Chi Huan terkejut. Mogok??? batinnya. Ia memekik, "Mobilku tidak pernah mogok!"
"Tapi Anda tidak pernah menyervisnya," sahut Mo Shiqian.
"Kalau begitu, telepon seseorang untuk datang memeriksanya!"
Mo Shiqian hanya diam menatap Chi Huan, sedangkan Chi Huan menundukkan kepalanya ketika sadar bahwa ia telah membuang ponsel mereka dari atas gunung.
Karena hari sudah menjelang malam, suhu pegunungan menjadi lebih rendah. Tempat ini tersembunyi. Ditambah lagi cuaca seperti ini, mobil jadi jarang lewat ke tempat itu. Suhu yang tiba-tiba berubah menjadi lebih dingin membuat Chi Huan kedinginan dan hanya bisa menatap pria di sebelahnya, "Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
Ketika Mo Shiqian menatap Chi Huan yang semakin meringkuk seperti bola, ia segera melepaskan mantelnya dan tanpa banyak kata memakaikannya kepada Chi Huan. Entah berapa banyak pakaian Mo Shiqian yang dipakaikannya kepada Chi Huan baru-baru ini.
Chi Huan dapat merasakan kelembutan Mo Shiqian sebagai seorang pria dan menerima mantel yang dipakaikan oleh pria itu. Ketika ia mendongak, ia melihat Mo Shiqian melepas sabuk pengamannya dan mendorong pintu mobil untuk keluar.
"Apa yang kamu lakukan? Hujan sangat deras. Tinggallah di dalam mobil," kata Chi Huan.
Di luar sana, hujan begitu deras seperti air terjun yang diguyurkan dari awan. Namun, Chi Huan masih dapat melihat sosok pria itu meski banyak dikelilingi kabut. Mo Shiqian berjalan ke depan, lalu membuka kap mobil. Chi Huan yang masih berada di mobil pun menyingsingkan lengan mantel Mo Shiqian, beringsut ke belakang untuk mengambil payung, lalu turun dari mobil menggunakan payung itu.
Hujan yang dingin seperti es dengan hembusan angin membuat Chi Huan serasa ingin membeku. Keadaan ini membuat Chi Huan merasa ia tertimpa kesialan dengan sempurna. Belum lagi, berdiri di dekat Mo Shiqian yang tinggi semampai membuatnya susah untuk memayungi pria itu.
Ketika melihat Chi Huan keluar dari mobil, Mo Shiqian mengerutkan keningnya. Ia lalu mengarahkan payung di atas kepalanya kepada Chi Huan. "Apa yang Anda lakukan?"
Chi Huan menyeka air hujan yang menetes di wajahnya dan menatap Mo Shiqian dengan polos, menjawab, "Memayungimu."
Mo Shiqian memandang payung kecil Chi Huan yang tak cukup untuk melindungi dirinya dari hujan.
"Aku punya senter yang bisa menyala dan bisa kamu gunakan. Perbaiki lebih cepat dan kembalilah ke mobil."
Saat mengatakannya, Chi Huan mengeluarkan senter kecil dan menyorotkannya pada wajah Mo Shiqian. Saat itu, suara dari hujan deras sangatlah keras dan cuaca sedang berkabut sehingga mereka tidak bisa mendengar suara maupun memandang wajah satu sama lain dengan jelas. Di tengah guyuran hujan dan angin itu, Mo Shiqian menatap Chi Huan yang bertahan di bawah payung. Tubuh Chi Huan begitu mungil sehingga Mo Shiqian merasa ia kemungkinan bisa terbawa angin.
Mo Shiqian menggenggam jari-jari tangan Chi Huan, lalu memasukkan gadis itu kembali ke mobil. Kemudian, ia mengambil payung dan senter Chi Huan. Setelah 10 menit kemudian, Mo Shiqian kembali ke mobil dan Chi Huan dengan cepat bertanya, "Apakah bisa diperbaiki?"
"Bisa."
"Benarkah?"
"Iya. Jika ada alatnya."
Chi Huan hanya terdiam mendengarnya. Tentu saja Mo Shiqian bisa memperbaiki mobil itu dan ia tahu di mana letak kerusakannya. Namun, situasi ini ibarat seseorang yang menanak nasi. Tanpa ada alat, ia tidak akan bisa memperbaiki mobil hanya dengan tangan kosong.
Lampu dalam mobil dinyalakan. Chi Huan melihat pria di sebelahnya yang begitu basah kuyup, seperti menampung banyak air. Mulai dari pakaian, celana, hingga rambutnya semua terus meneteskan banyak air. Chi Huan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Sepertinya aku punya 1 set baju laki-laki di koperku. Kamu bisa mengambilnya dan berganti pakaian dulu, karena kita juga tidak tahu kapan kita bisa pulang."
Mo Shiqian diam sejenak sambil menatap Chi Huan. Chi Huan pun tidak mau kalah dan menatap Mo Shiqian dengan tatapan dingin. Setelah satu menit kemudian, tiba-tiba Mo Shiqian menatap gadis itu dan mengangkat tangannya. Dengan santai, jari-jarinya melepas kancing bajunya basah. Dalam sekejap mata, bagian dadanya sudah terbuka.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Chi Huan.
"Mengganti pakaian," jawab Mo Shiqian. Saat menjawab Chi Huan, hanya tinggal dua kancing yang tersisa. Chi Huan juga tidak menyangka bahwa tiba-tiba Mo Shiqian akan bertindak seperti ini.
"Kamu... Siapa yang menyuruhmu membuka pakaian di depanku? Apakah kamu seorang berandalan hingga dengan beraninya membuka pakaian di depanku?!" pekik Chi Huan.
"Jika saya bilang tidak perlu, itu akan membuat Anda kesal."
"Sekarang aku tidak mau memberikan pakaiannya kepadamu!"
Mo Shiqian melirik Chi Huan lalu berkata, "Sudah terlambat. Saya sudah ganti baju," Setelah Mo Shiqian melepas kemeja yang menutupi setengah tubuhnya, ia berkata santai, "Bisakah Anda pergi ke kursi belakang? Saya mau melepas celana."
Chi Huan diam sejenak, kemudian mendengus dan berkata dengan tenang, "Lepas saja jika kamu mau melepasnya. Memangnya aku tidak berani melihat?"
Mo Shiqian menatapnya dengan tatapan yang tidak berubah. "Boleh saja jika Anda ingin melihatnya. Itu akan impas dengan apa yang saya lakukan terakhir kali itu."
Setelah mengatakannya, Mo Shiqian melepas sabuknya lalu menarik resleting celananya ke bawah. Hal itu seketika membuat Chi Huan berteriak dan naik dari kursi samping kemudi. Awalnya, ia bingung harus bagaimana. Harus pergi ke belakang atau bagaimana? Namun, akhirnya ia menutupi kepalanya dengan jaket. Chi Huan berpikir bahwa pria ini benar-benar polos karena tidak pernah dekat dengan wanita. Akibatnya, ia berani membuka ikat pinggang dan melepas celananya di depan seorang wanita seperti ini.