Chereads / Aku Hidup Kembali Di Dunia Lain Bersama Teman Lamaku / Chapter 3 - Chap 3: Kota Pertama dan Para Petualang

Chapter 3 - Chap 3: Kota Pertama dan Para Petualang

Perjalanan menuju kota Brisky bukanlah perjalan yang terbilang panjang. Hanya setengah hari saja dari desa Carnin. Terbaiknya aku seperti pernah melihat kejadian ini. Aku duduk diatas kereta kuda bersama beberapa pria nordik berambut gimbal pirang dengan pakaian lusuh dan beberapa lagi berpakaian seperti tentara bayaran. Memang aku dari tadi tertidur di atas kereta kuda ini, sesaat setelah aku bangun aku menyadari suatu hal yang mengingatkanku kepada kejadian dalam game yang pernah aku mainkan.

"Hey! Kau! Baru bangun huh? Kudengar kau ingin mencoba melewati perbatasan?" Ujar pria berambut pirang gimbal yang sebagian rambutnya di kepang.

"Tuan, bisa kutanya kemana tujuan kita?" Tanyaku kepada supir kereta kuda.

"Brisky tentu saja. Bukannya kau ingin kesana?" Jawabnya.

"Bukan Helgen? Aku tidak akan di penggal kan?"

"Bicara apa kau anak muda? Memangnya siapa yang akan memenggalmu?" Balasnya.

"Sepertinya kau dapat mimpi buruk huh?" Tambah pria pirang yang pertama menyapaku.

Situasi ini mengingatkanku jika aku ini adalah seorang dragonborn dan akan bertemu seekor naga di kota nanti. Semoga saja tidak. Aku menikmati perjalananku yang menurut mereka tidak lama lagi kami akan tiba di kota Brisky. Jalanan dari tanah merah yang tidak ditumbuhi rumput karena sering digunakan untuk menjadi jalan melintas kereta kuda ataupun para penduduk sementara di pinggir jalannya rumput tubuh subur dengan pohon pinus berjejer mengikuti panjangnya jalanan.

Aku tiba di kota Brisky. Seperti kota-kota zaman medieval yang sudah ada dalam benakku. Gerbang besar dari kayu yang sangat tebal yang kemudian juga dilapis oleh baja berbentuk jeruji. Belum lagi tembok besar yang mengitari gerbang tadi. Tembok raksasa yang terbuat dari batu alam dengan ketinggian sekitar 5-6 meter ini pastinya juga digunakan sebagai benteng karena kulihat diatasnya ada beberapa penjaga yang disampingnya diterangi oleh cahaya dari api obor. Gerbang raksasa itu terbuka setelah salah satu penjaga melihat konvoy yang datang dari desa Carnin. Kami lantas memasuki gerbang dan melewati beberapa penjaga tanpa pemeriksaan hingga akhirnya kami berhenti.

"Kita sudah tiba. Ayo cepat kemasi barang bawaan kalian!" Ujar seorang ksatria yang mewakili Karen.

Ada prosedur untuk bisa menginginap bahkan hanya untuk bersinggah di kota ini ternyata. Beberapa persyaratan itu antara lain bersih dari status kriminal selama 3 bulan kebelakang, kemudian mengisi formulir dan membayar sejumlah uang pajak yang tidak terlalu banyak tergantung dari siapa dan apa keperluanku di kota nanti. Aku di tes menggunakan sebuah kristal yang katanya adalah kristal sihir untuk membaca statusku. Apabila kristal bening berbentuk bola itu bersinar maka dipastikan aku ini masih punya catatan kriminal yang belum dibersihkan. Kristal itu berwarna putih ternyata yang berarti aku netral dan bersih dari status buruk. Kemudian beberapa pertanyaan seperti siapa namaku, dari mana asalku yang aku juga tidak tahu harus menjawab apa sampai aku berbohong kalau aku ini sesungguhnya adalah petualang yang hendak mengelilingi dunia. Aku terpaksa menggunakan kekuatan browsingku. Aku mencari dimana tempat yang memungkinkan bagi orang dengan kulit sawo gelap sepertiku ini lahir.

"Nuasa. Aku berasal dari tanah Nuasa."

Nuasa adalah benua yang berbeda di timur. Dihimpit oleh Yamato dan Ming. Mungkin jika di duniaku ketiga kontinen raksasa ini adalah Asia. Ya. Aku berasal dari Asia. Rasanya seperti berbohong tapi tidak bohong. Mereka memeriksa barang bawaanku. Tidak ada yang faham dengan apa yang aku bawa dan mereka juga tidak ambil pusing untuk bertny satu-persatu soal barang bawaanku. Antrian masih panjang dibelakangku. Bersyukur juga aku punya kekuatan browsing ini. Aku merasa kalau di dalam kepalaku ini ada prosessor dan aku sendiri adalag google berjalan. Kalau saja aku punya kekuatan ini di dunia nyata mungkin aku sudah kaya dan lulus dari Oxford.

Mereka memberiku surat jalan yang di stempel oleh penjaga. Itu adalah tanda bukti atau bisa dibilang paspor untukku. Aku juga tidak bisa mengeluarkan barang bawaan milikku ini sembarangan. Bisa jadi barang yang mereka anggap asing akan dianggap senjata dan aku bisa kena masalah. Untuk sementara, aku akan mencari penginapan dan mencari tahu info di kota ini lewat internet super canggih dikepalaku.

***

Aku dapat penginapan murah. Penginapan sederhana yang sepi dari pelanggan. Orang yang menjaga penginapan itu adalah seorang wanita paruh baya dengan tubuh agak gemuk. Dia punya anak gadis yang juga menjadi pelayan di penginapan yang sekaligus restauran itu. Si ibu bernama Egni dan si gadis pelayan bernama Lidya. Suami sang pemilik sudah tiada beberapa tahun lalu saat perang. Itulah informasi yang kudapat dari ibu pemilik penginapan yang saat ini sedang mengobrol denganku.

Aku banyak bertanya soal bagaimana cara mendapatkan uang yang cepat. Bibi Egna, kupanggil wanita pemilik penginapan itu agar lebih akrab. Dia berkata apabila aku cukup kuat, menjadi petualang adalah pilihan terbaiknya. Memang sangat berbahaya karena aku aku harus berhadapan dengan hewan buas, makhluk jahat hingga bandit yang artinya aku bisa mati kapan saja diluar sana. Apa bedanya dengan duniaku yang lama. Cepat-lambat aku juga akan mati karena terlalu banyak minum minuman penambah energi kalengan. Yang ada bantengnya.

Sudah diputuskan! Aku akan menjadi petualang dan memulai karirku di dunia ini sebagai petualang se-kelurahan!