Chereads / PADI DAN KAPAS / Chapter 25 - Pasir kebahagiaan

Chapter 25 - Pasir kebahagiaan

"Apaan siiiii gak aku apa apain kali' Di"

"Maksud anda apa helooo"

"HELOOOOOOOO" ucap Kapas yang segera mengikuti

"Berisik tau…., gimana kalau kita jalan kaki aja …., capek kalau mecet gini Ka"

"Iyaa yaa harusnya kita naik sepeda aja kali yaaa Ka, bingung juga bisa semacet kaya gini"

"Kalau aja semua orang berfikir sama kaya kamu Di' … pasti nggak macet gini"

"Jangan donk .., yang boleh mikirin kamu kan cuma aku aja …"

"Yaaa asal yang sebenernya aja .."

"Serius nie.. beneran … kamu mau …?" tanya Padi yang hampir mengatakan gejolak rasa dalam hatinya, kerinduannya yang sudah lama tertahan dan kini pertemuan itu telah tiba, seakan bagaikan mimpi

"Yaaa enggak lah, nggak enak tau di fikiran orang terus"

"Yaaa bukan di fikiran orang tapi di fikiran ku, waaahh kayaknya macet parah ini … kita nggak usah ke sana aja gimana Ka?"

"Uuuuhhh capek .. terserah lah .. mau kemana" ucap Kapas sambil mengingat-ingat kata awal sebelum itu "Ya bukan di fikiran orang tapi di fikiranku" tidak terasa ternyata Kapas sudah memandang wajahnya Padi dengan dalam, meski ternyata Padi tidak memperhatikannya

"Siap.. !!!" ucap Padi dengan segera mencari jalan keluar

 

  Setiba di pantai

 

"Waaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh pemandangannya indah banget ..."

"Biasa aja ....!!! dasar anak emak" ucap Padi yang ikut berdiri di sampingnya Kapas

"Apa ….. !! ngomong apa…., eh ini namanya menyukuri nikmat tuhan tau.." jawab Kapas dengan berjalan

"Eeeh mau kemana, kamu itu ke sini bukan buat liburan ngerti ??!!! heloooo"

"He he he nggak kebalik yaaaa ?" ucap Kapas menghalau

"Apanya…. yang mau di balik apanya … yang nilainya lebih jelek siapa hayo?"

 "Iyaaaa bawel ok" ucap Kapas dengan malas

"Mau makan dulu gak …. ?"

"Iyaaa yaaa aku akan harus makan yang banyak biar kuat gendong pangeran"

"Ciaaaaaah pangeran rayuan kamu itu nggak laku.."

"Bodo amat .., tapi aku nggak bawa uwang looo yaaa Di"

"Bodo amat … yaaa paling entar aku suruh cuci piring ajalah…"

"Mana ada dalam perjanjian yang seperti itu" ucap Kapas sambil mengikuti Padi yang berjalan dengan cepat, Kapas faham tidak mungkin Padi sekejam itu

 

    Sesamapai di tempat makan

 

"Ka' kamu mau pesan apa? aku kayaknya mau menu yang ini aja, kamu mau makan apa?"

"Salad buah aja, dan es teah"

"Selara kamu bagus juga, selain hemat bagus juga buat tubuh …. hmmmm pantesan kamu selalu cantik hehehe"

"Ya iya lah …. mana ada cewek yang tampan"

"Ha ha ha nyadar juga dia … mari makan … makanan sudah sampai"

"Selamat makan …."

  

 "Ok …. makan udah… istirahat pun sudah, seka… rang kita mulai permainannya  siap !!!!" ucap Padi dengan bahagia

"Iyaaaa dech yang menang, awas aja kalau macam-macam" ucap Kapas menegaskan

 

   Kapas pun mulai menggendong Padi meski berat tetap berusaha lagi pula baginya bersama Padi adalah hal yang paling di nantikannya.

