Chereads / Aku Hidup Kembali Di Dunia Lain Bersama Teman Lamaku / Chapter 13 - Chap 13: Bencana Besar Datang!

Chapter 13 - Chap 13: Bencana Besar Datang!

Penyambutan dan pesta besar diadakan. Hampir semua keluarga besar kerajaan hadir. Hanya Raja Heiken IV, mantan kaisar Prestia ke-IV saja yang tidak hadir. Ayah dari ibu dan ketiga bibiku juga dari raja Heiken. Beliau bilang akan datang jika sempat. Beliau sibuk berada di garis depan memimpin pasukan veteran menghabisi monster jahat di wilayah terdampar. Aku sekarang benar-benar berada dalam kesusahan. BIBIKU TERNYATA SAMA MANIAKNYA DENGAN IBUKU!

Aku tidak bisa bergerak. Bibiku bergantian memelukku sambil duduk. Aku rasanya tidak diperlakukan seperti manusia oleh mereka. Malah seperti hewan peliharaan. Bukannya aku tidak senang dipeluk oleh wanita yang cantiknya hampir sama dengan ibuku. Tapi jika seperti ini cara mereka memelukku, tidak lama lagi aku akan mati kehabisan nafas.

"Estelar. Sepertinya Sistine kesulitan nafas jika kau memeluknya seperti itu" Ujar ibuku yang berusaha menyelamatkanku dari pelukan monster ini.

"Ah maaf. Maafkan bibimu ini. Aku terbawa suasana setelah mengetahui kakanda punya anak gadis. Rasanya seperti aku juga punya anak"

NOO! Mana mungkin! Anakmu pasti mati di tanganmu sendiri. Cintamu bisa membunuhku terlebih aku ini punya daya tahan tubuh sangat lemah!

"Estelar benar! Kakanda seharusnya tidak menyimpan Sistine untuk kakanda sendiri. Bukannya kita sudah berjanji. Milikku adalah milikmu dan milikmu juga adalah milikku" ujar Grace.

"Ara! Benarkah aku pernah berkata demikian? Mungkin saat itu aku sedang mabuk" tukas ibu.

"Kakanda saat itu berusia 14 tahun, mana bisa mabuk. Bahkan sampai saat ini kakanda tidak pernah minum alkohol kan. Itu artinya kakak sadar saat berkata janji itu" Balas Elisabeth.

"Eli~ gadis kecil sebaiknya diam" ujar ibuku.

"Kau mengakuinya kan kakanda?" tambah Estelar.

"Kalian bertiga ingin merebut hartaku?"

"Kami bisa saja menyerang kakanda kapanpun kami mau" jelas Estelar dengan wajah yakin.

"Arara.. adik-adik kecilku sudah berani melawan." ibuku berdiri dari kursinya. Uwaaah! Auranya berubah jadi hitam pekat.

"Kami bukan lagi gadis kecil, kakanda" mereka bertiga pun bangkit dari kursi.

Semua orang berhenti. Mereka perlahan menjauh dari meja. Musik juga berhenti. Tiba-tiba suasana mencengkam. Aku tidak mengira kedatangan meraka akan berakhir seperti ini. Kupikir mereka ini akur saat pertama bertemu.

"AKU JUGA BUKAN ANAK KECIL!!"

ANJIIIIIIIR!! AKU NGOMONG APA?! Mereka berempat berbalik ke arahku. Aku keceplosan karena terbawa suasana. Mati aku.

"Maksudku, aku bukanlah barang yang bisa kalian perebutkan. Aku ini aku, jika kalian bersikeras aku lebih baik pergi dan jadi petualang"

EEHHHH SI ANJIR!! Mulutku tidak punya rem. Jelas aku sudah salah menyela mereka, malah mulut ini tambah sok tahu. Yasudah lah yang penting aku sudah menyampaikan apa yang ada di pikiranku.

"Benar juga. Aku tidak memikirkan bagaimana perasaanmu. Maafkan aku karena memperlakukanmu seperti barang, Sistine. Aku bersumpah tidak pernah berniat demikian, aku hanya terbawa suasana setelah melihat kecantikanmu." Estelar terlihat begitu murung. Dia duduk dengan kepala tertunduk.

"Oh Dewa. Aku juga terbawa suasana. Maafkan aku Sistine" Gracia memelukku lembut. Aku merasakan sensasi kenyal dan empuk yang begitu nikmat menyentuh wajahku.

"Maafkan aku juga Sistine, dan kakanda karena telah memancingmu" Elisabeth juga duduk kembali dengan wajah murung.

"Ara.. Aku yang harus minta maaf. Aku juga terbawa suasana sampai harus berdiri lancang dihadapan ketiga adik tersayangku. Sistine memang anakku. Begitu kataku yang berarti juga anak kalian"

IBUUUUUUU KAU MENJUALKU???

