Aku sudah bertemu dengan dua temanku dari dunia lama. Tinggal tiga orang lagi yang masih entah berada dimana mereka saat ini. Entah jadi apa dan entah masih hidup atau sudah tiada. Aku beruntung bertemu ibuku yang sekarang. Nathan tidak seberuntung aku karena dia hidup miskin. Eh kutarik kembali rasa ibaku. Si bangsat itu kan tinggal dengan Elf cantik. Zaki juga tak seberuntung diriku karena selama ini hidupnya penuh dengan pelarian. Kudengar darinya bahwa kekuatan yang dia miliki ternyata ditakuti di dunia ini. Sihir hitam, sama dengan milik para petinggi pasukannya iblis jahat. Hanya kehancuran yang mampu dihasilkan dari sihir hitam. Tapi dia juga bangsat karena punya pelayan cantik yang setia mengikuti dia kemanapun. Aku memang di kelilingi wanita yang jauh lebih cantik. TAPI MEREKA KELUARGAKU. Terlebih lagi, AKU SEKARANG WANITA.
Jadi, malam ini rencananya aku akan mengadakan jamuan makan malam kerajaan di kastil ibuku. Sejak pagi saja para juru masak kekaisaran sudah sibuk memasak dan memilih bahan makanan terbaik mereka dari kebun kami. Perintahnya langsung dari Kaisar, jadi mereka bekerja keras dengan hati yang penuh rasa bangga. Nathan ternyata sudah tahu kalau Zaki alias Zuck ini ada di Heiken selama ini. Tapi dia lupa menceritakan semuanya padaku. Bisa-bisanya dia melupakan hal yang sangat penting seperti sahabatnya sendiri. Aku juga mengajak Rara dan Nathan untuk datang. Aku yang datang langsung ke rumah mereka. Senang sekali melihat betapa bahagianya Rara mendapatkan undangan makan malam dariku. Dia bilang itu adalah pencapaian terbesar dalam hidupnya selama ini. Duduk dan makan bersama 'Royal Family'.
Sebetulnya pesta makan malam nanti tidak hanya dihadiri oleh aku dan teman-temanku. Tapi ibuku, bibi-bibiku, pamanku sang Raja Heiken, juga kakekku. Mereka sebenarnya tidak diundang, tapi seenaknya saja berkata bahwa mereka akan datang. Kakek terutama. Akan jadi masalah kalau dia datang, aku yakin sekali. Masa iya harus kukirim agen rahasia untuk menghalangi kedatangannya. Bibiku sendiri yang langsung menyiapkan pakaian dan mendandaniku. Dia bilang ini acara spesial karena akhirnya aku bisa bertemu sahabat kecilku. Padahal aku tahu bibiku ini hanya terkagum-kagum pada kemampuan Zaki saja. Terutama bibi Estelar.
"Apakah kau pernah menyukai salah satu dari temanmu yang kau ceritakan itu?" Tanya bibi Grace yang saat ini sedang menata rambutku.
"Hah? tidak ada. Mana mungkin aku memiliki perasaan pada mereka"
Jelas kusangkal. Mereka kan laki-laki. Bibiku malah cemberut. Aku baru melihat ada seorang wanita yang dikagumi karena keanggunan dan sikapnya yang sangat Lady ini menggembungkan pipinya dan cemberut mendengar penyangkalan dariku. Dia tidak bertanya soal itu lagi dan mengalihkan pertanyaannya pada petualanhanku sebelum bertemu ibu. Jelas aku harus mengarang cerita memakai skill browsing ku lagi untuk cari info bahan bualanku. Bibiku bukan orang bodoh, dia tahu sejarah, geografi, ekonomi, hukum hingga adat istiadat wilayah lain. Aku harus membual dengan fakta yang aku cari di kepalaku mengenai dunia ini.