Padi yang menggunakan kesempatan ini sebagai obat pelepas rindu yang selama ini dia nanti, dia bersandar di antara rambutnya Kapas yang terurai, memang Kasihan tapi Padi tau jika Kapas pasti kuat, lagian baginya ini adalah kesempatan yang sangat sulit dia dapatkan

"Nggak usah senyum-senyum ... dech" ucap Kapas dengan menahan beratnya

"Ha ha ha ….. emang kamu lihat, sok tau" jawab Padi yang mengelak

   Padi menyenderkan kepalanya di pundaknya dan jarinya tangannya mengenai wajah Kapas, membuat Kapas malepaskan tangannya dan Padi pun terjatuh

"Aaaaauuuuuuuu.... kok di jatuhin siiiiii" ucap Padi yang terkaget

"Nggak usah ngada ngada dech…." ucap Kapas dengan kelelahan

"Ok !!! aku minta maaf …" ucap Padi dengan segera menyadari kesalahannya

 

Mereka pun melenjutkan perjalanannya kembali, di pinggiran pantai banyak gadis-gadis yang sedang besantai yang membuat Padi sengaja ingin iseng,

dengan masih di gendongannya Kapas Padi menyapa gadis-gadis itu …

"Hayyy cewek … sedang apa??" ucap Padi dengan melambaikan satu tangannya dan sebenarnya adalah itu karena Padi ingin mencari perhatiannya dari Kapas

"Ka' liat dech mereka canti-cantik seksi udah punya pacar belom yaaaa?"

"Suka-suka kamu lah …, mau ngomong apa…!!" ucap Kapas cuek dan marah sambil mencubit kaki padi yang masih di gendongnya .

"Aaaaaduuuuuuhhhhhhh Ka' sakit tau lepasin …. Kapas !! aaauuuuuuu sakit tau … !!" ucap Padi dengan langsung turun dari gendongannya Kapas

 "Kamu bilang katanya jangan macam-macam, nah… terus kenapa aku di cubit ... oooohh,,, jangan-jangan kamu cemburu yaaaa oooooohh ketahuan" tuduh Padi yang melihat wajahnya Kapas memerah

"Udah dech aku capek" ucap Kapas dengan tidak peduli dan berjana menjauhi Padi, Padi yang melihatnya ingin tersenyum atau merasa iba dan entah apa yang dia rasa, yang jelas bahagia adalah satu kata yang hampir mirip mendekati kenyataan

"Kapas… jangan marah donk" panggil Padi dengan meraih tangannya

    Namun Kapas yang kesal tidak lagi menghiraukan nya, dia terus berjalan menjauh dari Padi, Padi hanya pura-pura tidak tau jika Kapas memang cemburu, dengan menahan tawa Padi mengangkat Kapas dari belakangnya.

"Apaan siiii" teriak Kapas dan rasa kesal pun seketika hilang dan berubah menjadi tawa riang

"Haha haahaaa biar ku buang ini marah-marah nya .." ucap Padi yang menggendong Kapas menuju bibir pantai

"Turunin gak…..  ahhhhhh pokoknya gak mau kalau di ceburin ke air laut ….. nggak mau… Di ... turunin aku" pinta Kapas dengan berusaha melawan pelukan eratnya Padi, dan karena memang niat Padi ingin meman menceburkan Kapas ke gelombang ombak

"Byyurrrrrrrrrrrr"

 

"Hahahahahahahaha" seketika merekapun tertawa bersama

"Aku kan udah bilang jangan ceburin ... ahhh kamu ma gitu…"

 

   Dan mereka pun bahagia diantara deburan air laut yang di hiasi pasir cantik putih seputih cinta mereka, dan mereka bahagia di antara gulungan ombak yang kembali berulang menyapa mereka, tawa candanya seakan membalas kepedihan yang selama ini mereka rasa. Tak terasa waktu sudah menghadirkan rasa lelah dan mereka duduk berdua di temani indahnya suasana pantai yang belum pernah mereka duga sebelumnya. Puas hari setelah kian lama menunggu pertemuan ini.

