Berpetualang di dunia baru yang tidak aku ketahui itu sudah menjadi impianku sejak remaja. Dunia yang penuh dengan keajaiban, sihir dan alam yang indah membuatku rindu betapa serunya masa mudaku bermain game MMORPG. Aku ingin merasakannya secara nyata. Kini aku mendapatkan kesempatan itu. Tentu saja aku akan menggunakan kesempatan hidupku kali ini dengan sangat baik dan semaksimal mungkin. Aku ingin menikmati kehidupan baruku sebagai petualang.
"Anak muda! Bangunlah! Kita sudah tiba di desa"
Aku terbangun oleh suara pria yang sama dengan yang mengajakku menaiki gerobaknya. Tiba di sebuah desa yang kulihat cukup banyak orang hilir-mudik disekitarku. Mereka tentu saja memandangiku yang baru bangun dari tidurku dan masih berbaring diatas rerumputan. Sepertinya bukan karena aku orang asing. Aku baru saja tersadar bahwa pakaian yang kami kenakan sangat jauh berbeda. Aku memakai jaket taktis berwarna hijau tebal dengan topi dan celana hitam dengan sepatu semi-taktis yang juga berwarna hijau. Ransel besar yang aku peluk dan aku jadikan bantal guling saat aku tidur di gerobak ini. Berbanding 180 derajat dengan apa yang ada di hadapanku. Para warga memakai pakaian lusuh dan terlihat kotor. Pakaian yang terbuat dari bahan yang kulihat sangat kasar seperti karung atau semacamnya. Beberapa orang lainnya memakai pakaian yang terbuat dari kain tipis. Baju yang mereka kenakan sangat persis seperti baju abad pertengahan. Pakaian yang biasa dipakai oleh rakyat kalangan menengah kebawah.
Tak hanya itu, rumah-rumah warga yang aku lihat juga terbuat dari tumpukan batu alam dengan atap kayu dan jerami kering. Beberapa rumah juga ada yang terbuat seluruhnya dari kayu seperti villa khas pegunungan. Beberapa lagi bahkan ada yang masih terbuat dari campuran kayu dan jerami. Wajah para penduduknya kusam seperti sudah tak mandi berbulan-bulan. Tapi dari yang aku lihat, sepertinya semuanya manusia yang sama sepertiku dan mereka mengerti dengan apa yang aku ucapkan.
"Dimana aku tuan?" Tanyaku kepada pria yang mengantarku.
"Kita berada di desa Carnin, tempat tinggalku. Jika kau ingin tinggal disini sebaiknya cari penginapan murah." Ujarnya sambil menurunkan rumput dari gerobak ke dalam sebuah keranjang yang terbuat dari anyaman dedaunan panjang yang sudah menguning.
Carnin.. Dimana itu desa Carnin, aku tidak pernah dengar. Tiba-tiba saja muncul sesuatu di dalam pikiranku saat aku memikirkannya.
"Desa Carnin adalah desa percontohan yang berada di wilayah perbatasan antara Kekaisaran Prestia dan Kekaisaran Ming. Masuk kedalam wilayah Prestia dan dijadikan desa untuk orang-orang yang menjadi korban perang atau pengungsi dari wilayah lain. Kota terdekat dari desa ini adalah kota Lexue yang berada dibawah pimpinan raja Brisky dari kerajaan Brisky."
Informasi dasar dari desa ini muncul di kepalaku, bukan hanya itu informasi lengkapnya pun ada. Jumlah penduduk sampai keuangan desa ini ada di dalam kepalaku. Benar-benar seperti browsing dari internet.
"Tuan ini untukmu karena telah mengantarku ke desa ini" Ujarku memberikan selembar uang 100 ribu untuknya.
"Apa ini anak muda? Kau memberiku secarik kertas bergambar?" Ujarnya sambil melihat-lihat uang itu dengan aneh.
He?! Dia tidak mengenal uang kertas? Aduh aku lupa aku berada di dunia yang bukan dunia lamaku lagi. Lalu bagaimana aku membayar pria ini? Aku membuka isi tasku dan mencari apakah ada barang yang bisa aku berikan kepadanya. Ah! Ada roti isi krim coklat. Apa dia mau menerimanya ya.
"Tuan, aku akan memberimu roti spesial, apakah kau mau?"
Dia lantas menerimanya. Roti itu masih terbungkus plastik agar tetap steril dan tidak berjamur. Dia melihat-lihat roti itu dengan seksama. Beberapa orang yang melintas memperhatikan kami.
"Hap"
GAAAAAAAHHH!!!! Dia memakan roti itu dengan plastik yang masih terbungkus!
"Tuan! Kau tidak harus memakan pembungkusnya. Bukalah pembungkusnya lalu buang, kau cukup makan saja isinya."
Aku lantas membukakan roti itu dari plastiknya. Dia melihatku dengan serius. Setelah terbuka dia lantas mencoba gigitan pertama roti isi krim coklat milikku. Dia mengunyahnya perlahan.
"UWAH!!! MAKANAN APA INI!! RASANYA LIDAHKU MELELEH DAN RASA MANIS INI MENYELIMUTI MULUTKU"
Pria tadi makan segigit roti sambil berteriak-teriak. Matanya berbinar sambil terus mengunyah.