"Terima kasih kakanda. Namun kami hanya akan merasa demikian apabila Sistine yang menerima kami langsung" Ujar bibiku Grace dengan wajah yang begitu murung.

"Ya. Terserah kalian saja lah. Asal kalian tahu, aku ini tidak sebaik apa yang kalian kira. Aku ini pemalas, tukang tidur dan acak-acakan" ujarku.

"Terima kasih Sistine, kami juga akan menerimamu apa adanya dan menjagamu seperti anak kami sendiri", mereka bertiga memelukku.

Ibuku tersenyum padaku.

"Jadi ketiga pahlawan hebat akhirnya dikalahkan oleh sang putri" Raja Heiken VI, paman Jonathan datang membawa anggur di gelasnya.

"Diam kau Jonathan! Kau tidak punya hati!"

"AAAA! AKU JUGA PUNYA ANAK!" Pamanku tak terima sepertinya.

Lagipula memang justru paman Jonathan saja yang punya keluarga sungguhan diantara kelima adik-kakak ini. Aku malah miris kepada keadaan ibu dan ketiga bibiku. Juga aku yang belum punya pacar sama sekali.

"Sistine katakan sesuatu pada wanita-wanita keras kepala ini" ujar paman Jonathan.

"ahahaha apa boleh buat paman" balasku.

"Ya! Apa boleh buat Jonathan! Kau tak punya hati!" ujar bibi Estelar.

"KENAPA SELALU AKU?"

Baru kali ini aku melihat seorang raja dengan mahkota di kepalanya dipermalukan di depan umum. Memang dari segi struktur pemerintahan, raja wilayah itu berada di bawah kaisar dan jajaran dewan kehormatan kekaisaran. Ketiga wanita besar namun bertubuh kecil dihadapanku ini adalah orang-orang di dewan itu. Satu ayunan jari dari salah satu bibiku ini mampu menghancurkan sebuah negara. Di ujung jari bibiku Elisabeth saja terdapat kekuatan sebesar 800.000 orang. Hampir sama dengan kekuatan militer satu negara. Sementara kerajaan Heiken dibawah perintah raja Jonathan hanya memiliki sekitar 400.000 orang prajurit. Belum lagi, orang-orang yang berada di pasukan kekaisaran, kekuatannya sangat berbeda dengan pasukan kerajaan biasa. Hal itu tidak membuatku kagum setelah aku tahu, ibuku yang memimpin semuanya.

"SELAMAT MALAM SEMUANYA!!" Seseorang mendobrak paksa pintu masuk ruang pesta hingga pintu itu terlempar jauh ke dalam.

Tidak ada yang terluka untung saja. Siapa juga orang tolol yang mendobrak pintu sampai terbang begini.

"ANASTASIA DIMANA KAU!" Orang itu berteriak-teriak dengan suara yang kasar. Aku tidak bisa melihatnya dengan asap-asap itu.

"AYAHANDA!" Ibunda langsung berlutut.

Ibu, orang dengan jabatan tertinggi di negeri ini dibuat sampai berlutut. Belum lagi, ayahanda itu berarti.. KAISAR PRESTIA IV??? KAKEKKU?!

Semua orang berlutut. Tak terkecuali ibuku. Aku melihat paman Jonathan memang ikut berlutut, tapi sambil makan daging ayam. Tuhan yang benar saja. Pamanku ini raja, dia malah mengingatkan ku pada seseorang yang tidak punya wibawa.

"Aku Anastasia menghadap Ayahanda" Ibuku bergegas berdiri dan berjalan menghampiri pria itu.

Kakekku mulai masuk ke dalam ruangan menghampiri ibuku yang masih berlutut di hadapan pintu masuk. Mulai terlihat sosoknya. Rambut panjang pirang diikat. Wajah kotak penuh bekas luka dan terlihat masih kekar. Janggut dan kumis yang membuatnya seperti om-om dandy juga jas yang tidak rapi. Dia membawa pasukan dibekakangnya. Zirah mereka penuh goresan, jubah mereka merah namun yang paling mencolok adalah, MEREKA SEMUA TUA! Jadi ini artinya pasukan veteran. Mereka memang sudah veteran dalam pertarungan juga usia.

"Berdiri wahai putriku, Anastasia"

Ibuku berdiri. Namun kakekku sama sekali tidak memeluknya. Dia malah tengok kanan-kiri seperti mencari sesuatu.

"Mana anakmu?" Ujarnya.

MATI AKU... Firasatku sangat buruk.

"Remilia Sistine, kemari anakku"

Aku berjalan menghampiri panggilan ibuku. Entah kenapa kakiku bergetar. Aku tidak berani melihat mata kakekku ini.

