Chereads / Aku Hidup Kembali Di Dunia Lain Bersama Teman Lamaku / Chapter 18 - Chap 18: Penobatan Keduaku

Chapter 18 - Chap 18: Penobatan Keduaku

Arena bertarung tertutup yang besarnya mungkin hampir sama dengan lapang bola internasional sekelas Old Trafford. Disana berdiri ketiga bibiku berhadapan dengan dua temanku. Setelah tantangan yang dilontarkan oleh Zaki memicu kemarahan bibiku Estelar, akhirnya duel pun harus dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan. Kedua kubu memiliki niatan yang baik, hanya saja pandangan mereka yang tak bisa disatukan. Aku duduk bersama ibuku di kursi VVIP di atas balkon arena yang dilindungi oleh yg tembok sihir tak terlihat seperti kaca anti peluru. Fungsinya untuk melindungi kami dari sihir nyasar atau proyektil dari arena yang terbang seperti batu atau potongan tubuh. Agak horor juga mendengar penjelasan dari ibuku ini. Ada Hilda dan Regina dibelakangku, ada paman Jonathan dan istrinya Ratu Shopitia. Juga ada beberapa pengawal elit ibuku. Tentu saja aku bawa popcorn. Makanan yang aku kenal di dunia lama dan kuciptakan ulang di dunia ini. Popcorn jadi populer belakangan ini setelah orang-orang tahu aku yang menciptakannya. Nonton tawuran tidak asik kalau tidak pakai popcorn.

Mereka belum ada yang bergerak. Padahal sudah sepuluh menit mereka berdiri.

"Ayo maju kalian!" Tegas bibiku Estelar.

"Kalian yang maju duluan sini! Maju Kalyeeaaan!"

"ORAA!! GENJEEH!" Nathan dan Zaki berteriak-teriak tidak jelas.

Mereka berdua malah terlihat seperti sedang mengolok-olok bibiku dengan cibiran unik mereka yang hanya kami bertiga sajalah yang akan mengerti.

"Ayo maju kalian!" Teriak bibi Estelar.

"Kalian yang maju sini!" Balas Nathan.

Aku malah merasa seperti sedang menonton anak STM tawuran. Saling berteriak saja tapi tidak ada yang mau maju duluan. Ditambah lagi Nathan dan Zaki seperti sengaja memprovokasi bibiku agar terbawa emosi. Dari ketiga bibiku yang ada di arena, Estelar lah yang paling mudah tersulut.

"Perduli setan kalian ini teman kecil Sistine, akan kuhabisi kalian!" Benar saja, bibi Estelar terpancing umpan rendahan Nathan dan Zaki.

Bibiku melesat dari tempatnya berdiri, meluncur sangat cepat seperti peluru meriam hingga membuat pasir dan debu di sekitarnya berterbangan. Kedua saudarinya menyusul dengan sihir yang sudah siap untuk dilepaskan di telapak tangan mereka.

"OMAE WA MO SHINDEIRU!" Teriak Zaki.

"Apa?!" Bibiku Estelar menyadari sesuatu di hadapannya, di sampingnya juga di belakangnya.

Boom! Boom! Boom!

Terjadi beberapa kali ledakan yang cukup besar di arena. Asap hitam mengepul memenuhi arena pertandingan.

"Uhuk! Uhuk!"

Perlahan asap yang bergabung bersama debu pasir itu mulai menipis. Ibuku berdiri, dia khawatir dengan keadaan ketiga adiknya. Disana terlihat ketiga bibiku yang terbatuk-batuk dengan pakaian compang-camping. Bibi Grace dan Eliza terlihat sudah mengeluarkan perisai sihir yang melindungi mereka berdua dan bibi Estelar di bawahnya yang sudah terduduk dengan kondisi paling parah. Pakaiannya robek di sana-sini dengan wajah penuh noda hitam akibat ledakan.

"Sekarang Nathan!"

"Yo!"