"Kapas … maaf yaaaa aku udah sengaja bikin kamu marah, gadis-gadis itu memang cantik karena mereka perempuan, tapi bagi aku.. seorang perempuan akan lebih cantik itu karena hatinya walau pun keras kepalanya … kaya...…. kamu"

  Kapas memandang wajah Padi dengan rasa yang amat berbeda karena kejujuran terasa sangat hadir, namun Kapas memilih untuk diam dan sengaja memakai kan pasir di wajahnya Padi, meski Kapas seakan cuek dengan apa yang di katakananya, Padi tetap merasa bahwa kata-kata darinya seakan hanya berlalu begitu saja, tapi Padi sangat yakin bahwa apa yang dia ucapkan telah meresap ke dalam hatinya Kapas, bahkan ke hati yang paling dalam.

 Tidak terasa senja pun begitu cepat menghampiri ....

"Padi…. gimna nieee aku basah kuyub semua nya …. ahhh kamu siiii …."

"Yaaa udah kita  cari toko baju dulu, kayaknya sebelah sana ada, yaaa biar kamu juga nggak gitu-gitu terus juga bajunya"

"Apa maksud kamu …. Jadi menurut kamu baju aku itu jelek semua!?"

"Hahahahahahahaha yaaa nggak lah"

"Tapi kamu yang bayarin yaaaaaaa .."

"Maaf yaaaa nona cantik, aku nggak bawa uang"

"Ooooohhhh gitu"

"Nggak bawa lah ….. tapi kalau di dompet maaa jangan di tanya"

"Banyak …..?"

"Nggak ada juga hehehehe…. udah nggak usah bawel, sono pilih sendiri, yaaaa uwang aku cukup lah .. buat beli baju satu hehehe.."

"Kok satu yaaa gak cukup lah Di"

"Iyaaaa iyaaaaa satu toko lah … cukup udah sana cari, aku tunggu sini aja, entar gantian juga aku mau ganti baju"

 Lalu Kapas memilih baju hingga keluar dari toko sudah rapi, Padi yang dari jauh memperhatikan kian kagum dengan Kapas, dengan baju apa aja yang dia pake selalu saja terlihat anggun dan cantik, pakai warna apa aja coco, namun Padi tidak gampang memujinya namun lebih gampang dengan kritikan karena Padi suka kalau melihat Kapas yang ngambek

 

"Kapas kamu itu kenapa siiii, nggak bisa pilih baju apa gimana haaaa?"

 sambil kerepotan membawa  baju kotornya yang belum dia rapikan di kantong plastik, Kapas mengamati baju yang di kenakannya lantaran di kritik oleh Padi

"Ooohhhhhhhhh, jadi menurut kamu itu aku harusnya pilih baju yang bolong-bolong … gitu, terus yang pusernya kelihatan gitu..., nggak yaaaaaaaaaa kalau kamu mau .., coba aja kamu pake sendiri terus itu berdiri di sana ada kaca yang geeedeeeee banget sono .....!"

"Duch kamu itu makin manis aja kalau di godain yaaa,  iyaaa dech … lagian kan yang cantik itu orang nya bukan baju nya, iyaa nggak" ucap Padi yang ingin menyudahi kritikannya

"Nggak laku rayuan kaya gitu" ucap Kapas membela diri

"Ya udah… ,ayoooo kita pulang …." ajak Padi

"Tapi aku lapar …." ucap Kapas mengeluh

"Bayar sendiri tapi… , besok aku gantin lah…"

"Ganti pake apa ….?"

"Ganti pake aku padamu "

"Hahahaha.. , aku padamu … Negri .."

