"STHAAAAAAAAP!" Aku melompati pagar pembatas yang langsung menuju ke tempat dimana sang raja iblis di adili dan di tonton oleh masyarakat.
Bentuk pengadilan kota Heiken itu tidak seperti pengadilan umum. Pengadilan kota dibuat seperti arena, sementara pengadilan umum itu berada diluar, dibuat seperti panggung. Nathan pernah berada di pengadilan umum bagian luar dan di saksikan untuk langsung dihukum gantung. Pengadilan kota ini tempat untuk menimbang apakah tersangka bersalah atau tidak hingga akhirnya dipindahkan keluar untuk dihukum, atau juga dibebaskan.
"Berhenti nona muda, anda tidak boleh turun ke tempat ini!" Aku dihadang oleh tentara kerajaan Heiken dengan zirah perak dan jubah merah khas nya.
"Ini aku!" Kesal, aku langsung membuka penutup kepala dari jaketku dan membuat rambut panjang perakku terurai.
"YANG MULIA!" Mereka langsung berlutut.
"SISTINE!! SEDANG APA KAU DISANA!" Bibiku Grace berteriak. Dia berdiri lebih cepat ketimbang ibuku.
"Arara~ Aku tersaingi" Ujar ibuku kembali duduk dengan tenang.
Aku berjalan menghampiri sang raja iblis.
"SISTINE!! MENJAUH DARI SANA ATAU AKU AKAN MENARIKMU PAKSA!" Bibi Grace justru jadi orang yang paling berisik disana. Dia berteriak seperti sedang memerintahkan pasukannya dalam perang.
"Grace~" Ibuku terlihat menarik jubah Bibi Grace. Memintanya untuk tenang dan menjaga wibawanya yang hilang kendali.
Aku semakin dekat dengan sang raja iblis. Dia berbalik dan melihat ke arahku. NAH KAN SI GOBLOG! Ternyata benar saja, dia ini teman lamaku! Teman Nathan juga. Kami sudah kenal sejak lama. Namanya Zaki dan entah kenapa dia mengubah namanya jadi Zuck.
"SIA GOBLOG (kau goblok)! Bikin aku kaget saja!" Aku menghantam kepala sang raja iblis dengan telapak tanganku.
"SIA SAHA (kau siapa)?" Balasnya bingung.
"Ini aku Remi!" Bisikku agar tidak di dengar orang banyak.
"MASA IYA?? REMI KAN LAK-" Belum selesai dia bicara aku sudah tonjok perutnya dengan kepalan super Saitama.
"Ceritanya panjang, yang jelas namanya juga dunia fantasi, kalau kamu saja bisa jadi raja iblis, akupun bisa jadi putri" Jelasku memberikan petunjuk padanya.
"Ohohoho. Aku mengerti! Jadi apakah kau sudah ... "Tanya Zuck tak menyelesaikan kalimatnya namun mengganti kata akhirnya dengan isyarat jari telunjuk yang dimasukan ke dalam jari lainnya yang berbentuk lingkaran.
"MANA ADA! Aku mau melakukan itu dengan wanita yang aku cintai" Aku berbisik di bagian wanita, agar tidak ada yang curiga.
Tanpa sadar, aku mengobrol akrab dengannya. Hingga aku lupa sesuatu yang penting. AKU INI PUTRI!!! Bisa habis reputasiku jika semua orang tahu temanku adalah raja iblis. Aku mulai panik setelah melihat wajah ibuku. Dia memang terlihat tenang. Tapi alis depannya turun. DIA MARAH.. Belum lagi Bibi Grace dan Estelar yang wajahnya mulai memerah.
"Zaki, bisa lakukan sesuatu agar aku tidak dikira berteman dengan raja iblis atau semacamnya?" Pintaku.
"Gampang" Jawabnya.
Dia lantas melepas tanduk di kepalanya. Jadi selama ini tanduk itu hanya tempelan saja seperti bando. Semua orang terkejut melihatnya.
"Ahahaha maaf sebenarnya aku bukan raja iblis. Aku hanya penyihir tingkat tiga yang hobi mengoleksi seragam pelayan untuk para budakku" Ujar Zaki kepada Ibuku dan semua orang.
"Lantas bagaimana bisa kau mengeluarkan api hitam" Tanya Ibuku.