Nathan menghentakkan kakinya ke tanah dan tiba-tiba saja jeruji besi keluar dari bawah pasir yang menutupi arena tanding. Jeruji-jeruji itu mengelilingi ketiga bibiku kemudian dengan cepat membentuk sangkar kotak besar yang membuat bibiku terkurung di dalamnya.

"Apa ini? Alkemis?" Bibiku mulai panik.

Zaki kemudian melemparkan banyak sekali kertas sihir dan merekatkannya pada sangkar besi tadi dengan santai.

"Sihirku hilang!" Teriak bibi Eliza panik.

"Ini namanya 'item sihir'. Aku sudah membuat kertas ini menjadi kertas yang dapat menetralisir sihir alam. Beberapa dari kertas ini ada yang bisa meledak juga." Balas Zaki.

"Kami menyerah.." Dengan tenangnya bibi Grace menurunkan tangannya.

"Kakak?!" Bibi Estelar langsung menatap tajam ke arah kakaknya.

"Kami menyerah!" Teriak bibi Grace sambil menatap ibuku.

Ibuku berdiri seraya berkata, "Pemenangnya Nathan dan Zaki!"

Aku tepuk tangan mengikuti ibuku. Tidak kagum juga sih, aku tahu mereka pasti bisa menang karena kekuatan yang di janjikan saat mereka dipanggil ke dunia ini. Wajar saja jika mereka kuat, mereka itu cheater. Aku segera menjemput bibi-bibiku yang pakaiannya sudah berantakan dan hampir memperlihatkan bagian tubuh mereka. Setelah ini aku justru jadi memiliki ide untuk membuat pakaian dalam wanita.

"Dengan ini aku mengizinkan kalian untuk menjaga putriku. Aku berharap banyak pada kalian" Ucap ibuku pada kedua temanku dengan wajah yang penuh wibawa.

"Aku punya syarat untuk itu Yang Mulia" Ujar Zaki.

"Apa itu? Katakan saja dan aku akan kabulkan jika aku bisa" Balas ibuku.

"Jangan bu! Mereka itu nanti akan minta yang aneh-aneh!" Bantahku.

"Diam kau Remi! Kau sudah hidup enak! Tidak akan kubiarkan kau hidup enak sendiri!" Teriak Nathan.

"Aku ingin punya lisensi resmi jual beli budak!" Ucap Zaki dengan tegas ke ibuku.

"Kalau aku ingin punya toko sendiri. NR Mart! Aku ingin membuat toko klontongku sendiri!"

"Pfft.. Ahahaha.. Tentu saja tentu akan kukabulkan." Ibuku tertawa kecil.

"Wow..." Kedua orang tolol di hadapanku malah terpesona melihat ibu-ibu berusia 50 tahunan tertawa di hadapan mereka. Tapi memang ibuku itu 50 tahun rasa 20 tahun. Dasarnya memang vampire sih, awet muda.

Dengan ini kedua temanku dari dunia lama akhirnya mendapat pengakuan atas kemenangan mereka. Kemudian ibuku memberi mereka hadiah berupa 500 keping emas kekaisaran, satu set lengkap peralatan bertempur dan satu kuda perang terbaik kerajaan. Jika aku totalkan dan konversi semua hadiah mereka, mungkin sekarang mereka sudah mengantongi sekitar 500 milyar rupiah dalam sakunya.

"Cie yang auto kaya, traktir mie ayam ya?" ledekku.

"Njir! Ibumu mengeluarkan uang 1000 keping emas seperti mengeluarkan uang jajan untuk beli teh gelas dan kau anaknya masih minta traktir?" balas Zaki.

"Teh gelas? mie ayam?" ibuku kebingungan mendengar percakapan aku dan Zaki.

"Err.. kau tau kan bu? teh dalam gelas?"

"Benar-benar primitif. Teh harusnya disajikan dalam cangkir" ucap ibuku.

"Aku minum teh dari gelas sampai sekarang? Memangnya salah?" Nathan ikut mengeluarkan suaranya.

