Setelah berbagi cerita dan mengobrol sedikit tentang latar belakang kami masing-masing. Lantas kami berkemas. Menguburkan mereka yang sudah gugur di pertempuran tadi dan mengobati yang terluka dengan sihir pengobatan. Walaupun tidak langsung sembuh, tapi cocok untuk pertolongan pertama. Kami lalu kembali ke kota untuk mengobati yang terluka sekaligus beristirahat. Aliran mana di tubuhku kurasakan masih mengalir sangat deras. Tembakan sihir dan sihir pengobatan yang kulakukan tadi hanya mengurangi sekitar 1% dari kekuatanku saja. Beda cerita jika aku yang kena pukul. Rasanya aku jadi seperti guci mahal yang ada di toko antik. Bernilai tinggi, tapi rapuh. Sialan.
Kami berpisah di dalam kota Brisky dan kembali ke tempat kami masing-masing. Aku kembali ke penginapan bibi Egni di selatan kota. Aku berjalan melewati pasar kota yang cukup ramai. Rasanya semua mata tertuju padaku. Tidak nyaman sekali diperhatikan dengan tatapan penuh nafsu seperti ini. Aku jadi bisa merasakan perasaan wanita cantik yang sering aku perhatikan saat di dunia lama. Mereka langsung berjalan cepat jika aku melihat mereka. Padahal sekarang aku memakai pakaian tertutup dan sama sekali tidak menggoda. Karma is real dude.
"Bibi Egni!!" Aku langsung masuk dan membanting pintu masuk utama ke restoran di penginapan bibi Egni yang juga adalah lantai pertama dan jalan utama.
"Siapa kau?" Ternyata Lidya yang langsung berkata seperti itu kepadaku setelah aku masuk.
"Aku Remi! Ceritanya panjang. Bisakah aku langsung masuk ke kamar?"
"Remi? Mana mungkin kau Remi!! Remi itu laki-laki. Tinggi. Kusam. Acak-acakan.."
"Aaaa!! Sudah-sudah! Jangan diteruskan! Rasanya hatiku sakit mendengarnya" Ucapku menghentikan hinaan yang dilontarkan Lidya sebelum semakin memanjang seperti surat permintaan maaf temanku karena belum bisa bayar hutang.
"Tentu saja dia Remi. Pakaiannya saja sama. Cara berjalan dan nada bicaranya pun sama. Hanya tubuhnya yang tidak. Remi itu kan kuat, bisa saja ini adalah salah satu sihirnya. Betul kan Remi?" Bibi Egni muncul dari dapur membawa roti yang baru dia buat.
"Benar sekali bibi. Untuk sekarang aku tidak bisa kembali ke wujud asliku. Jadi mungkin aku butuh Lidya untuk membeli pakaian wanita. Aku ingin tidur siang sekarang." Ujarku sambil naik ke atas, menuju kamarku.
"Ah- dia tidur siang. Ternyata memang Remi". Ujar Lidya setelah mendengarku berkata ingin tidur.
***
"REMI!!"
Aku mendengar teriakan seorang wanita yang membangunkanku dari tidur siangku. Sebelumnya tidak pernah ada yang membangunkan tidurku. Suaranya sih seperti Bibi Egni, tapi terdengar seperti sedang panik sambil menggedor pintu kamarku sangat keras berulang-ulang.
"Ada apa bibi?" Ucapku dari atas kasur karena masih lemas.
BRAAAAAAKKK!!!!
Pintu kamarku didobrak dengan sangat kasar hingga pintunya terbuka paksa dan salah satu engselnya patah. Aku yang terkejut sontak terbangun dan terperanjat dari kasurku. Pedangku ada di pojokan kamar dan sulit kugapai. Tanpa sopan-santun dan tanpa kata apapun, dua orang pria bertubuh kekar langsung menarikku turun dari kasur. Aku dipaksa berlutut dan dipasangi sejenis borgol besi di tanganku.
"APA-APAAN INI?!" Aku berteriak karena aku merasa di hakimi tanpa penjelasan apapun sementara yang kulakukan hanya tidur siang.
"Diam kau wanita iblis!" Ujar seorang pria yang memborgolku.
Iblis? Jadi mereka kira aku ini iblis seperti para petualang yang aku tolong di hutan? Kenapa bisa mereka menganggap aku seorang iblis sementara tubuhku ini sangat lemah??