Akhirnya tiba waktu makan malam. Aku bersama bibi Grace keluar dari kamar dengan gaun pesta yang sudah kami kenakan. Bukan gaun terbuka. Justru gaun yang kupakai ini sangat tertutup hingga leher. Roknya dibuat pendek dan tidak mengembang. Desain Antonio yang dia buat berdasarkan gambar yang kuberikan. Ibuku memakai gaun hitam yang memperlihatkan belahan dadanya begitu jelas. Gaun hitam dengan dekorasi militer dan kalung dengan medali 'Prestia Grand Order' yang hanya dimiliki oleh Kaisar itu sendiri. Ketiga bibiku memakai gaun putih. Juga dengan bangganya memperlihatkan dada mereka yang besar itu. Memang seksi, tapi rasanya tidak senonoh melihat keluarga kerjaan memamerkan tubuh mereka sebanyak itu.
"Teman dari Yang Mulia Putri Remilia Sistine sudah tiba!" Penjaga berteriak di luar ruangan memberi tanda bahwa kawanku sudah berada diluar pintu ruangan.
Pintu besar berwarna putih dan berdekorasi ukiran emas itu terbuka perlahan. Berdiri diatas karpet merah yang membentang hingga kedepan lawang pintu 4 orang pemuda-pemudi berpasangan. Keempatnya memakai pakaian rapi namun tak begitu mewah. Di belakang mereka berdiri pasukan penjaga yang mengawal teman-temanku ini hingga ke depan pintu aula pesta. Mereka masih berdiri membatu. Melongo dengan tatapan kosong.
"Woy sedang apa kalian?! Cepat masuk sini!" Bentakku pada mereka yang tak kunjung bergerak dari pijakan mereka.
"Sitine!! Jaga cara bicaramu! Tidak ada putri yang berteriak seperti itu!" Pungkas bibiku Grace.
"Biarkan saja Grace. Sistine ya sistine, menjadi putri bukan berarti harus menjadikannya orang lain" Bela ibuku.
"Tapi kakanda.." Bibi Grace tak bisa membalas perkataan ibuku.
"Walah.. bangsat kau Remi! Selama ini kau tinggal di tempat yang mewah seperti ini bersama wanita-wanita cantik dan pelayan yang sangat banyak!! Bajingan kau" Dengan tegas Nathan menghinaku di depan keluarga kerjaan.
Eee buset ini orang tidak tahu tatakrama atau urat malunya sudah putus? Dia bicara kasar dan kotor di hadapan keluarga kerajaan. Terlebih ada ibuku.
"Bangsat Nathan! Jangan bicara dengan bahasa rendahan seperti itu dihadapan ibuku kau bajingan!"
Aduh! Bibiku malah memukul kepalaku dari belakang.
"Lihat siapa yang bicara dasar putri bodoh!" Ternyata bibiku Estelar.
Aku menilik ke arah bibi Grace, dia hanya menggelengkan kepalanya. Ibuku tidak komentar, dia hanya tersenyum saja melihatku.
Makan malam akhirnya dimulai. Aku berkumpul bersama kedua teman lamaku dan duduk di meja terpisah. Kami akhirnya bisa tertawa lepas setelah sejak lama tidak seperti ini. Berkumpul dan membahas hal apapun kemudian menyelipkan guyonan-guyonan kecil diantaranya. Keluarga kerajaan makan di meja panjang yang memang biasa dipakai untuk keluarga kerajaan. Mereka menerimaku yang sekarang. Mereka bilang mau bagaimana pun rupaku. Remi ya tetap Remi. Jadi kami bisa tertawa lepas kembali.
"Maaf aku terlambat"
Seseorang kembali mendobrak pintu masuk hingga lepas dari engselnya dan terbang memecahkan kaca jendela aula yang besar. Ini dia pengacau pestanya datang. Kakekku. Ah dia membawa seorang pria di belakangnya.
"Ayahanda" Ibuku langsung menghampiri kakek. Aku mengikuti ibuku begitupun bibi dan paman-pamanku.
"Jauhkan cucuku dari kawan lamanya! Aku datang kemari membawa pria yang pantas dan kelak akan menjadi suaminya, Arthur!"