   Dan ketika kapas berjalan lebih dulu … padi sengaja berkata dengan kencang

"Akan aku ganti dengan lamaran dari cinta ku untuk mu"

 Kapas yang mendengar itu langsung, berbalik arah dan bertanya dan menantangnya karena tidak ingin Padi tau jika Kapas bahagia dengan ucapannya

"Iya kapan?"

"Iya sekarang mau?"

"Melelahkan!" ucap Kapas yang mengganggap itu hanya gurauan

   Dalam saat seperti ini pun kedua nya tidak bisa langsung berkata jujur, perasaan yang sama takut akan cintanya bertepuk sebelah tangan menjadi alasan untuk tidak berkata yang sebener nya, dalam hati berkata berharap dan iyaaa, namun ketika di lisan semua nya berbeda dari yang iyaaa menjadi tidak, dari yang serius di bilang bercanda.

 

Sesampai di rumah Liana

"Sudah … sampai"

"Liana mana yaaa kok nggak keliatan"

"Ngapain siiii, cari dia di sini ada aku …" ucap Padi agar Kapas menoleh kepadanya

"Mana ada … kalau sampai niee aku pulang tidak dengan bersama mobil aku... hmmmm jangan di tanya gimana ngomelnya Mama!"

"Iyaa iyaaa gak usah curhat, turun … apa masih kangen" tanya Padi

"Haaaaaaaaaaaaaaa ?????"

   dan Liana pun membuka kan pintu pagar

"Hayayy Pak, Bu  gimana … jalanjalan nya, hari ini hehehehe" sapa Liana yang turut berbahagia melihat keceriaan mereka

"Ahhhh Kapas nyebelin"

"Iyaaa soalnya cuma sebentar gitu kan …? mau ngomong gitu kan Di"

"Macetttt  nya itu loooo tadi pas berangkat nya"

"Iyaaa lah, di jam segitu ma udah pasti, ayooo masuk dulu" ajak Liana kepada mereka

"Nggak usah dech, aku takut dia kemalaman niee" jawab Padi

"Yaaaa ok !!, silahkan di bawa mobilnya Bu Kapas… masa kontrak sudah selesai ….hahahahaha"

"Mmmmm gayanya, yaaa maklum lah calon pengacara"

"Haha .. pengangguran kurang acara"

Liana pun hanya bisa tertawa mendengarnya

"Ok … pulang yaaa makasih looooo udah kasih mobil aku parkiran"

"Ok, santai aja ...… hati-hati di jalan"ucap Liana berpesan kepada Kapas

"Kapas hati-hati jangan makin nabrak" tambah Padi

"Yaaaa nggak lah …"

"Nabrak hatinya Padi maksud nyaaa … hehehehe" ucap Liana bergurau

"Pulang yaaaaaaaaaaaaaaaa …." dengan terus melambaikan tangannya dari mobil yang udah mulai jalan

 

   Tidak semua waktu selalu menghadirkan kebahagiaan dan  sesuai  yang kita harapkan

Kapas pun sudah sampai di halaman rumahnya dan Padi cukup memperhatikan dari mobilnya, tanpa sepengetahuan dari Kapas, Padi mengikutinya dari tempat Liana memastikan bahwa Kapas sampai rumah tanpa ada hal yang kurang, dari jauh terlihat Kapas yang sampai di halaman rumahnya lalu padi pun pulang.

 

"Kapas…. dari mana" tanya Mamanya yang tiba-tiba ada di depannya dan sudah terdengar nadanya yang kesal

"Dari…."

"Nggak sama Padi kan … ?"

"Nggak kok Maa dari rumah Liana doank"

"Perasaan seorang ibu itu tidak akan salah Kapas ….." ucap Mamanya yang seakan memang mengetahui kejadiannya

"Maksud Mama apa …? aku nggak ngerti?"

"Mama nggak suka kalau kamu masih berteman dengan Padi…!!"

"Memang kenapa Maaa, kita cuma berteman.."