"ADA APA INI BIBI?" Aku berteriak pada bibi Egni yang hanya bisa melihatku dengan tatapan yang begitu terlihat iba.
"Maafkan kami Remi.." Ujarnya terisak.
"Benarkah wanita ini yang kau bilang iblis?" Tanya seorang penjaga ke arah belakang pintu.
"Ya. Dia orangnya" Jawab seorang wanita yang muncul dari balik tembok.
GWAAAAAAA!!!! SI YULIA GOBLOG!! Sudah kuduga tidak akan benar jika aku berurusan dengan orang bernama Yulia! Si keparat ini dari awal terlihat tidak suka kepadaku dan sekarang menuduhku jadi iblis?!
"GOBLOG kau Yulia! Apa salahku padamu?" Aku begitu kesal dan marah kepada wanita ini.
"Goblog? apa itu? Apa itu mantra? Hati-hati sepertinya dia akan mengeluarkan mantra yang tidak kita kenal dengan menyebut nama seseorang di belakangnya. Sepertinya goblog itu kutukan" Ujar seorang penjaga lain yang memborgolku dari sisi kanan.
"Tenang saja, dia di pasangi gelang anti-sihir. Sekuat apapun sihirnya tidak akan bisa berguna jika sudah terkekang benda ini"
Benar saja si anying. Sihir apapun tidak bisa kugunakan saat aku membayangkannya. Bisa gawat jika terus begini. Aku harus mencari cara kabur atau setidaknya meluruskan salah faham ini.
"Aku bukan iblis! Coba saja pakai kristal sihir padaku" Ujarku berusaha tenang.
Kristal sihir yang pertama aku gunakan saat masuk kota. Benda itu bisa mendeteksi aura jahat juga, termasuk jika kau bangsa iblis. Warnanya akan berubah jadi merah. Seseorang lantas tiba membawa kristal sihir dan menyimpannya di depan wajahku. Warnanya berubah. BIRU MUDA!!! SI ANJING BIRU MUDA APAAN? Tiba-tiba kepala patroli kota, Karen sang ksatria wanita muncul membawa seorang pria tua berjenggot panjang seperti Gandalf.
"Tolong kau periksa kristal ini master Gundalf." Ujar Karen.
EEHHHH?? Namanya hampir sama! Apa jangan-jangan dia ini saudara jauhnya Gandalf ya?
"Gadis ini memang iblis. Namun hatinya suci. Walaupun di pikirannya penuh dengan kata-kata mengumpat dan tidak senonoh. Hatinya tetap suci." Ujar pak tua itu.
Heh?! Jadi ternyata selain lemah, aku ini iblis jika memakai tubuh perempuan.
"Kita tidak bisa menghakiminya disini. Lebih baik bawa dia ke ibukota. Biarkan pasukan suci yang memutuskan apakah gadis ini berhak dibakar atau tidak." Ucap Karen.
"Goblog sia anying bangsat YULIAAAAAAAAAAA!!"
"Awas iblis ini berkata hal aneh lagi. Sepertinya itu mantra mengutuk lainnya" Ujar penjaga tadi ketakutan tidak tahu bahwa yang kukatakan itu adalah ungkapan kekesalan pada seorang wanita bernama Yulia.
TUHAAN! Dia bilang aku akan dibakar jika terbukti aku layak dan pantas. Semoga saja aku tidak layak bakar. Aku tidak ingin jadi sate seperti apa yang terjadi pada Jeanne d' Arc. Aku tidak mau, setelah kematianku nanti aku malah menjadi karakter utama di sebuah game gacha. Remilia, si iblis cantik berhati suci tukang ngomong kasar, Super Rare. Mereka lantas menutup wajahku dengan kantong kain dan mengikatnya. Aku masih bisa mendengar suara mereka dengan jelas. Aku merasa seperti beras raskin dengan kepala di dalam kantong berbahan seperti karung goni seperti ini.
Mereka mengangkut tubuhku ke pundak salah satu penjaga. Jadi seperti ini rasanya diculik ya. Rasanya sangat tidak nyaman terlebih dengan dada yang sudah tumbuh ini. Ada yang mengganjal dan membuatku bergeliat mencari posisi nyaman untuk diculik. Rasanya sesak seperti ditekan. Entah akan dibawa kemana aku, yang jelas aku tidak bisa melawan dengan segel sihir dan kekuatanku yang gemulai sekarang ini.