Pria pirang bermata biru dengan kulit putih dan mata menggoda melangkah dari belakang kakekku. Dia memakai zirah perak dan jubah kerajaan berwarna biru tua dengan bulu-bulu putih disisi jubahnya. Dia ini mirip aktor film dari inggris dengan wajah kotak dan kontur yang sangat manly. Tipikal orang yang digemari banyak sekali wanita. Dia berhenti di depanku, kemudian berlutut dan mencium tanganku.
Heeeeeeee?!
"Bwhahahahahaha! Anjing si Remi udah rusak!"
"Hahahaha kalau aja ada hp, kita buat video"
Kedua temanku mengejekku dan tertawa sangat keras di belakang sana.
Arthur langsung berdiri. Dia berjalan ke meja tempat teman-temanku duduk. Dia menghunuskan pedangnya.
"Beraninya kalian rakyat biasa menghina Tuan Putri Sistine yang begitu menawan ini"
"Arthur berhenti!" Titah ibuku.
"Mereka sudah kelewatan. Rakyat jelata harus tahu tempat mereka!"
Arthur mengangkat pedangnya namun tiba-tiba saja berhenti seketika. Dia seperti tak bisa bergerak.
"Kenapa kau pirang? tak bisa bergerak? Hahaha seharusnya kau melihat apa yang kau pijak sebelum mendatangi lawanmu"
Lingkaran sihir hitam keunguan sudah keluar dan berputar di bawah kaki Arthur. Sihir pengunci. Memang ini hanyalah sihir level rendah. Namun jika Zaki yang mengeluarkannya, aku ragu bahkan ibuku bisa lolos dari ini. Setelah mendengar cerita Zaki, bisa dibilang kekuatan sihirnya jauh berada diatas orang terkuat di benua ini.
"Kau tahu tingkat berikutnya dari sihir pengunci itu apa?" Ujar Zaki pada Arthur.
"Kurang aja kau!"
"TEPAT!! Gravitasi"
"ARRRRRGGHH!!!" Arthur langsung tengkurap diatas karpet seolah tubuhnya ditarik langsung menghantam tanah. Dia ingin bangkit namun tidak bisa melawan kuatnya tarikan dari sihir Zaki.
"Kau tahu apalagi setelah ini?" Ujar Zaki lagi.
"Sudah cukup" ujarku.
Aku langsung memotong sihir Zaki dengan menginjak kan kakiku di lingkaran sihir milik Zaki. Aku tidak ikut terkena efeknya karena memiliki kemampuan untuk menetralisir sihir yang sudah aku ketahui dan miliki. Tahap selanjutnya dari sihir itu adalah kompresi. Gaya tarik dari gravitasi yang besar kemudian berubah menjadi tekanan yang luar biasa hingga menarik massa benda ke dalam satu titik. Tekanannya sama dengan tekanan air di palung terdalam di dunia. Di tahap ini tubuh Arthur bisa saja hancur seperti semangka yang dilindas truk.
Arthur masih terengah-engah di bawah kakiku. Semua orang terdiam. Kenapa tidak ada yang mengentikan Zaki?
"Si- sihir hitam?! Kalian ini iblis?!" Kakekku langsung menghunuskan pedangnya pada Zaki.
"KAKEK!" Aku langsung menghalangi kakekku.
"Menyingkir Sistine!"
"Maafkan aku kakek"
Aku tetap berdiri di hadapan pria tua yang gagah perkasa ini, membentangkan lenganku menghalangi beliau yang ingin menyerang temanku. Aku memang tidak bisa memakai sihir hitam seperti Zaki, tapi aku mengerti sihir. Tidak ada sihir yang jahat. Hanya hati orang yang memakainyalah yang membuatnya jadi buruk. Bahkan sihir hitam pun dapat membantu umat manusia jika digunakan dengan bijak.