"Namanya Remilia Sistine Gisellena dest Heiken, ayahanda" ujar ibuku dengan tenang mengelus kepalaku.

"Nama yang cantik. Bahkan orangnya lebih cantik dibanding namanya. Benar-benar rambut perak yang indah." Dia membelai lembut rambutku.

"YOSH! DIA AKAN MENIKAH!" Ujar kakekku setelah mengelus rambutku.

Aaaaaaaa.. rasanya nyawaku baru saja keluar dari mulutku.

"Ayah! Kau tidak bisa seenaknya!" Ibuku menarikku kepelukannya.

"Benar ayah! Jika kau ingin menikahkan Sistine, lebih baik aku yang gantikan!" Bibi Gracia berdiri.

"Oh kalian juga datang?" ujar kakek polos.

Yang benar saja. Ini kan menang acara penyambutan mereka! Lalu kakek tua ini malah menganggap mereka tidak ada sedari tadi. Aku mulai menyesali keputusanku untuk jadi putri di keluarga ini. Saat itu hidupku terancam jadi aku tidak ada pilihan. Namun sekarang harga diriku sebagai pria yang terancam.

"Gracia kau mau menggantikan Sistine? HAHAHAHAHA kau sudah terlalu tua"

Bibi Gracia langsung terduduk lemas. Lengannya gemetaran. Bibi Gracia yang dikenal dengan sikapnya yang tenang dan selalu mengutamakan keanggunan seorang lady sejati dibuat hampir menangis dengan kata-kata yang tajam itu. Kakek tidak punya perasaan. Bertahanlah bibi!

"Aku akan menikahkan Sistine dengan anak dari raja agung William, pangeran Arthur Yang Agung"

"Arthur? Maksudmu pria berkilau yang pernah melamarku? Sistine menikah saja aku tidak setuju! Apalagi dengan orang itu! Jika dia ingin menikahi Sistine itu artinya perang!" Ujar Ibuku dengan wajah marah.

"Kau mau melawanku Anastasia?"

"Hap! Sistine akan menjadi putri yang kelak mengubah kekaisaran ini menjadi tempat yang lebih baik! Menikahinya berarti menikahi seluruh rakyat Prestia!"

"Aku Gracia dari Heiken, Laksamana Tertinggi Armada Laut Prestia dan Jenderal Marshal Pasukan Darat Prestia berdiri besama Putri Remilia Sistine dan Kaisar Prestia V"

"Aku juga!" tegas Estelar, orang terkuat sebenua ini.

"Aku juga!" tambah sang penguasa lautan beku.

"Maaf Ayah. Aku tidak mau dihajar kakakku" Raja Heiken VI bahkan berdiri walaupun wajahnya terlihat takut.

"Aku juga! Bagiku Putri Sistine adalah keponakan yang sangat berharga disamping keunikan sifatnya. Aku tidak akan membiarkan kebebasan Putri liar ini direnggut" Ujar Putri Miliana yang dari tadi diam saja. Dia adalah adik dari paman Jonathan, putri ke-5 setelah bibi Elisa. Dia adalah menteri hukum Heiken dan hakim agung Prestia.

"Mau bagaimana pun ayah kalah jumlah. Aku memang tidak terlalu mengerti, tapi jangankan menikah, putri Sistine bahkan tidak bisa melipat pakaiannya sendiri, dia juga pemalas dan ceroboh, jadi lebih baik kalau dia berada di bawah pengawasan ibunya saja" ujar Putri Ivannova, putri ke-6 yang terkenal judes dan satir.

"AHAHAHA menggelikan. Kalian berdiri untuk melawan orang tua renta sepertiku?"

Renta tengkorakmu retak!! Ototmu bahkan lebih kekar dibanding prajurit kekaisaran!

"Baiklah! Aku terima tantangan kalian. Aku akan tunda pernikahannya dan menjadikan Arthur tunangan Sistine untuk saat ini. NAMUN! Jika dalam waktu yang ditentukan Sistine tidak ada perkembangan, aku akan menikahkannya paksa walaupun harus membunuh kalian semua! ingat itu anak-anakku yang bodoh!"

Kakiku lemas. Air mataku tiba-tiba mengalir deras. Aku menangis walaupun aku tidak ingin. Apakah ini yang namanya takut? Sudah lama sekali rasanya aku tidak dibuat gemetaran seperti ini.

"Sistine.. Tenanglah, ibu akan selalu berada di pihakmu" Ibuku lantas mendekapku.

Pihakku dia bilang. Padahal tadi dia menjualku kepada adik-adik maniaknya. Ya Tuhan, pilihanku benar-benar membawa bencana besar. Entah apa lagi bencana yang menungguku di depan sana..