"Ini adalah makanan paling lezat yang pernah aku makan seumur hidupku! Terima kasih anak muda, aku akan bawa sisanya untuk anak dan istriku." Dia langsung berlari, meninggalkanku, rumput hasil kerjanya juga kerbau yang dia tunggangi tadi. Padahal itu adalah roti seharga 5000 rupiah yang aku beli di Indoapril.
Orang-orang mulai berbisik sambil menatapku. Ah. Perasaanku tidak enak. Sebaiknya aku cepat pergi dari sini dan mencari kedai atau sejenisnya. Dari reaksi yang aku dapatkan saat melihat pria tadi makan roti, sudah jelas. TIDAK ADA TOKO SWALAYAN DI DUNIA INI! Kacau. Sepertinya aku harus sesegera mungkin pergi ke kota dan mencari sesuatu untuk bisa terus bertahan hidup. Uangku tidak akan berlaku sekarang, begitupun kartu kredit. Yang aku pikirkan pertama kali adalah mencari pekerjaan di kota dan mencari uang. Desa ini sepertinya tidak akan memberikan kesempatan untukku mencari uang banyak. Sebenarnya bisa saja aku memakai internet di dalam pikiranku ini. Tapi jika terlalu mengandalkannya rasanya petualanganku jadi tidak akan seru.
Lantas kemudian aku putuskan untuk berjalan-jalan sekitaran desa ini dan mencari info sewajarnya. Kudengar ada tentara dari kota yang akan datang dan memunguti pajak kepada warga sekitar. Aku bisa menumpang kepada mereka dengan membayar 100 koin tembaga. 100 koin tembaga terbilang mahal di dunia ini dan jarang masyarakat di desa ini yang memiliki uang sebanyak itu. Jika harga penginapan dan makan itu 10 - 15 koin tembaga, bayangkan 6 hari aku bisa hidup dengan 100 koin tembaga yang bila dibandingkan dengan ongkos yang hanya sekali jalan ke kota itu sudah sangat mahal sekali. Akhirnya aku menukarkan satu bungkus makanan ringan berupa keripik kentang rasa sapi panggang, satu bungkus permen penyegar mulut dan satu botol minuman rasa jeruk kepada pedagang terkaya di desa dengan uang koin senilai 5 koin perak atau setara 500 koin tembaga. Mereka sangat tertarik setelah mendengar cerita masyarakat yang tersebar sangat cepat soal roti isi krim coklatku.
Sore harinya setelah aku selesai menukarkan beberapa bekal makananku untuk uang perak. Pasukan kota benar-benar datang ke desa ini. Mereka menggedor setiap rumah untuk memunguti pajak yang bervariasi tergantung dari kondisi kuangan si keluarga. Ada yang hanya ditagih 1 koin tembaga dan ada yang di tagih 5 koin tembaga. Bahkan tak jarang beberapa orang membayar pajak dengan kentang atau jagung. Kuhampiri seorang tentara dengan baju besi sederhana yang sangat memperlihatkan pangkat pria ini. Dia pasti adalah prajurit.
"Tuan, aku ingin menumpang kepada kalian sampai kota, kudengar kalian bisa memberiku tumpangan dengan 100 koin tembaga"
Pria itu tak lantas memberiku jawaban. Hal pertama yang dia lakukan setelah pertanyaanku selesai kuucapkan adalah memperhatikan penampilanku dari bawah - keatas - kembali lagi kebawah. Aku tahu apa yang ada di dalam pikiran pria ini. Pakaianku aneh, parasku unik, rambutku hitam. "Siapa dan darimana orang ini" adalah ungkapan yang bisa aku baca dari sorotan matanya kepadaku.
"Bicaralah kepada komandan kami" Balasnya sambil menunjuk ke arah seorang ksatria dengan baju zirah baja yang jauh lebih mewah dari pria ini. Dia juga memakai helm yang menutupi seluruh kepalanya.
Aku mengikuti arahan prajurit tadi dan perlahan berjalan menghampiri ksatria berkuda. Aku harus hati-hati. Salah kata sedikit mungkin kepalaku bisa putus tanpa aku sadari.
"Tuan, bisakah aku menumpang sampai ke kota bersama kalian? Aku akan membayar biaya perjalanannya" Ungkapku dengan tangan terkepal di dada merasa bahwa tidak aman mendekati ksatria ini.
"Tentu saja, kau tahu kan biayanya 100 koin tembaga, selama kau membayarnya kau bisa ikut bersama kami" Kudengar dia membalas jawabanku. DENGAN SUARA WANITA!
Dia lantas melepas helm bajanya dan kulihat rambut panjang berwarna jingga terurai dari dalam helm itu. Sosok wanita dewasa yang cantik terlihat. Dia seperti wanita Eropa yang sering aku lihat di lukisan-lukisan klasik. Rambut jingga dengan kulit putih pucat.
"Namaku Karen, aku kepala pos utara Kota Brisky. Sebaiknya kau mengingat namaku jika tujuanmu adalah kota Brisky" Lanjutnya.