"Permisi. Apakah benar dengan Nona Chi?"
"Iya, benar," jawab Chi Huan dengan senyum yang perlahan memudar.
Orang yang mengemudikan mobil ini adalah seorang laki-laki berusia tiga puluhan. Ia cukup baik, tapi sepertinya bicaranya tidak lancar. "Tuan Mo... menyuruh saya menjemput Anda pulang," katanya.
"Lalu di mana dia?" tanya Chi Huan sambil mengangkat alisnya.
Sopir itu menatap Chi Huan dengan ragu sebelum menjawab, "Tuan Mo... masih di rumah sakit."
Di rumah sakit? Apakah dia masih bersama Su Yabing? batin Chi Huan. "Tidak usah pulang. Antar aku ke rumah sakit," katanya dengan wajah dingin. Ia menutup pintu di dekat kursi kemudi, kemudian beralih untuk membuka pintu belakang dan duduk di kursi penumpang.
Sopir itu gugup karena dilema, ia lalu berkata, "Tapi, Nona… Tuan Mo menyuruh saya untuk mengantar Anda pulang."
"Kalau dia bertanya padamu, bilang saja kalau aku tidak enak badan dan harus ke rumah sakit untuk diinfus."
"Baik, Nona..."
Chi Huan tertunduk karena pusing sehingga ia tidak bisa melihat bahwa ada sopir di depan sana yang sedang melihatnya lewat kaca spion dengan tatapan sinis. Ia berada di balik kemudi mobil Lamborghini hitam yang lebih mewah dan lebih hemat tenaga bakar dari mobil yang dikendarai Chi Huan. Pria bertubuh kekar itu masih memperhatikan sambil menghisap rokok. Ia kemudian menyipitkan mata begitu melihat mobil yang ditumpangi Chi Huan berlalu.
"Gadis muda itu sepertinya majikan Mo Shiqian," kata pria itu.
Orang di sebelahnya mengangguk. "Benar. Dia adalah Chi Huan."
"Suruh orang untuk mengikuti mobil itu."
"Hah? Kakak ketujuh, Chi Huan memang cantik. Tapi, sekarang dia adalah majikan kakak kelima. Kamu tahu karakter kakak kelima, kan? Siapa pun yang menyentuhnya pasti akan binasa. Karenanya, tahun ini tidak ada penculik yang berani macam-macam dengan nona itu."
Pria tadi hanya diam dan mencengkram kasar tangan orang yang di sebelahnya. Orang-orang yang ada di sana pun berkeringat dingin dan berusaha turut membujuk dengan getir.
"Tunggu dulu. Omong-omong, kita tunggu sampai dia menikah dengan Mo Xigu. Saat itu, kakak kelima akan meninggalkan keluarga Chi dan saat itu pula, kita bisa memulainya sehingga tidak akan merusak persaudaraan."
Pria itu mengeluarkan sebatang rokok baru sebelum menolak keras, "Tidak!"
Dengan wajah terisak dan ingin menangis, orang yang berada di sebelahnya berusaha menjelaskan, "Kakak ketujuh, lebih baik berurusan dengan suaminya daripada berurusan dengan kakak kelima."
Pria itu memadamkan puntung rokoknya, lalu mengangkat tangannya dan menepuk wajah orang di sampingnya. "Jika muncul masalah dengan kakak kelima, katakan saja padanya bahwa dia telah terlambat melakukan sesuatu."
"Ap... Apa maksudnya?"
Pria itu menatapnya, dengan samar dan berkata, "Artinya, sopir itu yang bermasalah."
———
Baru 10 menit mobil melaju, tiba-tiba saja Chi Huan tersentak. Mulanya ia memejamkan mata, kini ia kembali membuka mata dan memegang dahinya lalu melihat keluar jendela mobil. "Apakah ini jalan menuju rumah sakit?" tanyanya.
Sopir itu melihat kaca spion sejenak dan menjawab, "Benar, Nona."
Chi Huan mengerutkan kening, lalu meminta dengan ketus, "Buka navigasinya."
"Saya tahu jalannya, jadi tidak perlu navigasi."
Ini bukanlah sikap yang seharusnya dimiliki seorang sopir. Chi Huan pun teringat bahwa sebelum menumpangi mobil ini, ia harus membukakan pintu untuk dirinya sendiri hingga dua kali. Seharusnya pengemudi yang dipekerjakan tak hanya lulus sertifikasi mengemudi, tapi juga mempunyai etika pengemudi yang diperlukan.
