Chereads / After Ta'aruf | Jung Jaehyun / Chapter 12 - Serangan Fathan

Chapter 12 - Serangan Fathan

•-----•

Rabu, jeda beberapa hari setelah kejadian dimana Fathan dan Nabila dijahili oleh Ibu hamil --Khumayroh. Dan saat itulah Khuma berhasil mendekatkan kakak kandungnya dengan partner kerja suaminya itu.

Terbukti saat ini, Fathan dan Nabila tengah makan siang bersama di dekat kantor Jeffry. Awalnya Fathan berkunjung ke sana karena menghadiri rapat bulanan, di PT. LEYAZ. Tbk pusat perusahaan milik Jeffry. Sudah kurang lebih 6 tahun perusahaan Fathan bekerjasama dengan calon Ayah itu.

PT. EFKA. Tbk; perusahaan milik Fathan terletak di daerah Rawamangun, Jakarta Timur. Sedangkan PT. LEYAZ. Tbk bertempat di Matraman tak jauh dari sana.

Fathan dan Jeffry merintis perusahaan masing-masing sejak lulus Sekolah Menengah Atas. Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif itu bahkan sudah memiliki beberapa cabang walau masih sedikit. Mereka berdua benar-benar mendefinisikan anak-anak muda yang bekerja keras, mereka percaya jika usaha mereka akan maju kalau dikerjakan dengan tekun.

Kembali ke topik Fathan dan Nabila. Di sebuah kafe yang menjajakan menu utama kopi di daerah tersebut, terlihat sangat nyaman. Dekorasi yang minimalis tapi tetap elegant, juga aroma biji kopi yang menyeruak membuat pecinta kopi betah berlama-lama di sana, ditambah tersedianya wifi gratis. Selain itu juga ada rooftop dengan tatanan meja serta kursi yang cozy untuk dijadikan tempat hangout.

Seperti sekarang, siang ini Fathan dan Nabila sedang menikmati kopi red eye --primadona di kafe tersebut. Racikan kopi hasil Barista di sana memang wajib dicoba. Sebab benar-benar membuat coffee lovers dapat menikmati waktunya dengan santai.

"Gimana? Kopi di sini enak kan?" tanya Nabila setelah menyeruput kopi miliknya.

Fathan mengangguk. Ia senang karena Nabila sudah bersedia untuk bicara non formal di luar kerjaan. Walau awalnya Nabila sulit untuk diajak santai.

"Kamu sering ke sini?" Fathan berusaha mengikuti topik yang ditentukan oleh Nabila.

"Nggak sering sih. Cuma kalau lagi suntuk aja sama kerjaan, butuh istirahat dan biasanya aku ke sini..." jawab Nabila.

Fathan membentuk huruf O dimulutnya. "Kamu suka kopi?"

"Aku suka kamu..."

"Hah? Maksudnya gimana? Saya..." Fathan tercengang dengan ucapan Nabila yang tiba-tiba itu, sampai ia tak bisa melanjutkan ucapannya.

Tiga detik berikutnya, Nabila tertawa membuat matanya menyipit dan lesung pipinya terlihat. Melihat itu pun, Fathan menyerngitkan dahi lalu tanpa sadar ikut tersenyum melihat wanita di hadapannya masih berusaha untuk berhenti tertawa.

"Maaf Fath, aku udah kelewatan ya?" tanya Nabila setelah tawanya berhenti.

Fathan memiringkan kepalanya sedikit, lalu kembali menatap Nabila. "Saya nggak paham.."

"Itu, tadi aku cuma bercanda aja. Maaf ya... Pak Fathan kena prank," sahut Nabila menahan tawa.

"Kan udah dibilang—"

"Iya— iya, Fathan maksudnya nggak pake Pak..." potongnya sambil tersenyum.

"Oh jadi saya kena tipu nih? Beneran juga nggak apa-apa sebenernya." Fathan mengatakan itu dengan raut wajah serius. Sekarang giliran Nabila yang dibuat mematung dan bingung harus jawab apa.

Melihat itu, membuat Fathan tak tahan untuk tidak tertawa. Detik berikutnya tawa Fathan pecah.

"Maaf, saya juga bercanda... Gimana rasanya? Deg-degan atau biasa aja? Kalau saya, tadi deg-degan pas kamu bilang suka sama saya..." ucap Fathan.

Nabila terkekeh pelan. "Ya Allah jadi kamu ngerjain aku? Kita impas ya?"

"Kenapa nggak dijawab pertanyaan saya?" Astaga Fathan ngegas.

Terdiam, Nabila bingung harus menjawab apa. "I-itu... saya..."

"Ya udah nggak usah dijawab nggak apa-apa. Kalau gitu ini terakhir kali kita deket lebih dari rekan kerja ya. Maaf sebelumnya, atas perlakuan adik saya. Tapi, di sini saya yang menjalani bukan Khuma. Saya sedang mencari Istri, kalau kamu hanya menanganggap saya teman karena perintah Khuma lebih baik jangan ada interaksi lagi diantara kita.

