Arc I : Dunia Baru
Musim panas adalah musim yang aku pilih untuk cuti dari pekerjaanku dan pergi berlibur bersama para sahabatku yang sebagiannya kebetulan rekan kerjaku juga. Kami kenal sejak kecil. Tidak jauh-jauh, kami hanya ingin liburan keluar pulau saja. Set list tujuan liburan kami sudah ditentukan sejak lama agar rencana kami berjalan sesuai keinginan dan tidak ada satupun momen berharga yang terlewatkan. Kupikir ini akan menjadi hari yang menyenangkan dimana akhirnya aku bisa melepaskan penat di alam dan pantai. Memakai pesawat dan kini aku harus menggunakan bis untuk sampai di hotel tempat kami akan beristirahat. Bis ini seperti bis liburan pada umumnya. Ada pemandu, lagu-lagu barat yang sedang populer, juga turis-turis asing yang kebanyakan orang barat dan Asia timur. Ada beberapa turis domestik juga seperti aku dan teman-temanku. Jalanan yang bis kami lalui terasa mulai menyempit. Hanya cukup untuk satu mobil di satu jalur yang searah. Selain itu tikungan mulai tajam dan sisi kanan kami adalah jurang yang dibatasi oleh beton pembatas jalan sementara sisi kanan kami adalah jalur untuk arah berlawanan yang kemudian dibatasi oleh dinding-dinding tebing curam.
Awalnya aku tidak memikirkan apapun. Tidak sampai terdengar lagu "Deja Vu" dari album Eurobeat milik Dave Rodgers. Lagu ini dikenal setelah film animasi asal Jepang bertema balap mobil "Initial D" melejit. Seiring ketukan irama lagu ini yang makin meningkat sang supir kurasa menyetir makin gila. Temanku malah ikut mengangguk-angguk dan bernyanyi, "Deja Vu".
"Woy, kalian memangnya tidak takut? Ini bis mulai jadi bis Tayo" Ujarku.
"Santai Rem, si pak supir ini sedang dalam 'zone'-nya" Balas Nathan santai sambil membuka bungkus roti yang dia beli di toko grosir tadi pagi.
Aku tahu Nathan juga hobi kebut-kebutan jika memakai mobil dan disuguhi musik trap atau BDM dengan bit diatas 160 BPM. Tapi ini kelewatan, ini bis bukan mobil sedan. Aku mulai khawatir dan saking was-wasnya aku tak henti-hentinya memandang keluar, kearah jendela untuk melihat jarak antara badan bis ini dengan pagar pembatas jalan. Jika terlalu dekat aku akan langsung berteriak.
Jalan berkelok sudah terlewat. Huft. Aku menghela nafas lega. Ternyata supir bis ini memang pembalap sejati. Mungkin sebelum dia jadi supir bis, dia ini pembalap profesional atau mungkin juga pedagang tahu. Kebanyakan dari turis ini sudah mabuk alkohol, jadi mungkin mereka tidak sadar dengan apa yang baru saja mereka lewatkan.
"Mantap mang!" Teriak Nathan sambil mengacungkan jempol kepada supir.
"Mantap bang!" Si supir berbalik dan mengacungkan kedua jempol tangannya.
Di depan adalah belokan tajam dan tentu saja.
JDAAAANG!!
Aku bisa mendengar dengan jelas bis ini menghantam pembatas jalan. Aku menatap ke arah jendela bis. Kulihat bis ini melayang dan tepat dibawah kami adalah hutan lebat. Waktu serasa menjadi sangat lambat. Ah habis sudah, pikirku. Tak kusangka liburan yang aku nantikan akan berakhir seperti ini. Padahal aku belum sempat menikah atau bercinta. Semua ini karena lagu deja vu. Ya sudahlah mau bagaimana lagi. Aku hanya bisa memejamkan mata, berharap tidak sakit saat bis ini mendarat menghantam tanah dari ketinggian ini.
***
Setidaknya itulah yang aku ingat. Aku terbangun di sebuah tempat yang kosong tidak ada apapun. Hanya warna putih saja yang menyelimuti seluruh pandanganku. Apakah ini alam baka? Tiba-tiba saja muncul sesuatu di dalam kepalaku, seolah aku sedang membayangkan sesuatu yang tidak sedang aku bayangkan saat ini. Bayangan itu memaksaku melihat sebuah tulisan besar.
"Apakah kau ingin hidup kembali di dunia lain?"
Dunia lain? Maksudnya dunia gaib atau dunia sesudah kematianku? Yang aku yakini adalah saat ini aku sudah mati mengingat kejadian tadi. Tapi dari yang aku pelajari, setelah mati aku tidak akan ingat apapun. Jadi apa ini artinya aku belum benar-benar mati? Dan malah dipindahkan seperti ke dunia gaib?
YA.