"Tidak salah tidak, baginda Nathan kan tidak pernah salah, ya kan Zaki?"

"Haha iya"

Sejak saat itu aku tahu kalau minum teh dalam gelas bisa dianggap tidak sopan dan primitif di kalangan bangsawan. Aku jadi ingat iklan teh yang ada di dunia lamaku. Betapa primitif nya aku dan kawan-kawanku yang minum teh itu.

Nathan dan Zaki, beserta kedua gadis yang menemaninya diberi kamar tamu oleh ibuku. Karena hari sudah larut jadi mereka memerima tawaran ibuku menginap dalam kastil. Aku tentu saja tidur terpisah jauh dari mereka. Aku ada di mansion Kaisar. Di tengah kastil yang di jaga oleh ratusan tentara elit kerajaan. Malam ini adalah malam dimana aku akan diberi wewenang sebagai seorang pemimpin pasukanku sendiri. Upacaranya akan dilangsungkan tertutup, bahkan tidak terbuk untuk kedua sahabatku tadi. Hanya keluarga terdekat, beberapa jenderal, beberapa pejabat sekelas menteri, juga beberapa pemimpin kerajaan aliansi yang diundang langsung oleh ibu. Tidak semua aliansi di undang, hal yang utama adalah demi keamananku. Tidak semua orang tahu aku ini putri dari Kaisar Prestia. Karena tidak ada sistem broadcast atau media apapun yang dapat memberitakan pengangkatan diriku. Hal lainnya adalah karena ibu tidak tahu, mana pihak aliansi yang setia dan mana yang ikut terlibat merencanakan pemberontakan.

Ini adalah kali kedua aku berlutut dihadapan ibuku, di ruang tahta. Saat itu adalah pertama kalinya yang aku pikir aku akan dihukum pancung. Sekarang aku berlutut memakai gaun mewah warna merah darah. Gaun fancy super mahal ini khusus dibuatkan untuk acara malam ini. Penobatan. Ibuku berdiri di depanku dengan pakaian militer lengkap yang dipenuhi oleh beraneka medali. Dibelakangnya berjejer bibiku juga pamanku. Ibuku membawa pedang ramping, pedang yang sama dengan yang digunakan saat penobatanku sebagai putri dulu. Pedang perak dengan permata di sarungnya yang juga terbuat dari perak.

"Putri Remilia Sistine Gisellena dest Callistia von Heiken. Putri dari Prestia. Putriku. Aku Anastasia mengangkatmu menjadi seorang ksatria. Mulai malam ini namamu akan terukir dalam sejarah agung Prestia sebagai seorang prajurit. Jawab sumpahku." Ujarnya sambil membuka pedang itu dan mengangkatnya ke hadapan wajahnya.

"Saya, Remilia Sistine Gisellena dest Callistia von Heiken bersumpah akan mengabdikan diri untuk Kekaisaran Agung Prestia dan Yang Mulia Kaisar Agung Ratu Anastasia."

"Aku menerima sumpahmu. Jiwa ragamu kini milik Prestia" Ujar ibuku sambil menepuk-nepuk badan pedang yang ia pegang ke kedua pundakku.

Kemudian ia ikut mengankatku berdiri.

"Aku Anastasia, bersumpah untuk melindungimu. Putriku"

Dia berbisik sambil mencium pipiku.

"Nah sekarang minumlah ini" Ibuku memberiku gelas berisi air berwarna ungu.

"Ibu kan tahu aku tidak minum bir atau wine?"

"Tenang saja, itu hanya air perasan jeruk"

"Jeruk mana yang warnanya ungu?" Jawabku menatap ibu.

"Tenang saja yang mulia, ini hanya air perasan anggur, anda tidak perlu khawatir" Ujar sang pelayan yang membawakan gelas itu.

OHH jus anggur. Aku lantas meminumnya tanpa banyak berfikir. Ibuku mengangkat gelasnya mengajak semua tamu bersulang. LAH! punyaku sudah habis duluan. Ibuku hanya tertawa kecil melihatku.