Tanpa banyak bicara, Chi Huan langsung mengambil ponsel di tas jinjingnya. Ia membuka kunci layar dengan terampil dan buru-buru menelepon Mo Shiqian. Baru saja panggilan hendak tersambung, tiba-tiba mobil direm mendadak. Ternyata, Chi Huan sedang diculik.
Chi Huan sudah pernah diculik saat ia masih berusia 17 tahun. Karena itulah ayahnya menyewa bodyguard untuknya. Selama Mo Shiqian berada di sisinya, tak ada bahaya yang mendatanginya dan tak ada yang berani macam-macam padanya. Namun saat ini, ia benar-benar panik.
Sebelum Chi Huan mengangkat kepalanya, tiba-tiba ada pisau yang menodong dan menyentuh lehernya. Chi Huan mengepalkan tangannya, berusaha untuk tetap tenang, lalu lamat-lamat mengangkat kepalanya. "Tuan. Jika Anda berpikir untuk menculik saya, bukankah Anda bisa mendapat uang tanpa harus membunuh?"
Mobil itu kini terparkir di tepi jalan yang bukan di daerah perkotaan. Daerah itu cukup sepi meski masih ada lalu lintas. Sopir itu membalik badannya, masih dengan belati di tangannya dan masih menodongkan pisau ke leher Chi Huan. Meski wajah sopir itu tampak baik, ekspresinya jelas terlihat tidak normal. Napasnya berat dan cepat, seperti orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya.
"Apakah kamu Chi Huan?"
Chi Huan hanya menjawab seperlunya, "Iya."
"Mo Xigu adalah tunanganmu?"
Chi Huan terkejut lalu mengerutkan bibirnya. "Iya."
Tiba-tiba raut wajah pria itu berubah sebelum ia menghardik Chi Huan, "Kenapa kamu tidak mengurus lelakimu sendiri dengan baik?"
Chi Huan spontan berteriak karena ketakutan selama beberapa saat. Ponsel Chi Huan yang jatuh dan tergeletak di bawah tiba-tiba bergetar memecah keheningan. Tanpa sadar, Chi Huan refleks menundukkan kepalanya untuk melihat sebuah nama tertera di layar ponselnya tertera. Mo Shiqian. Belati yang masih bertengger di dekat leher Chi Huan membuatnya tidak berani menunduk untuk mengambil ponselnya.
"Siapa orang yang meneleponmu itu?" tanya penculik itu dengan dingin dan kasar. Namun, tidak ada suara yang terdengar selama beberapa detik. Chi Huan tidak tahu harus menjawab apa. Pria itu kembali bertanya dengan dingin, "Apakah itu selingkuhanmu?"
Pria itu sangat dingin dan garang, tak ubahnya seorang kanibal. "Apakah karena kamu memiliki pria lain di luar sana, akhirnya Mo Xigu kembali berhubungan dengan istriku?" tanyanya penuh amarah.
Chi Huan sempat memiliki beberapa spekulasi di awal. Akan tetapi, setelah mendengar perkataan itu, ia sudah tahu siapa pria ini. Pria itu adalah suami Su Yabing yang kabarnya melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Setelah memilah-milah kalimat dalam otaknya, Chi Huan berusaha menjawab dengan tenang, "Yang barusan menelepon saya adalah bodyguard saya, bukan selingkuhan saya. Mo Xigu juga tidak ada hubungan apa-apa dengan istri Anda. Sepertinya Anda sudah salah paham."
Chi Huan kini tidak peduli jika Mo Xigu berhubungan dengan Su Yabing ataupun tidak. Saat ini, dia sedang berusaha membebaskan diri dari pria di depannya. Kalau tidak, ia bisa terluka atau bahkan meninggal.
"Salah paham? Dia telah melarangku membawa istriku pergi dan bahkan menyuruh bodyguard-nya untuk menjaga kamarnya di rumah sakit. Dia tidak membiarkanku melihat istriku sendiri mulai petang sampai sekarang. Dia juga memintaku untuk menceraikan istriku. Apakah ini yang disebut dengan salah paham?!"
Mo Xigu masih berada bersama Su Yabing sejak petang tadi hingga sekarang. Akhirnya, hal ini membuat suami Su Yabing berjanji untuk menjemput Chi Huan—dan menculiknya.