"YANG MULIA"
Di tengah ketegangan aula jamuan kerajaan yang suasana sudah kacau setelah kedatangan kakekku. Sekarang datang lagi seorang jenderal perang kerajaan dengan pakaian lengkap dan zirah merah menyala seperti kamen rider. Wajahnya panik. Dia berlutut hingga helm pelindung kepalanya hampir menyentuh kaki ibuku.
"Saya, Gilbert Hans Otto menghadap Yang Mulia untuk melapor." Ujarnya tegas dengan wajah yang masih menatap lantai.
"Beritahu aku Gilbert. Kabar apa yang kau bawa dengan kegusaranmu itu?"
"Hap! Kerajaan Haidennburg sudah melakukan pemberontakan di utara. Mereka memisahkan diri dari aliansi Prestia bersama tiga kerajaan lainnya. Tadi pagi, mereka menyatakan perang terhadap Kerajaan Suci Heiken dan Kekaisaran Agung Prestia."
"Philip, sudah kuduga dia akan melakukan hal ini cepat atau lambat. Bawa pasukan ke utara. Kita harus menghentikan mereka sebelum mereka tiba di Arkantas."
"Tapi Kakanda, Arkantas terpisah oleh laut." Ujar Raja Heiken, Paman Jonathan.
"Justru itu tujuan kita" Ketiga bibiku berjalan dan berdiri di belakang ibuku.
Ah aku mengerti. Bibi Estelar dan Eliza terkenal dengan kekuatan armada lautnya yang mengerikan. Belum lagi bibi Grace yang kuat di darat dan lautan. Tujuan mereka adalah menang di medan yang mereka kuasai dengan baik.
"Hahahaha terbaik! Aku jadi dapat ide. Anastasia! Aku akan membatalkan pernikahan anakmu jika dia mampu menunjukkan kapasitasnya sebagai putri mahkota kekaisaran. Tentu aku juga akan mengampuni teman-teman iblisnya yang kurang ajar itu. Mereka harus ikut ambil bagian dalam pertempuran kali ini."
"Tapi Ayah.."
"Jika tidak. Aku akan membawa Sistine keluar denganku dan menikahkannya dengan Arthur; Juga menggantung senua temannya" Potong Kakek dengan wajah serius.
"Ayo Arthur kita ke Arkantas" Ujar Kakekku menggibaskan jubahnya lantas pergi bersama Arthur keluar dari ruangan.
"Ibu, aku akan ambil bagian" ujarku menghampiri ibuku yang wajahnya terlihat gusar.
"Uh- oh." Dia terkejut aku sudah berada di depannya sementara dia masih melamun.
"Ibu berjanji akan nencarikan pasukan terbaik yang bisa melindungimu Sistine, kau tidak perlu maju, kau cukup perintahkan mereka saja" Dia memelukku.
"Aku ingin meminta izin ibu untuk membuat pasukanku sendiri bu" ujarku.
"Pasukanmu sendiri?"
"Maksudnya kami, yang mulia. Kami masih tidak percaya teman kami Remi bisa jadi putri raja dan hidup mewah seperti sekarang. Tapi sepertinya dia punya masalah juga di hidupnya. Jadi kami akan membantunya. Walaupun menarik juga jika Remi menikah dengan pria pirang tadi hahahaha" Zuck tertawa keras.
"Benar juga. Sudah lama aku menantikan saat seperti ini. Kami berpengalaman dalam game strategi dan MMORPG jadi rasanya akan menarik untuk merealisasikannya sekarang. Terlebih aku yakin, kami ini kuat." tambah Nathan.
"Kalau begitu bagaimana kalau kita buktikan seberapa kuatnya kalian" Bibiku Estelar maju kehadapan kedua temanku.
"Aku tidak bisa membiarkan keponakanku yang cantik dilindungi orang lemah" Bibi Grace juga maju.
"Mengesalkan sekali melihat Remi begitu dimanjakan, sekalian saja kalian bertiga maju" Ujar Zaki menantang ketiga bibiku.