"Mama nggak mau lagi denger alasan apapun. Cukup jauhi dia, tidak ada alasan untuk memiliki hubungan dengan dia

"Kok Mama tiba-tiba kaya gitu siii apa salahnya padi Maaa, ? apa?!!" Kapas pun sudah tidak bisa menahan air matanya

"Karena sampai kapan pun tidak akan pernah akan ada iktikad baik antara keluarga kita dan dia" tegas Mamanya Kapas yang langsung ucapan itu tersangkut di telinga Kapas yang menyeret banyaknya pertanyaan, ada apa, mengapa, kenapa, sementara Kapas tidak mengerti sedikitpun

"Apa maksudnya … Kapas gak ngerti …Ma!"

"Ckup Kapas … masuk kamar dan Mama nggak mau dengar apapun lagi tentang hubungan kamu dengan Padi!!!"

 

     Dengan terisak tangisnya Kapas masuk kamar dan merasa aneh dengan sikap mama nya yang tiba-tiba berkata demikian.

"Sebenarnya apa yang telah terjadi .., kenapa Mama begitu marah, apa salahnya Padi pada Mama ku, masalah apa hingga menyangkut keluarga ku .. Padi….  aku takut untuk pisah lagi sama kamu dan sebenernya masalah apa...….. !!!"

   Cinta Kapas kepada Padi yang besar membuat Kapas tidak peduli kepada seberapa benci Mamanya kepada Padi, faham dengan ucapan Mamanya tapi juga Kapas tidak mau kehilangan orang yang sangat di cintainya, bukan lah Kapas adalah seorang anak yang bandel tapi memutuskan hubungan dengan seorang yang di cintai nya tentu nya tidak mudah.

 

"Kapas sayang ….. bangun … udah siang" panggil Mamanya sambil mengetok pintu kamar

"Kenapa maaa .... , masih pagi juga .." ucap Kapas dengan membuka pintu kamar nya

"Iyaaaa Mama cuma mau bilang, Mama hari ini ada undangan tempatnya lumayan jauh, jadinya Mama berangkat sekarang, biar nggak telat sampai sana …"

"Apa aku di suruh ikut, aaahh kok nggak ngomong dari kemaren siiii Ma?"

"Enggak kok, kamu di rumah aja, nggak usah kemana-mana …"

"Oh iyaaa Maaaaaa!"

"Yaaa udah, Mama pergi yaaaaa"

 

   Setelah menutup kembali pintu kamar nya, kantuknya pun langsung hilang seketika di ganti dengan senyum merona

"Aaaaaaaaaaaaassssssssikkkk, aku mau jalan-jalan, kemana yaaaa, mumpung Mama nggak  di rumah"

   Kapas pun langsung mandi dan berkemas  ingin mengajak Liana jalan, namun Liana tidak ada di rumahnya  

"Dimana dia …" sejenak berfikir  lalu menelfonnya

"Halooooo lagi di mana ? ooooh, yaaa udah aku nyusul yaaaa, ok"

 Kapas pun langsung menyusul Liana yang sedang ada di taman kota

 

"Kapasss aku di sini …." panggil Liana saat melihat Kapas yang masih di mobilnya

"Ok! tunggu aku pakir bentar …!"

    Setelah memarkirkan mobilnya Kapas pun menyusul Liana dengan gembira

"Duduk-duduk, ada Padi juga kok, cuma nggak tau tu anak lagi kemana …"

"Haaaaaa ??? sama Padi kamu ke sini …?"

"Tenang dulu, ceritanya itu aku minta di temenin ma dia itu karena aku butuh foto-foto pemandangan yang bagus, dia kan bisa tuu ambil gambar yang keren-keren …"

"Hahaahaa, yaaaa nggak pa-pa lagi nama nya juga kalian sodaraan .."

