Matahari terbit membangunkan dua insan yang masih saling melekat nyenyak dengan balutan selimut.
Mayra membuka mata dan menatapi Zofran yang sedang pulas tertidur.
"Terimakasih dengan semua yang kau lakukan, meski kau terlihat seperti membeli ku namun aku merasakan memiliki ibu sekarang."
Mayra pun beranjak dari ranjangnya, namun kepalanya terasa sangat pening ketika berdiri, dia pun mencoba untuk duduk sejenak, lalu Mayra merasakan nyeri di bagian perut bawahnya.
"Emmm.... sttt, ini sakit sekali ya, baby kamu baik baik saja di dalam kan?" Ucap Mayra menahan sakit, Zofran pun mulai membuka mata dan memeluk Mayra dari belakang.
"Ada apa?"
"Perut ku sakit sekali, kepala ku juga pusing."
"Ayo kita ke rumah sakit, kau harus di periksa."
Zofran mengambil elap dan air untuk mengelap tubuh Mayra, lalu memakainya baju, Zofran segera mandi dan mengendong Mayra yang masih merintih kedalam mobil.
Sesampainya di rumah sakit Mayra di periksa dokter.
"Bagaimana dok?"
"Nyonya Mayra mengalami anemia, dan kandungannya sangat lemah."
"Lalu apa yang bisa kita lakukan dok?"
"Nyonya Mayra harus melakukan perawatan di rumah sakit sampai kandungannya baik baik saja, lakukan badrest selama dua atau tiga Minggu kedepan."
"Tapi bayi kami akan selamat kan dokter?"
"Semua tergantung pada keadaan ibunya pak."
Akhirnya Mayra harus menjalani perawatan di rumah sakit sesuai dengan anjuran dari dokter, siang dan malam Rida dan Zofran bergantian menjaga Mayra.
"Mam, Zofran belum kembali ya?" ucap Mayra yang baru saja bangun setelah di suntik vitamin.
"Belum, ada apa sayang?"
"Mam, Mayra mau makan bakpao."
"Kamu ngidam? ya sudah mami telpon Zofran dulu.
"Halo, kamu dimana nak?"
"Dijalan mam, ada apa?"
"Mayra minta di belikan bakpao, kamu cari ya, dari tadi pagi soalnya Mayra baru minum susu, dia gak mau makan."
"Yasudah, Zofran cari, tolong jaga Mayra ya mam."
"Siap komandan." Zofran terkekeh mendengar sahutan maminya yang setiap siang siaga menjaga Mayra.
"Mami, mami sudah makan?" tanya Mayra.
"Sudah, tadi bi Juju bawakan makan siang untum mami."
"Mami, seharusnya mami di rumah saja Mayra bisa kok disini sendiri, lagi pula di depan itukan banyak perawat."
"May, mami gak bisa lihat kamu sendirian menghadapi semuanya, mami tau kamu takut ada masalah serius sama baby nya."
Air mata Mayra turun perlahan, jika ibunya masih ada mungkin ibunya lah yang akan menjaga dan selalu ada di sampingnya.
Rida membelai rambut Mayra dengan penuh kelembutan dengan ekspresi wajah yang tenang, tangan Mayra menggenggam tangan Rida, Mayra mengecup tangan Rida.
"Terimakasih mami, maaf Mayra selalu menyusahkan mami."
"Mayra, siapa yang di susahkan, mami senang bisa ada di samping anak mami sekarang, May apapun yang terjadi kelak, jangan pernah merasa bersalah atau sedih, semua adalah ketentuan yang di tetapkan oleh Tuhan."
"Mami, terimakasih." Ucap Mayra lalu memeluk Rida dengan air mata haru yang kini mulai turun dengan deras.
Sepulang dari kantor Zofran kembali ke rumah terlebih dahulu, dia mandi dan membawa keperluan Mayra, Zofran sibuk mencari bakpao yang Mayra minta, menyusuri jalan dan ternyata tak ada satupun pedagang bakpao, sampai Zofran akhirnya mencari di internet dan ia menemukan toko yang menjual bakpao.
Tiga puluh menit Zofran mencari toko tersebut, dan akhirnya ketemu.
"Mbak saya pesan satu kotak bakpao lengkap, semua rasa ya mbak."
"Baik pak, di tunggu ya."
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Zofran mendapatkan juga bakpao.
Zofran mengendarai mobilnya menuju rumah sakit, dia sedikit berlari menuju ruang rawat Mayra.
Zofran memang sampai pada sore hari tepat dimana lima belas menit lalu Mayra di suntikan obat untuk istirahat, dan sekarang Zofran hanya bisa menatap Mayra yang sedang tertidur.
Mayra mengetahui Zofran ada di sampingnya, Mayra membuka mata dan segera menanyakan sesuatu.
"Mana bakpao ku?" Zofran yang terkejut segera menoleh kearah Mayra.
"Kau bangun hanya untuk bakpao?"
"Ya, aku tidak suka makanan rumah sakit, dan aku berfikir bakpao adalah makanan yang enak, aku tidak bisa makan dari tadi pagi."
"Bagaimana jika terjadi sesuatu pada lambung mu nanti, kau malah akan lebih sakit dari ini."
Dan Mayra tanpa aba aba segera melahap bakpao hangat yang Zofran bawa.
"Emmm... enak sekali, rasa kacang merah memang selalu jadi yang favorit." ucap Mayra tanpa perduli Zofran sibuk memandanginya.
"Enak?"
"Ya... terimakasih."
"Hanya terimakasih?"
"Lalu kau mau apa?"
"Suapi aku!"
Mayra mengulurkan tangannya hendak menyuapi Zofran.
Zofran menggeleng, lalu Mayra memasukan suapannya ke mulutnya sendiri, dan tiba tiba Zofran malah mengecup bibir Mayra singkat dan memakan bakpao yang ada di mulut Mayra namun belum sepenuhnya masuk.
"Jorok!!!" kesal Mayra.
"Tapi kau menyukainya kan?"
"Tidak!"
Mayra terus memakan bakpao yang masih ada di kotak, sampai Zofran geleng kepala, isi bakpao di kotak ada 10 buah dengan 5 rasa, dan sekarang tinggal 4 buah, Mayra memang lapar, lebih tepatnya dia kelaparan.
"Kau mau menghabiskan semuanya?" sindir Zofran.
"Tidak aku kenyang, baby sepertinya menyuruh ku berhenti perut ku penuh sekali."
"Ya sudah ini semua nanti saja dimakan lagi, sekarang kau mau apa?"
Mayra diam, dia merasa mual sekarang.
"Aku mau muntah..."
Mayra muntah tak tertahan dan muntahannya mengenai kaus Zofran, Zofran menghela nafas, dia tak bawa baju ganti mungkin baby menyuruhnya hanya pakai kaus dalam malam ini.