Ini yang terbaik buat kamu dan saya. Kamu pasti udah tau cerita asmara saya dari Khuma kan? Jadi kamu udah tau tujuan saya ke depannya apa... Nabila, saya tanya sekali lagi... kamu deg-degan nggak pas saya bilang suka sama kamu?"

Ya Allah Fathan, kenapa jadi terkesan terburu-buru seperti itu? Nabila itu perempuan, untuk perasaan tidak bisa dipaksa begitu. Tapi dari sudut pandang Fathan, wajar saja ia begitu. Mungkin Fathan tak ingin berlama-lama menjalin hubungan tanpa ikatan sah di mata Allah. Itu sama saja dengan perbuatan zina kan?

"Jawaban aku sama kayak kamu, Fath," jawab Nabila lantang.

Kini Fathan menganga tak percaya. Hah? Nabila benar-benar merasakan hal yang sama? Apa secepat ini? Ya Allah Fathan, jangan labil jadi laki-laki. Dan juga, Nabila termasuk wanita yang berani dalam mengambil keputusan. Wanita itu mengatakan yang sebenarnya, sebab sudah cukup lama ia memendam perasaan pada Fathan. Mereka bertemu pertama kali saat Fathan bertandang ke kantor Jeffry tiga tahun lalu.

Menarik napas pelan. "Ya udah, besok saya ke rumah kamu. Saya mau minta izin sama orang tua kamu. Gimana?"

Tunggu, kenapa kesannya ini bukan suatu lamaran tapi seperti sebuah perjanjian antar rekan bisnis? Fathan memang benar-benar sesuatu. Semoga saja Fathan dan Nabila benar-benar saling mencintai.

"Aku bingung mau jawabnya gimana. Aku besar di Panti Asuhan. Kedua orang tuaku sudah meninggal sejak aku kecil..." Nabila mengatakan itu dengan ekspresi yang tiba-tiba berusah sedih.

Fathan tak tahu. Ia bahkan belum tahu kapan Nabila lahir. Padahal Khuma sudah menyerahkan biodata Nabila waktu itu. Fathan pun menyesal tidak mengikuti permainan sang adik.

Merasa tak enak hati. "Maafin saya. Saya nggak tau."

"Iya nggak apa-apa."

"Ya udah, saya mau ke Panti Asuhan dan ketemu sama sosok yang udah mengurus kamu selama ini. Setidaknya masih ada yang kamu anggap orang tua kan? Saya mau minta izin buat menikahi kamu, Nabila." Fathan benar-benar serius kali ini.

Nabila menganga tak percaya. Secepat ini kah? Tapi sesuai keputusan yang ia ambil, dengan mengucap basmalah ia akan mengikuti apa yang Fathan katakan. Lebih cepat lebih baik bukan? Sebab mereka berdua sudah masuk usia di mana pernikahan itu hal prioritas.

"Iya, besok aku ajak ke rumah panti. Tapi..."

"Saya tau ini terlalu cepet buat kamu kan? Tenang aja... kamu percaya kalau cinta akan tumbuh dengan seiringnya waktu? Kalau kita sama-sama udah membuat suatu komitmen, insyaAllah cinta akan menyusul. Apalagi sesuatu yang kita utamakan ini karena Allah SWT. Saya yakin semua ini atas izin Allah," jelas Fathan dan membuat Nabila sedikit tenang.

Wanita berhijab dengan lesung di pipi itu sangat bersyukur dikenalkan langsung pada Fathan. Ia harus berterimakasih pada Istri atasannya itu --Khuma. Apalagi Fathan, ia tak menyangka kalau ngidam adiknya itu benar-benar membawa manfaat.

"Jadi... bersediakah kamu menghabiskan sisa hidup kamu bersama dengan saya? Kita menua bersama. Menjadi partner dunia dan akhirat..." lanjut Fathan.

Nabila tersipu malu. Ternyata Fathan orang yang romantis. "Bismillah, aku mau Fath."

Pertemuan yang bisa dibilang singkat, hanya dua kali bertemu. Membuat Fathan mampu mengambil keputusan yang luar biasa. Dibandingkan memikirkan caranya move on, Fathan lebih memilih terjun langsung dengan menjalin cinta yang halal dengan wanita pilihan Khuma, adiknya.

Bukan, Nabila bukanlah pelarian dari Fathan. Tapi lebih tepatnya, Allah sudah mengirimkan wanita yang akan membuat hidup Fathan lebih baik terlepas dari rasa sakit hatinya itu. Nabila juga tak merasa bahwa dirinya hanya sebuah pelampiasan. Wanita itu yakin, Fathan bukanlah laki-laki seperi itu. Dan mereka terhubung didasari dengan saling percaya, InsyaAllah ke depannya akan lancar.

Mari kita doakan agar Fathan dan Nabila dilancarkan hajatnya. Semoga tak ada halangan dan orang ketiga di antara keduanya. Aamiin...

Lantas bagaimana dengan Jeffry-Khuma? Bisay dan Bunsay sedang sibuk dengan rumah yang tiba-tiba kedatangan tamu tak terduga. Siapa kira-kira tamu tersebut?

Lanjut di next chapter :)

•-----•