"Kirain belom tau"

"Heheheheee .. "

  Di saat Kapas dan Liana  sedang asik ngobrol, Padi sengaja mencuri moment yang bahagia itu, tanpa rekayasa tanpa editan begitu manisnya senyum Kapas yang tertangkap di gambar kamera, setelah cukup puas memandangnya, Padi pun menyusul mereka.

 

"Hayyyyy semua …." sapa Padi yang kedatangan membuat detak jantungnya Kapas amburadul

"Eeehhh udah selesai, coba liat!" pinta Liana

"Yaaa entar dulu, belum ku pilihin meski beberapa yang paling bagus yang harus kamu pakai lah"

"Oooooooh …!"

"Kapas sejak kapan nyusul kita …?" tanya Padi menyapa

 Namun Kapas diam hanya medengarkannya

"Iiiiccchhhh di tanyain juga ….. malah di kedipin mata doank"

"Tau ah gelap"

 

    Terdengar alunan musik yang seolah kian dekat dan makin dekat dan Padi yang memang tau itu topeng monyet ingin mengajak Kapas untuk melihatnya

"Eiiyaaaaaaaaaaaa …!! ada topeng monyet, pasti itu topeng monyet"

"Ayoooo kita kesana!" ajak Liana

"Nggak ah ….." ucap Kapas menolaknya dan terlihat wajah nya yang takut

"Ayoooo lah …" ajak Liana kembali

"Pulang yuuuuukkkkk, ayooo ahhhh pokoknya kita pergi dari sini sekarang!" pinta Kapas yang tidak di mengerti oleh Padi dan Liana

"Apaaan siiii …. jangan bilang kalau kamu takut yaaa sama monyet ya Ka!"

"Eeeng.. gak kok .." ucap Kapas yang mulai terlihat ketakutan

"Kamu kenapa siiii, kok mendadak aneh gitu Ka'?"

   Terdengar suara dari permainan topeng monyet itu kian dekat, Kapas pun langsung berlari dan tidak mau lagi mendengar apapun, Liana dan Padi pun ikut mengejarnya hingga Kapas terjatuh karena berlari ketakutan

"Aduh gimana … Ka' ? pasti sakit ini lengannya Di"

"Kayaknya tangan kanan aku yang kanan kaya patah" ucap Kapas merintih kesakitan

"Coba, coba ….. lecet nggak … nggak siii tapi kayaknya mungkin terkilir ini " ucap Padi dengan kawatir

"Adduhhh gimana nieee?"

"Meski kita bawa ke tukang pijit aja lah mending biar langsung tertangani oleh ahlinya Na"

"Ada siiii deket rumah aku, Kapas .. kaki nya ini lecet gini, sakit juga nggak?"

"Udah aku gendong aja lah, daripada malah kelamaan" ucap Padi dengan sigap

"Nggak.. nggak .. masih bisa jalan kok, auu leengan aku…. yang sakit banget Di"

"Iya makanya ayooo berangkat sekarang aja, Liana kamu bawaain ini aja"

  Susana yang mengharukan bagi Kapas di saat diri nya sakit, ada yang sangat perhatian, rasa sakit pun sedikit berkurang karena adanya Padi di sampingnya

"Liana.. kamu yang bawa mobil apa aku nie..?"

"Yaaaaa kamu lah… enak aja … mau nyaa deket-deket Kapas mulu huu"

   Di antara Manahan sakit dan ingin tersenyum akhirnya kapas pun tertawa dengan menahan sakitnya

"Yeee dia malah tertawa.."

"Apaaan siiii sakit tau …" rintih Kapas yang sedikit tertawa

 

    Mereka pun segera menuju tukang urut yang rumahnya berdekatan dengan rumah Liana, setiba di sana ada orang yang sedang di urut kaki nya karena kesleo, karena kesakitan orang itu teriak-teriak, sampai tukang urut pun memarahinya, teriakan orang itu membuat Kapas takut dan tidak ingin di urut saja, rasa taku nya makin bertambah melebihi takutnya pada topeng monyet.