"Bu, aku bisa jelaskan"
Aku lalu mengeluarkan api hitam yang sama seperti Zaki. Kemudian kuganti warnanya menjadi hijau, ungu, biru, sampai seperti pelangi. Semua orang terkejut. Bibiku bahkan berdiri dari kursinya.
"SISTINE! MAUKAH KAU AJARI BIBI?" Sekarang justru bibi Estelar yang ribut. Dasar maniak sihir.
"Luar biasa Sistine! Tidak aku sangka kalau itu ternyata hanya trik dan kalian bisa menemukan hal unik dalam dunia sihir" Ujar Ibuku.
"Tunggu! Jangan lupakan bagaimana dia melepaskan rantai sihir" Ujar bibi Grace dengan wajah yang masih penuh dengan keraguan dan ketidak-percayaan pada Zaki.
Aku memang belum tahu caranya. Jadi aku juga menunggu Zaki menjelaskan. Dia menatapku seolah berkata, 'Serius kau tidak tahu caranya?'. Si brengsek ini menghinaku karena aku ketinggalan satu tingkat dibawahnya. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku.
"Mudah saja. Rantai sihir dibuat menggunakan rantai baja biasa namun dilapisi sihir kardinal. Yang kumaksud sihir kardinal adalah aliran sihir berbentuk akar pohon yang begitu banyak cabangnya. Rantai sihir dibuat dengan melubangi jalur-jalur pada sirkuitnya. Hingga sihir apapun yang dikeluarkan tidak akan mengalami kontraksi apapun dikarenakan kerusakan pada jalur sihir. Itulah yang membatasi sihir dan disebut area anti-sihir kardinal. Efek negatif dari kerusakan sirkuit dapat diatasi dengan cara mengalirkan sihir yang serupa dengan sumber utama pada jalur masuk sirkuit kemudian menambal jalan berlubang itu dengan sihir kecil. Itu adalah cara membuka rantai sihir secara normal, karena itu rantai sihir hanya dapat dibuka oleh pasukan penjaga yang memiliki energi sihir serupa. Namun, bukan tidak mungkin aku bisa membukanya paksa. Caranya mudah. Cari dimana sumber sihir itu berada, lalu luapkan energi sihirmu sebanyak mungkin"
Ahhh.. jadi dia mengibaratkannya seperti membobol gembok kode dengan kekuatan paksa. Jika kode tidak berpengaruh, hancurkan paksa saja dari intinya.
"Tapi bukankah orang tidak akan bisa memakai sihir setelah dibelenggu rantai ini?" Tanya Ibuku.
"Bukan tidak bisa. Hanya tidak ada sihir yang benar-benar terbentuk karena media, yaitu tubuh pemilik sihir di tutupi oleh jalur sihir rusak. Aliran sihir itu mengalir di dalam tubuh, jadi tidak ada yang bisa menghentikannya kecuali kematian" Jelas Zuck yang mengaku penyihir tingkat tiga itu.
"Aku paham sekarang. Ternyata memang banyak kecacatan dalam sihir ini." Ucapku.
"KAU PAHAM?!" Bibiku Estelar malah terkejut. Dia sepertinya tidak mengerti sama sekali apa yang dikatakan Zuck barusan.
"Sistine, menghadaplah ke Ibu" Titah ibuku.
Aku lantas naik ke atas balkon tempat ibuku dan bibiku duduk. Sudah jelas ibuku ingin menanyakan siapa Zuck sebenarnya. Jadi aku jawab saja Zuck itu teman lamaku saat kecil, kami sempat belajar sihir dan pengetahuan dunia ini bersama bersama beberapa orang teman lainnya. Zuck memang bukan orang jahat, dia juga bukan penyihir jahat. Hanya saja karena tidak sekolah akademik, jadi dia mencari sihirnya sendiri. Sama sepertiku. Itulah alasan yang aku berikan pada Ibu. Dia mengerti dan berkata akan mempercayai semua ucapanku. Lalu titahnya berubah.
"Bebaskan pemuda dan pelayannya itu!" Ibu memberikan perintah pada pasukan kerajaan.
"Juga, Zuck. Malam ini aku mengundangmu ke istana untuk makan malam bersama Sistine." Ujar Ibuku. Aku terkejut.
"Bu?! Makan malam dengannya?"
"Memangnya kau tidak suka? Kupikir pertemuanmu dengan teman lamamu harus dirayakan. Terlebih dengan dua jenius di istana, mungkin kami bisa belajar hal baru." Balasnya dengan wajah optimis dan bangga.