang wanita?" katanya, membuat pria itu diam sejenak.

"Bukankah wanita itu yang membuat pakaianmu kotor? Kenapa kamu jadi marah padaku?" balas pria itu.

Di dalam mobil, pria yang mengemudi di depan melihat Chi Huan lewat kaca mobil. Karena mata Chi Huan sembab, pria itu memberikan beberapa lembar tisu ke belakang. Mo Shiqian mengulurkan tangannya menerima tisu tersebut.

Chi Huan awalnya ingin mengambil tisu tersebut, tapi Mo Shiqian sudah lebih dulu mengulurkan tangannya. Ia pasrah begitu saja saat berpikir Mo Shiqian akan membersihkan wajahnya. Namun, tanpa sadar ia kemudian menutup wajahnya. Begitu banyak hal bercampur di wajahnya saat ini. Sisa lemparan telur, darah, dan air mata semua bercampur jadi satu yang membuatnya tidak nyaman.

Beberapa saat kemudian, Chi Huan masih tidak merasakan sentuhan tisu di wajahnya. Ia pun membuka mata dan melihat pria yang duduk di sampingnya. Mo Shiqian mengernyitkan dahi, lalu membersihkan kotoran di bahunya tanpa ekspresi. Tentu saja Chi Huan tahu bahwa Mo Shiqian sedang membersihkan bekas ingus dan air matanya yang menempel tadi.

Chi Huan seketika teringat saat ia memberikan pangsit di mangkok bubur Mo Shiqian, hingga membuatnya langsung menyisihkan sendok dan tidak lagi memakan buburnya. Apa menurutnya aku begitu menjijikkan? Chi Huan bertanya dalam hati. 

Chi Huan mendadak marah dan jengkel. Ia pun memilih untuk tidak mengatakan apa-apa dan hanya menggigit bibirnya, menatap jendela sambil cemberut. Air matanya menetes lagi, tapi ia masih tidak mengatakan apa-apa. Mo Shiqian terus membersihkan baju tanpa memperhatikan gadis yang duduk di sebelahnya itu sedang kesal.

Melihat Mo Shiqian dan Chi Huan di belakang, pria yang menyetir di depan hanya tersenyum menahan tawa. Sebenarnya, ia sudah mengenal Mo Shiqian beberapa tahun. Namun, ia tidak tahu dari mana datangnya kebiasaan konyol Mo Shiqian yang sok bersih seperti bangsawan itu. Ia pun mengambil semua kotak tisu, lalu memberikannya pada Chi Huan dengan suara yang menggoda, "Nona Chi..."

Merasa sedikit malu, Chi Huan akhirnya mengulurkan tangannya untuk menerima tisu tersebut. Ucapan terima kasih tidak keluar dari mulut Chi Huan, tapi ia terus menjulurkan tangannya untuk mengambil tisu itu lagi. Ia merasa hatinya sakit dan kesal karena pria yang duduk di sebelahnya.