"Ayooo kita pulang aja, entar cari obat apa gitu …" rintih Kapas dengan menahan sakitnya

"Kapas …. kalau terkilir itu harus langsung di urut kalau tidak itu berbahayaaa!" pertegas Liana

"Iyaaa tu… dengerin !.."

"Aaaaaaaaaaaaaaa… nggak mau aku takut Di … pokoknya ayo kita pulang saja!"

 "Engga-nggak ... kita di sini ikut tangung jawab atas kamu Ka' nanti apa kata Mama kamu kalau tau, Kapas tenang lah ada kita tukang urut nya juga gak bakal kenceng-kenceng kok ngurut nya kalau tangan cewek" bujuk Padi agar Kapas bisa tenang

"Kamu mau sembuh nggak, di pikir aja jika kamu pulang dalam keadaan begini, wah udah pasti kita semua yang di omelin sama Mama kamu Ka'"

     Dan terdengar lagi suara pasien yang kaki nya lagi di urut

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa … tuuu kan, nggak mau ah… aku mau pulang pokoknya Di aku takut"

   Liana dan Padi pun panas dingin menenangkan Kapas yang sepertinya susah untuk di bujuk namun mereka juga sangat paham bahaya yang akan datang jika sampai mereka menuruti kemauan Kapas.

"Kapas .. coba kamu pikir, kalau sampai kamu gak mau di urut tangannya , entar siapa yang mau antar kamu pulang , emang bisa kamu nyetir mobil sendiri ..?" bujuk Liana dengan menakutinya

"Iyaaa, bener itu … dan coba kamu pikir, apa yang akan kamu katakan pada Mama kamu, kalau kamu pulang tapi kita yang nganterin?"

    Dengan mengusap air matanya Kapas pun mencoba mendengar kan kata-kata mereka, "mungkin ini karma karena aku tidak patuh dengan nasehat Mama tadi pagi, andai aku menurutinya pasti aku akan baik saja tiduran di kamar sepanjang hari"

"Tapi takut … mereka saja teriak-teriak kesakitan kaya gitu"

Yaaa udah lah kita pulang, tapi ingat yaa kalau itu tangan kamu entar bengkok nggak bisa di benerin karena telat penanganan aku nggak mau tau .." ucap Padi yang mencoba menjelaskan

"Aaaaaa…. Padi kok ngomong nya gitu siiiiiii"

"Iyaaaa lah kalau kamu sampai masuk rumah sakit ingettt aku nggak akan mau nemenin kamu, karena itu udah salah kamu Ka'" ujar Padi menakutinya

"Udah lah sakit pas di urut itu kan nggak lama .. Ka" bujuk Liana

"Iyaaa dech, ya udah tapi tetap kalian di samping aku yaa"

Mendengar itu Liana dan Padi pun bisa bernafas lega,

"Nah gitu  dong jangan bikin orang repot!"

 

 Dan tibalah Kapas pun akan di urut

"Yang sakit yang mana … ?" tanya tukang urutnya

"Yang ini mas, lengan kanan nya" jawab Padi

 Padi yang duduk di sisi kiri nya dan Liana yang masih berdiri di depannya karena permintaan dari Kapas, ketika tukang urut itu menyuruh Liana dan Padi untuk siaga jika saja Kapas nanti berontak saat di urut karena tidak tahan menahan rasa sakit nya, dan benar saja jika tidak ada yang sigap menjaganya mungkin Kapas lebih pilih kabur, Liana yang memegangi tangan kanan nya sementara padi di sisi kirinya menahan badan Kapas yang berontak, dan tak terasa Kapas berada dalam pelukannya Padi, menangis dalam dekapan seorang yang sangan di cintainya tanpa ada kesengajaan, Liana pun tidak menghiraukan nya, dia tetap fokus dengan keadaan sahabatnya.