Kujawab pertanyaan di dalam kepalaku. Kemudian muncul pertanyaan-pertanyaan lainnya seperti aku sedang dalam interview kerja. Apa kekuatan unik dan khusus yang aku inginkan. Benar-benar pertanyaan sulit. Ada tiga bar kosong. Aku memilih untuk bisa browsing internet dari dunia nyata. Mungkin terdengar aneh, tapi jika memang bisa akan sangat luar biasa. Bayangkan aku di dunia antah berantah dan bagaimana nantinya, tapi internet dan pengetahuan dari dunia nyata itu sangat luas dan mungkin akan berguna untukku bertahan hidup. Lalu apa lagi ya, kurasa aku ingin memiliki kekuatan untuk menjadi diriku yang lain. Aku ini gamer, setidaknya aku biasanya memiliki 4 karakter dengan kekuatan yang berbeda masing-masingnya. Mungkin bisa berubah menjadi karakterku yang lain juga akan sangat membantu. Yang terakhir mungkin yang paling absurd dan curang jika memang ketiganya menjadi kenyataan. Aku ingin mempunyai kekuatan yang sangat besar yang bahkan para dewa tidak bisa melawannya.
Nama: Remilio Reztarga
Ras: Manusia
Etnik: Nuasa - Prestia
Sihir: 3
Tangan Kosong: 7
Kecepatan: 14
Kelincahan: 13
Kecerdasan: 18
Ketahanan Fisik: 12
Ketahanan Sihir: 10
Yang muncul kemudian adalah data diriku dengan nama yang sama seperti nama asliku. Beberapa statistik mengenai kemampuanku di dunia ini. Dijitnya kebanyakan hanya 2 angka. Dengan status serendah ini aku mungkin hanya bisa berjualan siomay saja di dunia ini. Biasanya saja jika aku bermain game setidaknya sihirku itu ada di angka ratusan sementara kekuatan fisik ada di angka ribuan. Rasanya aku seperti baru main game level 1.
Tidak ada pertanyaan lain. Kepalaku rasanya sangat pusing. Sangat pusing hingga membuatku tak sadarkan diri.
Terbangun aku, entah berapa lama semenjak aku berada di tempat serba putih itu. Aku kini berada di atas hamparan rumput yang sangat luas. Berbaring tertiup angin dan terpapar langsung sinar matahari. Sama sekali tidak terasa panas. Bahkan cenderung hangat. Aku bangkit dan duduk. Kulihat pakaian dan ranselku masih utuh. Barang bawaanku juga tidak ada yang berkurang sedikitpun. Ponsel! Aku langsung membuka tasku dan meraih ponsel smartphone yang ada di bagian terdalam tasku. Tidak ada sinyal. Jam tanganku menunjukkan pukul 10 pagi. Berarti ini masih waktu saat aku berada di bis tadi. Aku membuat jam matahari sederhana dari garpu makanku yang aku tancapkan di tanah. Miring 45 derajat. Tunggu kearah mana aku memutuskan barat dan timur? Yang jelas dari udaranya ini masih pagi. Antara pukul 8 atau pukul 10. Terserah saja lah. Aku berdiri dari tempatku dan mulai menghirup nafas dalam-dalam.
SEGAAARNYAAAAA!!!!
Kulihat sepanjang mata memandang dari tempatku berdiri adalah padang rumput yang luas. Jauh di depannya terdapat pegunungan tinggi yang atasnya di selimuti oleh es. Ada beberapa bunga liar yang tersebar di sepanjang hamparan rumput luas ini. Aku penasaran, apakah ada kehidupan lain di sekitar sini? Kira-kira berapa jauh aku ke tempat dimana aku bisa menemukan orang lain? Dan dunia seperti apakah tempatku berpijak saat ini membuatku penasaran dan semakin bersemangat untuk mulai berjalan. Aku berbalik dengan antusias tinggi untuk melakukan perjalanan.
"Sedang apa anda tuan?" Seseorang menyapaku.
Aku melihat seorang pria dengan topi jerami dan pakaian yang lusuh sedang menaiki seekor kerbau yang membawa gerobak roda berisikan rumput-rumput di belakangnya. Dia memandangku dengan tatapan aneh namun sangat penasaran. BAJINGAN! Selama ini aku tiduran di pinggir jalan ternyata. Baru saja aku pikir akan menyebrangi gunung es itu untuk mencari jalan, ternyata jalan itu tepat berada di belakangku.
"Aku tersesat, bisakah anda mengantarku ke kota terdekat tuan? Aku akan membayarmu tenang saja." Tanyaku kepada orang asing didepanku.
"Tentu saja tuan. Naiklah di belakang"
Petualangan yang dari dulu aku idam-idamkan ini baru akan kumulai. Aku ingin menjadi petualang yang baik. Aku ingin melihat keindahan dunia ini. Begitu banyak hal yang ingin aku lakukan saat ini, namun untuk sekarang yang terpenting aku dapat penginapan.
Aku lantas mengikuti tawarannya dan naik di atas gerobak bersama dengan tumpukan rumput segar yang baru dipangkas. Ngantuk sekali rasanya. Aku akhirnya tertidur diatas gerobak ini karena tiupan angin yang begitu nyaman.